Bagian 6 - Ananke

1404 Kata
Bia dan Kokytos mulai mendekati gunung besar yang ada di surga bagian pertama. Mereka melihat gunung tersebut dari bawah ke atas dan kagum akan ketinggiannya. Tak ada lagi apa-apa di depan mereka. Hanya tanah yang keras tanpa ada pohon disekitarnya. Mereka harus menaiki tebing tinggi yang menanjak curam agar bisa sampai di atas gunung. “Bagaimana caramu bisa menaiki gunung ini!” Seru Bia yang tidak bisa membayangkan apa yang dilakukan Kokytos disini sebelumnya. “Aku juga tidak tahu! Hanya mengerahkan ambisi saja!” Kata Kokytos santai.  “Ini jalan yang sangat sulit untuk ditempuh.”  “Lama kelamaan kau akan terbiasa. Lagian di sepanjang gunung ini ada banyak bahan-bahan yang bisa dikombinasikan untuk senjatamu!”  “Ini menarik!” Kata Bia sambil melihat ke sekelilingnya bahan-bahan yang mungkin dimaksud oleh Kokytos. Mereka pun mulai mendaki.  “Aku tidak melihat ada bahan yang bisa digunakan. Disini yang ada hanya tanah yang gersang. Mengapa gunung ini tidak memiliki tanaman?” Kata Bia komplain kepada Kokytos karena memberikan harapan padanya. “Tanah yang kau pijak ini adalah bahan yang bagus dalam pembuatan s*****a!” Kata Kokytos.  “Apa maksudmu?”  “Lihatlah tanaman-tanaman hijau yang melapisi tanah dan batu itu!” Tunjuk Kokytos ke depan mereka.  “Apa yang hijau itu?” Bia langsung mendekat dan melihat dari tanaman hijau tersebut terdapat bunga ungu kecil yang muncul. “Ini seperti lumut!” Ucapnya setelah menyentuh tanaman kecil tersebut. “Itu disebut cushion plants! Tanaman itu hanya tumbuh di batu-batu keras dan tanah berpasir. Tanaman tersebut bisa diolah menjadi jelly yang sangat lembut, tapi ketika dibiarkan di luar ruangan, akan menjadi keras sekali lebih keras daripada batu permata.” Kata Kokytos. Bia menyentuh bunga ungu tersebut lalu memelintir nya hingga mengeluarkan lendir. “Ini sangat menjijikkan!” Tunjuknya kepada Kokytos. “Bunga itu adalah racun!” Kata Kokytos cepat yang langsung mengambil tangan Bia dan memasukkannya ke dalam tanah. Ia membiarkannya sebentar lalu mengusap-usap tangannya agar lendir tersebut hilang. “Apa yang kau lakukan?” Tanya Bia bingung. “Bunga dari cushion plants sangat berbahaya. Jika angin berhembus dan masuk ke hidung, bisa menyebabkan tidak sadarkan diri selama seribu tahun. Makanya bahan dari bunga cushion plants tidak akan diterima oleh penguji s*****a. Karena termasuk ke dalam kategori curang dan membuat pertandingan tidak fair.” Jelas Kokytos. Bia tidak mengetahui hal tersebut. Ia baru mendengar tentang jenis bahan ini. Ia sudah lama bergelut di dunia pembuat s*****a, tapi baru kali ini mengetahui ada jenis dari bunga yang bisa membuat seseorang tertidur sangat lama. “Kau sangat ahli!” Ucap Bia.  Mereka melanjutkan perjalanan. Gunung yang mereka naiki begitu curam. Kokytos kadang harus membantu Bia untuk dapat naik ke atas. Ia juga sering terjatuh karena batu-batu kerikil yang di pijaknya membuatnya terpeleset. Mereka akhirnya sampai di puncak gunung. Mereka sampai di rumah Ananke. Ia adalah pembuat permintaan. Ia bisa mengabulkan satu permintaan penghuni Surga dengan syarat menukarnya dengan sesuatu yang sepadan dengan permintaannya. Ia hidup sendiri di puncak gunung tersebut. Tak ada yang menemaninya. Namanya cukup terkenal. Tapi, tak banyak yang mau mengunjungi dan melihatnya.  Bia sedikit tahu tentang Ananke. Tapi, ia tidak pernah bertemu dengannya. Di dalam imajinasinya ia membayangkan Ananke seperti penyihir tua yang hidup sendiri dengan pakaian hitam dan topi kerucut yang panjang. Wajahnya dipenuhi keriput dan hidungnya menonjol tinggi seperti perosotan anak-anak. Kokytos berhenti di depan pintu dan berbalik melihat Bia yang tampak ketakutan. “Kau bisa masuk duluan!” Ucap Kokytos menggoda Bia. Tangannya mengarah ke pintu rumah Ananke.  “Apakah di rumah itu ada orang? Aku tidak mendengar adanya suara!” Ucap Bia. Kokytos menjawab, “Bukalah, karena pintu itu tidak terkunci!”  Bia memberanikan diri karena tidak ingin diejek oleh Kokytos. Ia membuka pintu perlahan dan melihat keadaan rumah yang sangat nyaman tapi kecil. Rumah itu bersih dan aroma makanan tercium dari dapur. “Wanginya!” Kata Bia. Ia langsung berpikir macam-macam. Ia merasa aroma itu bisa jadi jebakan. Ia melihat ke belakang, memastikan Kokytos sudah masuk ke rumah atau belum. “Aku rasa dia sedang masak!” Ucap Kokytos. Lalu ia menerobos masuk ke dapur. Ia memanggil nama Ananke berkali-kali dengan suara keras. Bia tak berani mengintip. Ia hanya menunggu Kokytos keluar. Saat berada di dalam dan tubuh Kokytos menghilang dari penglihatannya, ia mendengar teriakan Kokytos. Ia berpikir bahwa itu adalah buatan Ananke. Bia langsung berlari menuju dapur untuk menyelamatkan Kokytos. Saat disana, ia mendapati Kokytos baik-baik saja dan sedang tertawa kepada seorang kurcaci di sebelahnya. Kurcaci itu memegang spatula dan menggoyang-goyangkan masakannya. Ia berdiri di tangga kecil agar bisa melihat masakannya yang lebih tinggi dari tubuhnya. “Apa yang terjadi?” Tanya Bia. Kokytos langsung tertawa. “Semua baik-baik saja!” “Dimana Ananke-nya?” Tanya Bia mengerutkan jidat. Kokytos menunjuk ke arah kurcaci kecil di sebelahnya yang sedang memasak. Ia mengambil mangkuk dan meletakkan masakannya disana. “Jadilah.. Goulash!” Ucapnya. Lalu ia menuruni tangga dan melewati Bia dan Kokytos sambil memegang masakannya di tangan. Kokytos mengusap-usap kedua tangannya sambil m******t bibirnya dan mengikuti arah kurcaci itu pergi. Bia mengikuti dan merasa kurang yakin bahwa ia adalah Ananke yang ada di pikirannya. Ia merasa Ananke yang di imajinasinya akan tampak seram. Bukan hanya dia yang berpikir seperti itu. Ada banyak penghuni yang berpikiran sama.  Ananke duduk di meja makan dan membagi makanannya dengan Kokytos. Mereka tampak akrab. Bia pun ikut duduk di tengah-tengah mereka. “Apakah kau betul Ananke?” Tanya Bia yang melihat Ananke menyendokkan Goulash ke mulutnya. Mata Ananke melihat Bia. Awalnya ia menatap dengan seram. Lalu ia tersenyum untuk mencairkan suasana. “Tidak, aku tidak akan memakanmu!” Katanya, lalu ia tertawa. “Aku Ananke!” Ucapnya singkat. Ia tidak akan melakukan sesuatu untuk membuktikan hal itu.  Ananke melihat Kokytos. “Apa yang kau lakukan disini?”  “Aku membutuhkan kekuatan untuk membuat Wurtzite Boron Nitride. Dia memerlukan itu!” Ucapnya sambil sibuk memakan masakan Ananke. “Masakanmu lezat!” Puji Kokytos. “Apa aku tidak salah dengar? Kau sudah memberikannya padaku!” Ucap Ananke. “Jika aku tidak memberinya, ia akan membongkar bahwa akulah yang membunuh ibuku!” Ananke melihat Bia. “Sebenarnya apa yang terjadi?” Tanya Bia yang merasa tidak bersalah dalam situasi tersebut. “Apakah kau tahu cerita yang sebenarnya?” Tanya Ananke. “Cerita apa?” “Sebenarnya ia tidak membunuh ibunya. Awalnya ke lima saudara ini memiliki keunikan masing-masing. Ibu mereka tahu bahwa kesanggupan Kokytos sangatlah berbahaya. Jadi ia memberikan permintaan kepadaku agar menghilangkan kekuatan itu dengan ganti nyawanya. Semua saudara Kokytos tak tahu yang sebenarnya. Mereka tahu bahwa penyebab dari masalah ini adalah Lethe. Mereka mengasingkannya dari keluarga mereka.” Jelas Ananke. “Mengapa mereka tidak tahu? Lethe pasti menderita karena dituduh melakukan yang bukan salahnya!” Kata Bia menceritakan sudut pandangnya. “Jika mereka tahu kebenarannya, itu akan berbahaya. Mereka akan memanfaatkan bahan itu untuk membangun s*****a terbaik yang bisa menghancurkan surga.” Jelas Ananke. “Jadi sebenarnya, ibu merekalah yang merelakan dirinya. Tidak ada yang membunuh ibu mereka sebenarnya!” “Benar sekali!” Kokytos tak berbicara sedikitpun. Ia hanya mendengarkan Ananke dan Bia berbicara. “Aku membutuhkan bahan itu. Bantulah aku dan berikan ia kekuatan untuk membuat bahan itu lagi.” Kata Bia memohon. “Aku akan mengujimu terlebih dahulu. Aku akan memeriksa hatiku apakah akan memanfaatkan bahan itu untuk tujuan kejahatan atau tidak!” Ucap Ananke. Ia menghabiskan makanannya dulu lalu pergi meninggalkan mereka berdua.  Saat kembali, ia membawa binatang lintah di sebuah toples. Ia memberikan toples tersebut kepada Bia dan menyuruhnya memasukkan tangannya ke dalam toples. Ia menyuruhnya membiarkan lintah tersebut menghisap darahnya. Bia melakukan seperti yang diminta oleh Ananke. Warna dari lintah pun berubah menjadi hijau setelah menyerap darah Bia. Ananke mengangguk. “Baiklah, aku akan memberikan lagi kekuatan Kokytos. Tapi, itu tidak akan lama. Hanya beberapa saat saja. Aku harap kamu bisa memanfaatkannya dengan maksimal.” Kata Ananke. Bia sangat senang. Ia melihat Ananke membawa Kokytos ke ruangan kerjanya dan memberikan pil yang merupakan ekstrak kekuatannya. Ia meminumnya dengan cepat. Tubuhnya sebentar bercahaya tanda pil tersebut bekerja. “Aku sudah memberikannya. Kalian bisa pergi!” Kata Ananke. Bia bertanya kepadanya sebelum pergi. “Apakah kau benar-benar bisa mengabulkan satu permintaan?” “Tentu! Dengan syarat, permintaan itu sebanding dengan nilai barang yang ditukar. Permintaan yang sudah dikabulkan tidak dapat ditarik kembali. Dan permintaan yang dibuat untuk mematahkan permintaan orang lain tidak bisa dilakukan.” Ucap Ananke. Bia dan Kokytos pun keluar dari rumah dan berjalan pergi kembali ke kota Surga bagian satu.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN