Bagian 79 - Cara s*****a Diuji

1165 Kata
Murid-murid dari delapan penguji s*****a mulai dipakai. Dibawah bimbingan juri administrasi, mereka menggunakan s*****a-s*****a yang masuk yang harus mereka pastikan kehebatanya. Fonoi dan Frike adalah murid dari Askalafos yang lulus menjadi penguji s*****a. Fonoi terkadang harus membantu adiknya Frike yang lebih penakut agar mau menggunakan s*****a yang sama sekali belum pernah dilihatnya.  Juri administrasi memegang pensil dengan kertas yang berisi kolom untuk penilaian. Mereka akan memberikan penilaian berdasarkan damage, range, magazine, rate of fire, dan accuracy s*****a tersebut. Mereka menentukan nilai berdasarkan pengujian yang dilakukan oleh Fonoi dan Frike. Lalu seorang juri yang bertujuan untuk menggambar memberikan gambar dari s*****a yang akan mereka uji selanjutnya. Di tumpukan kertas itu, bukan hanya ada gambar, melainkan nama s*****a, nama pembuat, beberapa keterangan dari pembuat s*****a. Sebuah s*****a yang ringan dipegang oleh Frike. s*****a itu tidak perlu dipegang. s*****a itu seperti sarung tangan. Lalu di setiap jarinya bisa mengeluarkan peluru.  “Ini adalah giliran mu. Ni!” Kata Fonoi memberikan s*****a itu pada adiknya. “Ini sangat ringan dari s*****a-s*****a sebelumnya! Tapi aku masih takut!” Kata Frike.  “Ayolah, aku sudah dua kali berturut-turut menggunakannya!” Kata Fonoi. Juri administrasi yang duduk di kursinya memandangi mereka saja. Ia mendengar apa yang mereka berdua katakan. Ia menyilangkan tangannya menunggu mereka bersiap-siap. Ia menatap saja dengan tajam tanpa suara untuk menegur. Fonoi melirik ke juri administrasi itu dan ia tidak sanggup untuk menatap matanya. “Cepatlah, sebelum s*****a ini ditembakkan kepada kita!” Kata Fonoi yang mendorong Frike menuju ruangan tempat pengujian.  Frike memakai sarung tangan tersebut di kedua tangannya. Ia tidak tahu bagaimana cara memakai sarung itu. Jadi ia akan berimprovisasi saat berada di lapangan. “Ini lebih sulit dibanding yang kukira!” Kata Frike sambil berjalan masuk ke ruangan pengujian. Setelah Frike masuk, juri administrasi menggelengkan kepalanya sambil melihat secarik kertas yang berisi kolom penilaian.  “Mulai!” Teriaknya.  Frike mulai gemetaran. Ada tombol yang akan ditekan oleh juri administrasi yang akan memunculkan tembakan-tembakan yang harus dilawan oleh Frike dengan s*****a itu. Juri administrasi menekan itu, dan arena pertandingan dimulai. Kemudian muncul dart yang harus ditembak oleh Frike. Itu adalah ujian pertama. Frike tampak ragu menggunakannya. Ia mengarahkan sarung tangan itu ke dart tersebut, lalu mulai menembak. Ia mencoba menembak dengan tangan kanannya. Ia mulai fokus dan lima sekaligus dari lubang di setiap tangan mengeluarkan peluru yang bermacam-macam. Ia kagum melihat cepatnya tembakan itu. Jari telunjuk memiliki peluru yang kecil dan cepat. Jari tengah memiliki peluru dengan asap tapi lebih lambat. Ketika mengenai sasaran akan meledak. Jari manis dari s*****a itu mengeluarkan air yang sangat cepat hingga bisa memotong dart tersebut dengan mudah, lebih tajam daripada pisau yang biasa ia lihat. Jari kelingking memiliki ukuran peluru yang lebih kecil di antara yang lain tapi ketika digunakan, akan mengeluarkan tiga peluru sekaligus. Untuk jempol, ia tidak melihat ada yang bisa dikeluarkan dari sana. Ia penasaran, mengapa jempol tidak mengeluarkan peluru sama sekali. Ia melakukan banyak gerakan dengan tangannya, siapa tahu ada gerakan tertentu yang khusus dilakukan, sehingga mengaktifkan jempol itu. Tapi, tidak ada yang terjadi. “Aku rasa jempol ini rusak!” Kata Frike.  Saat ia mengepal seluruh jari tangannya dan menggerakkan jempolnya ke arah musuh, maka akan keluar jaring yang tipis dan kuat. “Wow! Ternyata ini jaring!” Ucapnya.  Frike mulai beraksi. Kini s*****a di ruangan itu mulai bergerak, dan Frike harus menghindarinya sekaligus menggunakan s*****a itu dengan efektif. Peluru-peluru yang banyak mulai menembakinya. Frike harus mengalahkan banyaknya peluru-peluru itu. Ia berdiri dengan gagah kedepan, merentangkan tangannya menuju ke arah peluru-peluru itu. Ia menembak dengan jari telunjuk dan jari kelingkingnya secara bersamaan. Ia menggunakan kedua tangannya, kanan dan kiri. Ia melihat ke semua arah peluru dan menggerakkan tangannya agar menghantam tembakan peluru tersebut.  Fonoi terkejut dengan kecepatan yang dimiliki adiknya. Seluruh peluru yang ditembakkan kepadanya tak ada satupun yang meleset. Itu berlanjut dan masih dengan prinsip yang sama, adanya serangan yang bertubi-tubi.  Juri administrasi mulai menulis kolom nilai s*****a itu. Fonoi melihatnya menuliskan damage : 56, range : 45, magazine: 60, rate of fire : 45 , dan accuracy : 40.  Arena untuk Frike mulai berubah. Kini ada pukulan yang datang ke arahnya. Frike bisa menangkisnya, tapi s*****a itu tidak terlalu berguna. Ia menggunakan jaring di jempolnya untuk menghentikan pukulan tersebut, lalu menembaknya hingga rusak. Begitulah cara untuk melawan pukulan. Juri administrasi mengurangi damage dari s*****a tersebut menjadi 50.  Frike pun selesai menguji s*****a itu. Ia keluar dari ruangan tersebut dan meletakkannya di sebuah kotak. Itu adalah tempat s*****a tersebut disimpan.  “Kerja bagus!” Puji juri administrasi. “Kau hebat!” Kata Fonoi memuji adiknya itu.  Kemudian juri administrasi menempelkan spesifikasi itu di luar kotak s*****a.  “Apakah s*****a itu lolos?” Tanya Fonoi kepada juri administrasi. “Tidak, itu tidak berguna!” Jawabnya. Fonoi padahal melihat s*****a itu sangat bagus. Tapi ternyata tidak berfungsi sama sekali. Ia terkejut betapa sulitnya untuk mendapatkan s*****a yang bagus.  “Apakah semua nilainya harus seratus?” Tanya Frike.  “Tidak juga. Pembuat senjatanya tidak mengerti dengan s*****a buatannya. s*****a itu tidak memiliki tujuan, tidak berfokus pada satu keuntungan. Ingin mendapatkan nilai sempurna di setiap aspek, tapi malah membuatnya menjadi rata-rata!” Ucap juri itu.  Fonoi menatap adiknya. “Kita tidak akan mengerti itu. Kalau kita mengerti, kita sudah menjadi seorang juri, bukan penguji seperti ini!” Kata Fonoi. “Memang benar. Padahal kita yang pakai sudah cukup puas!” kata Frike.  “Aku bisa melihat betapa puasnya kau memakai s*****a itu!” Kata Fonoi.  Kemudian giliran Fonoi. Ia kemudian mengambil sebuah gelang yang direkatkan di tangannya yang dinamai Flying Bracelet. Ketika menekan tombol aktif, setengah dari gelang itu akan melayang di udara. Ada empat bagian kecil yang melayang dari bagian tangan kanannya, dan empat dari tangan kirinya. Dari jauh, Fonoi bisa mengendalikan letak dari keempat mata peluru itu. Bagian kirinya akan mengeluarkan sambaran listrik. Sedangkan bagian kanannya, mengeluarkan bom kecil yang meledak.  Fonoi sangat terkagum-kagum dengan s*****a tersebut itu. Ia masuk ke dalam ruangan pengujian. Dari jauh juri administrasi mengingatkannya agar berhati-hati untuk menggunakan s*****a itu. Fonoi mengangguk. Ia berdiri di ujung ruangan dengan delapan mata peluru yang melayang di udara di sekitar tubuhnya. Juri administrasi memulai pengujian. Ia mulai dengan menembak normal. Dart muncul dan ia menggunakan peluru di tangan kanan. Ia bisa mengenai sasaran dengan mudah. Bahkan ketika ia menggunakan bagian kiri, yaitu tembakan listrik, seluruh dart langsung hancur. Ia menggunakan s*****a itu tanpa bergerak sedikitpun. Ia hanya berdiri dan berfokus pada serangannya. Bagian sesi kedua adalah serangan peluru. Kemampuan tembakan s*****a itu begitu kuat. Kecepatannya tak terkalahkan. Belum lagi s*****a itu mulai menembak, s*****a tembakan dari ruangan langsung rusak dengan mudah.  Ketika serangan berganti menjadi pukulan, peluru melayangnya bisa menyerang dari manapun. Empat peluru kirinya bisa mengeluarkan serangan listrik secara bersamaan dan membuat sebuah tameng. Empat peluru tangan kanannya menyerang musuh. Semua tampak lengkap.  Juri administrasi bertepuk tangan saat Fonoi keluar dari ruangan itu. Ia sangat takjub dengan cara Fonoi menggunakan s*****a tersebut.  “Apakah dia sedang memujiku atau s*****a ini?” Kata Fonoi yang tersenyum kepada Frike. “Kerja bagus!” Kata juri administrasi. 
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN