Bagian 86 - Pertandingan dimulai

1029 Kata
Pertandingan final segera berlangsung. Ada banyak orang yang menonton mereka di surga bagian kelima. Semua penguji s*****a sudah bersiap-siap di belakang arena. Acara ini dipandu oleh ketua juri penguji s*****a, Matton. Juri penguji s*****a yang lain duduk di kursi penilaian mereka, di bagian paling depan dari arena. Mereka bertugas untuk menilai keabsahan pertandingan ini. Matton juga duduk di bagian terbaik di dalam pertandingan ini setelah ia memperkenalkan delapan penguji s*****a.  Matton memanggil para penguji s*****a untuk berdiri di tengah arena dan menyapa penonton. Sorakan penonton sangat kuat memenuhi ruangan tersebut. Delapan penguji s*****a masuk ke tengah ruangan sambil melambai. Mereka memperlihatkan aksi mereka. Mulai dari Erebus yang memukul tanah dengan tangannya, Askalafos yang memperlihatkan ototnya, Kerberos yang memperlihatkan silatnya, Keuthonimos yang bersikap manis dengan senyuman manja, Kharon yang melakukan salto, Empusa yang menghilang lalu kembali lagi, Amfiaraus yang bergerak cepat, Hekate yang berlari mengelilingi mereka dengan kencang dan membentuk asap tebal di sekeliling mereka. Asap tersebut hilang, dan mereka mulai bersorak lagi. Semua tampak senang. Kemudian dua batu yang dijuluki dengan Lord of Sunlight berada diatas mereka. Batu itu adalah batu yang menjadi penahan surga. Batu Lord of Sunlight memiliki kekuatan untuk melindungi Surga. Batu yang pertama disebut Cahaya. Batu ini membuat surga menjadi terang. Batu yang kedua adalah Kedamaian. Batu ini menjaga kedamaian di antara seluruh Surga. Batu ini berada di bawah tanah di surga bagian kelima. Batu ini akan muncul ketika diperlukan dan akan menjadi gunung, yang disebut Gunung Terang. Saat pertandingan tiba, batu ini akan muncul, dan akan berada di tengah-tengah Arena. Diadakannya ritual untuk meminta berkat dan juga penyatuan s*****a dengan pengujinya, merupakan berkat dari batu Lord of Sunlight. Batu itu bercahaya terang menyinari pertandingan yang akan berlangsung.  Saat semua sudah siap, saatnya Matton kembali ke tempatnya bersama lima juri penguji s*****a. Yang selanjutnya akan membawa acara adalah Aporia, sekretaris dari Matton. Ia akan mengumumkan lawan tanding masing-masing.  Ia berkata, “Setelah melakukan pengacakan dan juga berkat dari batu Lord of Sunlight. Semua yang hadir setuju bahwa Lord of Sunlight yang akan memilih pertandingan tersebut. Semua s*****a sudah menyatu ke dalam diri masing-masing penguji. s*****a yang menang akan menjadi s*****a kuat bagi Lord of Sunlight dan ditempatkan di surga bagian ke delapan di Gunung s*****a. Sekarang, empat pasang pemain akan bertanding. Mereka akan bertanding dengan sepenuh hati demi mendapatkan s*****a terbaik di generasi ke - 72675893987784776529200827654…!” Kata Aporia, lalu karena banyaknya angka yang diucapkannya membuat penonton bersorak memprotes. “Oke stop. Aku sudah belajar dari pidato sebelumnya, bahwa kalian tidak suka aku menyebutkannya sampai habis. Kita lanjut. Maka pertandingan yang ke-8876328927346784263899373274646…”  Penonton menyoraki Aporia lagi.  “Oke stop, aku hanya sedikit membacakannya. Maka yang pertama yang akan bertanding adalah Kharon dan Empusa. Kharon akan memakai s*****a Dust g*n milik Akis dan Empusa akan menggunakan s*****a Pedang Dewa ciptaan Alfeus.” Ucapnya. Maka penguji s*****a yang tidak disebutkan namanya keluar dari arena. Mereka tampak saling memberi semangat sebelum meninggalkan Kharon dan Empusa. Mereka pergi dan arena pun kosong. Mereka mengambil s*****a yang akan mereka uji. Empusa mengambil Pedang Dewanya dan Kharon mengambil Dust g*n-nya. Banyak yang berkomentar bahwa mereka tidak bisa menentukan siapa yang akan menang. Dari kedua sisi, tidak ada yang menguntungkan. Empusa jarak dekat, dan Kharon bertarung jarak jauh.  “Sudah siap! Ready!” Kata Aporia. Empusa memiliki keahlian dalam menghilang. Ia bisa melakukan teleportasi saat bertarung. Ia cukup lihat jika menggunakan s*****a pedang. Sedangkan Kharon memiliki kekuatan melompat. Lompatan yang digunakannya bukanlah lompatan yang biasa. Lompatan yang tinggi hingga membuat lawan nya kewalahan. Empusa memegang pedangnya. Ia sudah siap memberikan p*********n kepada Kharon. Ia melakukan teleportasi dan berada di belakang Kharon. Ia menebas tubuh Kharon hingga ia tercampak. Serangan pertamanya langsung kena dengan sempurna. Kharon terguling-guling hingga terlempar ke tembok dengan sangat kuat. Tembok tersebut pun pecah. Karena ada batu Lord of Sunlight, tembok kembali seperti semula, retakan yang dihasilkan kembali tertutup.  Kharon berdiri. Ia menatap Empusa. Ia menembakkan Dust g*n-nya. Angin saat itu kencang. Semua arena dipenuhi dengan Dust g*n. Empusa bersiap-siap menerima serangan, tapi, tidak ada yang meledak. Lalu Kharon berlari menuju Empusa dan sambil berlari, s*****a nya berubah menjadi tombak yang tajam. Ia menyerang Empusa dengan rombak tersebut, mengarahkannya dengan tusukan ke perut beberapa kali. Empusa bergerak dengan cepat, lalu menangkisnya dengan pedangnya. Kharon menggunakan tombaknya, dan Empusa merasa disudutkan. Ia langsung menggunakan teleportasinya. Serangan Kharon berhenti. Ia sudah tahu bahwa ini akan terjadi. Sengaja debu yang ditembakkannya tadi belum meledak. Ia sengaja melakukannya untuk menunggu apakah ia bisa menyerang Empusa dengan efektif atau tidak. Ternyata, serangannya tidak mengenai Empusa. Ia langsung mengaktifkan debu yang ditembakkannya tadi berkumpul di sekitar Empusa lalu ledakan terjadi. Semua penonton terkejut. Mereka tidak menyangka ledakan yang dihasilkan sangat keras.  Empusa terjatuh ke tanah dengan lemas. Ia merasa telah dibodohi, dan semakin was-was. Ia tidak tahu cara untuk mengalahkan dust g*n milik Kharon. Pedangnya kemudian membesar dan memanjang. Ia membuatnya memanjang, sangat panjang lalu menyerang Kharon.  Pedang yang dipakai Empusa sangat panjang hingga ada setengah lapangan tersebut. Ia bisa menyerang Kharon dengan mudah. Pedang itu hampir mengenai kaki Kharon. Ia melompat-lompat untuk menghindari serangan itu. Serangan Empusa menjadi tidak berarti karena keahlian Kharon dalam melompat. Ia membuat pedang itu semakin tebal agar serangan nya menjadi sangat kuat.  Kharon melemparkan peluru senjatanya, yaitu lem. Ia menembak s*****a Empusa ke arah dinding, lalu berkali-kali menembakkan lem hingga pedang Empusa tidak bisa ditarik. Lem milik Kharon sangat sulit dilepaskan. Ia mencobanya berkali-kali tapi tetap tidak bisa tercabut.  Kharon menembakkan dust g*n-nya lagi ke udara, dan seluruh tubuh Empusa meledak akibat dust g*n tersebut. Empusa tercampak berpisah dengan pedang nya yang lengket di dinding pertandingan, padahal pedang itu sangat besar. Seruan teriakan terdengar menyebut nama Kharon. Ia melambaikan tangan karena suara sorakan untuknya sangat besar.  Empusa tidak tinggal diam. Ia bangun dan melakukan teleportasinya. Ia mengambil pedang tersebut, dan menariknya hingga terlepas dari dinding. Ia menggunakan teleportasinya dan berdiri di belakang Kharon. Ia menebasnya dari belakang, tapi Kharon bisa menghindar. Lalu dengan cepat ia menghilang lagi dan menebas bagian kiri tubuhnya. Kharon menjadikan senjatanya tongkat untuk menangkis serangan. Tapi, tebasan dari Empusa sangat keras. Ia harus mundur kebelakang karena sulitnya untuk menahan serangan itu. Seluruh kekuatannya dikerahkannya agar bisa menangkis serangan tersebut. Jejak kakinya terbentuk di tanah. 
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN