Bagian 87 - Empusa Menang

1057 Kata
Pertandingan masih berlangsung antara Empusa dan juga Kharon. Empusa memanjangkan pedangnya lagi. Dari jauh, ia menyerang Kharon dengan membabi buta. Kemanapun Kharon pergi, pedang itu bisa menyentuhnya. Kharon berupaya untuk bisa terbebas dari semua itu tapi masih tidak bisa. Ia seperti kanguru yang melompat-lompat untuk menghindari serangan tersebut. Ia merasa sangat kelelahan. Saat menembak dari udara, tembakannya selalu meleset. Empusa tidak membiarkannya menembak dengan tenang. Serangan pedang Empusa kini bukan hanya panjang. Tapi, terkadang, pedang itu bisa memanjang, dan kadang memendek mengikuti gerakan Kharon. Double lompatan harus ia lakukan demi menghindari tebasan Empusa. Empusa mulai menyerang lagi. Lalu Kharon melompat di atas sisi pedang nya. Ia melompat tinggi ke atas. Kharon seperti lalat yang akan dipukul. Empusa tetap mengejar Kharon. Pedang Empusa memendek lalu memanjang kecil tinggi ke atas menuju bagian perutnya. Pedang itu mengenai perut Kharon tapi, dia langsung menghalangi dengan menangkisnya menggunakan Dust g*n nya. Kharon harus menyerang balik. Ia melompat dari tongkat Empusa. Ia melompat lebih tinggi lagi hingga Empusa membutuhkan banyak waktu untuk sampai menyerang nya. Dengan jarak yang lebih tinggi, Kharon memanfaatkan ini untuk melakukan p*********n balik. Ia menggunakan Dust g*n-nya dari atas. Peluru abu nya ditembakkan berkali-kali agar kekuatan ledakan yang dihasilkan menjadi lebih kuat. Belum sampai di tanah, ledakan besar terjadi. Serangan itu sangat kuat, hingga Empusa tak bisa berlindung. Ia terbaring di tanah, saat Kharon turun. Rencananya berhasil untuk menyerang balik Empusa. Empusa bangun dan berkata, “Sangat tidak tertebak. Kau sungguh berlatih kali ini!” “Aku juga ingin menang kali ini.” Kata Kharon. “Kau tampak tidak biasa.” “Aku selalu luar biasa!” Kharon pun tersenyum setelah ia mengatakan itu. “Aku ingin membuatmu menangis kali ini.” Empusa memakai teleportasinya lagi. Ia sudah cukup untuk beristirahat menggunakan teleportasinya. Kini ia bisa menggunakannya lagi. Ia berlari lalu membuat pedangnya kecil. Ia muncul di kanan Kharon lalu menusuknya. Ia kemudian muncul di kiri, belakang atas, kanan, kiri, belakang, segala arah, ia menyerang Kharon dengan pedangnya. Pedang empusa berubah menjadi lebih tebal dan pendek. Ia berdiri di depan Kharon, menyerangnya lagi dengan dengan pedang yang memendek, lalu mengangkat pedang ke atas kepalanya dan membesar, dan menjatuhkan pedang itu ke kepalanya. Ia melakukannya dengan sangat cepat. Kharon mengambil langkah untuk menjauh. Ia menembakkan bom dust-nya ke arah Empusa. Ledakan dari dust-nya cepat sekali terjadi. Empusa menggunakan teleport-nya lagi untuk menghindari serangan itu. Kharon tak berhenti menggunakan dust-nya. Ledakan dimana-mana, tak ada tempat untuk bersembunyi. Empusa tak ingin dikalahkan. Ia menyerang Kharon lagi dengan pedangnya. Ia mencampakkan pedangnya ke atas lalu menendangnya ke bawah dengan teleportasi. Kharon menghindar, tapi Empusa tidak berhenti. Ia menggunakan teleportasinya lalu menendang kuat pedang kecil tersebut ke arah Kharon. Ia mengkombinasikan pedang nya dengan tendangan kakinya dan teleportasi. Arah pedang dewa selalu mengarah kepada Kharon. Kharon harus menghindar dengan cepat karena semakin lama, tendangan bertubi-tubi dari Empusa mulai menyulitkannya. Seluruh arah di tubuhnya sudah menjadi sasaran pedang Empusa. Pedang yang kecil membuat Kharon tidak bisa melihat jelas arah dari pedang itu. Ia hanya menggunakan feelingnya saja. Karena tidak terlihat semakin jelas, Dust g*n kharon terlempar, dan tubuhnya terkena pisau itu, menembus bagian perutnya, dan ia mengeluarkan darah. Sorak kekecewaan terdengar dari pendukung Kharon. Empusa mengambil kesempatan ini untuk menghancurkan s*****a Dus g*n milik Kharon. Ia membuat pedang dewanya pendek tebal, dan sangat tajam. Ia memotong s*****a Dust g*n-nya menjadi dua, dan s*****a itu hancur. Empusa pun memenangkan pertandingan. Ia tampak sangat senang. Kharon terluka. Ia langsung dibawa ke ruang perawatan. Ia tidak akan mati. Ia hanya akan tertidur selama beberapa minggu dan akan kembali seperti semula ketika luka itu sembuh total. Ia akan dirawat di surga bagian ke delapan ketempat Epione. Ia adalah seorang wanita tua yang tahu cara merawat seseorang yang terluka. Hanya dia yang mampu melakukannya. Kharon diangkat oleh para penjaga di kota itu, dan membawanya keluar dari arena. Kemudian Empusa berdiri di tengah lapangan dan mengangkat tangannya tinggi-tinggi dengan memegang pedang dewa. Ia melompat kegirangan karena kemenangannya. Aporia masuk ke dalam arena pertandingan. Ia menyuruh Empusa untuk memakai sebuah gelang tanda kemenangannya dan tanda pengikat bahwa s*****a itu masih akan menemaninya bertanding. Tanpa gelang tersebut, ia tidak akan bisa menggunakan s*****a tersebut sebagai penguji s*****a. Saat pertandingan selesai, maka hubungan antar s*****a menjadi terputus. Maka dari itu, harus ada tanda kemenangan sebagai cara untuk menyambungkan hubungan setelah pertandingan selesai. Arena lapangan sudah rusak akibat pertarungan Empusa dan Kharon. Sedikit demi sedikit, batu Lord of Sunlight mulai bekerja. Arena lapangan kembali seperti semula. Tanah yang dipenuhi lubang, tembok yang sudah terbentuk beberapa kali dan rubuh, kembali seperti semula. Empusa kemudian kembali ke belakang arena dengan senyuman lebar di wajahnya. Teman-temannya dibelakang arena memberikan pelukan padanya. Erebus langsung memeluk Empusa. “Kau sangat hebat. Bagaimana kau bisa terpikir untuk menggabungkan keahlian mu dengan kekuatan s*****a itu?” Kata Erebus. Empusa diam saja dan tersenyum. Ia tidak menjawab pertanyaan itu. “Pertandingan tadi sangat hebat!” Kata Erebus lagi memukul pundaknya. Teman-teman pencuri s*****a yang lain, secara bergantian memeluknya. “Kharon bukan lawan yang mudah. Aku hanya beruntung saja. Dan mungkin memang s*****a ini lebih hebat dari Dust g*n milih Kharon!” Kata Empusa. Mereka sangat bangga karena kemenangan Empusa. Tapi, bukan juga berarti mereka tidak suka kepada Kharon karena dia kalah. Mereka sedang menghargai upaya Empusa untuk bertarung sungguh-sungguh di dalam pertandingan. “Kau harus ingat bahwa meski kau menang, taktik mu sudah terbaca oleh penguji lain. Kau harus mencoba taktik baru sebagai andalanmu, yang lebih kuat dari yang tadi!” Kata Amfiaraus kepada temannya itu. Memang, semua adalah teman mereka. Tapi, yang lebih dekat dengan Empusa adalah Erebus dan Amfiaraus. Mereka bukan hanya teman berlatih dan bermain. Tapi, juga teman untuk mencurahkan isi hati mereka. Keuthonimos menatap Empusa. Ia tampak kesal karena Empusa yang memenangkan pertandingan, bukan temannya Kharon. “Aku sebenarnya berharap Kharon yang akan menang. Tapi, mengapa kau yang jadinya menang!” Kata Keuthonimos. Empusa mencoba bersikap lembut. “Aku hanya mencoba sekuat tenaga dan berhasil. Ini mungkin keberuntungan.” Itu adalah jawaban untuk Keuthonimos. “Aku tidak bermaksud mengatakan hal yang kasar. Kau tahu kan aku dan Kharon lumayan cukup dekat. Aku hanya mengharapkan temanku yang lebih dekat denganku yang menang. Sama seperti Erebus dan Amfiaraus. “Tentu aku mengerti!” Kata Empusa. Dari luar Aporia menyebutkan nama lain yang akan bertarung di arena itu. Nama tersebut adalah pilihan dari Lord of Sunligth. Nama yang terpilih adalah …
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN