Bagian 4 - Kokytos

1163 Kata
Bia menatap Lethe. Ia menjadi ragu kembali dengan semua ceritanya. Ia melihat ke arah matanya. “Apakah kau..” ia tidak melanjutkannya.  Lethe menatap Bia karena mendengar pertanyaannya. Tetapi, Bia mencari topik lain. “Siapa yang membuat ini semua?” Tanyanya kepada Lethe. Lethe tampak terkejut dengan pertanyaan Bia. “Itu intinya! Kakak dan adikku menuduh aku yang melakukannya. Apakah kau percaya?” Tanya Lethe padanya lalu air matanya keluar dan ia mengusapnya. Bia diam saja. Ia tidak mungkin menebak hal-hal seperti ini. Ia hanya pura-pura tak mendengar apa yang ditanyakannya karena enggan untuk menjawab. Ia hanya melihat Lethe mengusap air matanya sambil menunduk ke bawah. Suara teriakan terdengar. Kokytos mendekat dan menunjuk-nunjuk Lethe. Terlihat juga kelima wanita yang menari bersamanya mengikutinya dari belakang. Musik berhenti karena mendengar kegaduhan yang dibuat oleh Kokytos. Semakin mendekat, suara Kokytos semakin terdengar. “Pergi kau dari sini! Sudah kukatakan padamu bahwa kau boleh datang, tetapi tidak boleh berbicara! Kau seharusnya malu pada semua yang ada disini!” Kokytos Berteriak keras. Ia mengulang kalimat yang sama beberapa kali hingga semua orang berkerumun di sekitar mereka. Bia menyaksikan hal tersebut. Ia tidak tahu apa-apa dan ia juga tidak ingin terseret dalam urusan keluarga ini. Tujuannya bukanlah mengurusi keluarga-keluarga dari penghuni surga lainnya. Ia menggeser tempat duduknya perlahan dengan rencana untuk keluar dari situasi itu. Tapi, Kokytos memanggilnya. “Kau berbicara dengannya bukan?” “Apa?” Kata Bia yang merasa tidak tahu. “Kau bicara padanya!” Teriak Kokytos lagi. Lethe langsung berdiri. “Diamlah! Aku akan pergi!”  “Kau…!” Tunjuk Kokytos kepada Lethe. “Kau tidak pantas disini! Pergilah kau ke sumur kebinasaan!” Teriaknya kepada Lethe. Bia melihat Kokytos. Ia bingung mengapa Kokytos tidak mengusir saudaranya dan terlihat sangat marah. Kokytos terus menatap Lethe hingga ia keluar dari ruangan tersebut. Kerumunan bubar tapi Bia terus menatap Kokytos.  “Apa yang kau inginkan?” Kata Kokytos lalu duduk di sampingnya. Ia duduk dan menyuruh wanita-wanita miliknya pergi. Bia tersenyum. Ia tampak senang dengan kesempatan bisa berbicara dengannya. Ia mengambil gambar rancangan  Mace Blast Stick miliknya. Selama melakukannya, wajahnya dihiasi dengan keantusiasan dan juga senyuman.  “Aku tahu kau dari kedua anakmu. Aku ingin membuat  Mace Blast Stick ini, tetapi membutuhkan bahan yang sangat penting!” Ucap Bia. “Apa bahan yang kau inginkan?” Tanyanya. “Wurtzite Boron Nitride!”  Mendengar kata itu, Kokytos tampak terkejut. Wajahnya munduk sedikit. “Apa kau tidak salah?” “Aku membutuhkan bahan itu. Hanya kau yang memilikinya!” Kata Bia. Ia berbicara dengan pelan. “Darimana kau tahu aku memiliki bahan itu?” Bia menceritakan apa yang telah dilakukannya sebelumnya.  “Dari Palaemon dan Minos? Aku tidak menyangka mereka membicarakan hal ini!” Ucap Kokytos dengan kesal. Ia melihat Bia dengan wajah penuh harapan. “Maaf, aku tidak bisa membantumu!” Ia berdiri lalu pergi meninggalkan Bia. Bia tak mau menyerah. “Tunggu!” Ia mendekat. “Kau harus membantuku. Tolonglah! Hanya kau yang memiliki bahan itu!” Ucapnya sambil menarik tangannya. “Aku tidak bisa memberikannya padamu!” Ucap Kokytos kasar dan mendorongnya kuat. Bia memutar otaknya. Ia tanpa sadar berkata, “Aku mengetahui siapa yang membunuh ibumu!” Kokytos langsung berpaling melihat Bia. Ia terkejut dengan ucapannya itu. “Apa yang kau katakan!” Ucapnya mendekatkan wajahnya agar tidak terdengar oleh yang lain. Sebenarnya, musik yang kuat sudah cukup untuk mengcover sentakan suaranya kepada Bia. “Aku tahu rahasiamu! Kau mau bantu aku atau tidak?” Tanya Bia memberanikan diri. Ia tidak ingin kalah dengan Kokytos. “Kau menentangku?” Tanya Kokytos. “Tentu! Selama kau baik padaku, aku akan melakukannya lebih kali lipat.” “Kau..” Tunjuknya tapi tidak bisa melanjutkan pembicaraannya. Wajahnya yang kesal tiba-tiba berubah. “Aku tidak tahu apa yang sebenarnya kau tahu! Sebutkan sekarang!” Bia sebenarnya hanya bercanda. Ia tidak sungguh-sungguh ingin mengancam Kokytos. Di awal ia hanya coba-coba, tapi ternyata berhasil membuat Kokytos menanggapi perkataannya. Ia kemudian mencoba mengingat apa yang diceritakan Lethe padanya. Ia merasa mungkin ada petunjuk yang bisa menjadi clue untuk menipu Kokytos. Ia berkata setelah memutuskan apa yang paling membuat Lethe sedih. “Kaulah yang membunuh ibumu sendiri!” Bisiknya pelan. Kokytos langsung menatap balik setelah mendekatkan telinganya. Ia langsung lemas. Tubuhnya diam saja. Ia kemudian tidak bisa menahan tubuhnya dan berlutut dengan mulut ternganga. Bia mencoba menolongnya berdiri. “Kau tidak main-main bukan?” “Ya?” “Darimana kau tahu..” Bia bingung. Ternyata tebakannya benar. Padahal ia hanya bercanda saja, tetapi ternyata benar-benar terjadi. Ia melepaskan genggamannya dari Kokytos dan mencampakkannya. Ia mengerti bahwa Kokytos bisa dijadikan budaknya. “Aku memiliki rahasiamu! Lakukan yang kuperintahkan!” Kata Bia. Ia mengusap-usap janggutnya dan berkata lagi setelah melihat reaksi Kokytos yang tampak ketakutan. “Aku rasa tidak ada yang tahu tentang rahasia ini bukan?”  Kokytos masih belum bangun. Ia tersungkur di lantai. Beberapa orang membantunya termasuk para wanita yang menari bersamanya tadi.  “Lepaskan! Kalian sekarang pergi!” Teriaknya kepada orang-orang yang membantunya berdiri. Mereka tampak takut dan bubar. “Aku hanya ingin sendiri! Pergi!” Kata Kokytos lalu berdiri di depan Bia. “Kau!” Tunjuknya ke arah jidat Bia dengan mudah. Kokytos lebih tinggi dari Bia. Jadi Bia harus melihat ke atas mendongakkan kepalanya.  “Kau mau atau tidak?” Tanya Bia menggodanya.  Kokytos langsung mengangguk. “Baiklah.. baiklah.. aku akan membantumu!” Ucapnya meluluhkan hatinya.  Bia menyipitkan senyuman bibirnya. ‘Ini ternyata sangat mudah!’ Katanya dalam hati. “Aku menginginkan bahan Wurtzite Boron Nitride seperti yang tadi kau dengar!” Kata Bia dengan telapak tangan meminta tetapi wajahnya melihat ke kanan. Kokytos bingung cara mengatakannya. “Aku sebenarnya tidak bisa memberikan benda itu padamu!”  “Mengapa? Hanya kau yang bisa membuatnya!” Kata Bia. “Kekuatanku untuk menghasilkan benda itu sudah ku tukar dengan sesuatu!” “Jadi bagaimana caranya menukar balik? Kau memiliki hutang dengan penghuni Surga yang lain? Aku bisa membantumu!” Kata Bia mengulurkan bantuan. “Tapi, itu tampak tidak mungkin!”  “Aku akan bantu! Kau harus bisa membuat bahan itu lagi. Kepada siapa kau tukar kekuatanmu itu?” Tanya Bia mengintrogasi. “Kepada Ananke!” Kata Kokytos. Bia langsung terkejut. Tak ada yang bisa dilakukan jika berurusan dengan Ananke. Ia adalah penghuni surga yang menerima pemberian penghuni yang lain dan menggantinya dengan satu permintaan. “Aku rasa kita tidak ada harapan!” Kata Bia yang menjadi sedih. Ia sudah pernah berurusan kepada Ananke. Tetapi, karena ucapan Bia yang seolah-olah membentak kepadanya, ia menjadi sangat marah dan tidak mengizinkannya untuk pergi ke dalam rumahnya. Ia menatap Kokytos lagi. “Aku ingin kau selesaikan ini. Minta kekuatanmu lagi sehingga bisa membantuku!” Kata Bia yang tidak mau tau.  Kokytos tak bisa menolak. Wajahnya melembut. Mau tidak mau ia harus melakukan perintah Bia. Hari itu juga, mereka langsung pergi menuju tempat Ananke berada.  Wanita-wanita yang menari bersamanya sebelumnya melihat Kokytos yang bisa di atur oleh Bia. Mereka tidak menyangka hal seperti itu terjadi. Kokytos tidak mungkin bisa diatur oleh siapapun. Tapi, kali ini Bia bisa melakukannya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN