Bagian 113 - Bertemu Persefon di Gunung Subur

1274 Kata
Hemera pergi ke surga bagian ke dua. Ia ingin melihat Erebus. Ia berdiri di pintu masuk teater dan Erebus muncul disana.  “Hai! Kau ada disini!” Kata Erebus. “Kita akan pergi mencari Eidothea bukan?” Tanya Hemera.  “Kau cantik sekali hari ini!” Kata Erebus yang tidak menyambut apa yang dikatakan Hemera. “Maaf, aku tidak konsentrasi.” Kata Erebus. Ia memegang tangan Hemera dan mengelusnya dengan lembut. “Apa yang kau lakukan?” Tanya Hemera.  Erebus bertingkah sangat aneh. “Aku rasa aku sangat mencintaimu, sampai-sampai aku tidak bisa lagi berpikir. Kita tidak perlu Eidothea untuk menentukan tanggal pernikahan kita. Kita bisa lakukan itu sekarang!” Kata Erebus. Hemera merasa Erebus bercanda. Ia tertawa geli karena ucapannya. Hemera berkata, “Kau tidak seperti biasa. Kita perlu Eidothea untuk menentukan tanggal yang cantik!”  “Kau benar sekali. Kita bisa pergi sekarang. Aku sudah selesai mengajar!” Kata Erebus. Keuthonimos dan Kharon melihat Erebus dan Hemera. Mereka mendekati dua sejoli itu.  “Diakah wanita mu itu?” Tanya Kharon. “Dia sangat cantik!” Kata Keuthonimos. Erebus menjadi malu-malu. Hemera bingung dengan dua pria di depannya. “Kenalkan, aku Keuthonimos!”  “Aku Kharon!” “Aku melihat kalian berdua bertanding. Kalian sangat hebat!” Kata Hemera.  “Kami biasa saja bila dibandingkan dengan Erebus. Tidak ada yang sehebat Erebus bukan?” Kata Kharon. Hemera tidak bisa menjawab lagi. Ia hanya tertawa kecil karena ucapan mereka berdua. “Kalian tidak kalah hebat!” Katanya. “Kalian akan pergi berkencan?” Tanya Kharon. “Oh, tidak! Kami ingin bertemu dengan Eidothea. Kami ingin menentukan tanggal pernikahan. Kami membutuhkannya sarannya!” Jelas Hemera. “Itu bagus! Lebih cepat, lebih baik!” Kata Kharon. Keuthonimos melihat paras dari Hemera. “Kau memang sangat cantik! Pasti pernikahan kalian akan langgeng!” Ucap Keuthonimos dengan tulus.  “Baiklah, kami akan pergi sekarang!” Kata Erebus.  Mereka pun berpamitan dengan Kharon dan Keuthonimos. Mereka pergi berjalan dan Hemera memberikannya sebuah apel merah. Ia membawa apel itu dari rumahnya. Ia berkata bahwa apel yang dibawanya ini bisa meningkatkan stamina Erebus yang terkuras karena selesai mengajar.  “Ini apel yang sangat manis. Tapi, kau tidak perlu membawakan ku apel seperti ini!” Kata Erebus. Hemera bingung. Ia sedikit kecewa karena upayanya sia-sia. “Mengapa? Aku khusus membawakan ini untukmu!” Kata Hemera dengan nada sedih. “Kau sudah sangat manis untuk mengembalikan stamina ku!” Ucap Erebus. Wajah Hemera memerah. Ia sangat malu karena rayuan dari Erebus. “Apa yang kau katakan? Aku jadi malu!” Ucap Hemera memukul bahu Erebus. Doris mengikuti mereka. Ia tiba-tiba menunjukkan dirinya di pertengahan jalan menuju surga bagian ke tiga. “Uiiiihhh.. mesrah-nya!” Kata Doris. Mereka berdua melihat asal suara itu. Mereka tidak menyangka bahwa Doris ada disana. “Doris!” Kata Hemera kesal. “Aku dari tadi mengikuti kalian, tapi kalian tidak melihatnya. Aku merasa sangat tidak dihiraukan!” Kata Doris kesal menyilangkan tangannya. “Kau mengikuti kami?” Kata Hemera bingung. “Kami tidak melihatmu dari tadi.” “Aku tadi pergi ke tempat bunga, menemui Khloris. Lalu aku melihat kalian sudah berjalan di depanku. Aku rasa kalian yang terlalu lama berjalan sampai-sampai aku bisa mengejar kalian dengan mudah!” Kata Doris. “Kau mengganggu saja!” Kata Hemera. Erebus kemudian menggoda Doris. Ia berkata, “Empusa kirim salam!”  “Empusa? Ihh…” Kata Doris. Lalu ia menggelengkan kepalanya dan menepuk pipinya. “Apa yang kau katakan?” Kata Doris dengan kesal. “Kau ada terlibat sesuatu dengan Empusa? Kau memang hebat. Diam-diam kau melakukan sebuah prospek besar!” Kata Hemera yang memuat Doris tidak bisa berkata apapun. “Stop… sepertinya aku mengganggu aura-aura percintaan kalian. Sebaiknya aku pergi. Bye!” Katanya. Ia berjalan dengan cepat dan hilang tak terlihat. “Dia langsung menghilang hanya karena di teringati tentang Empusa!” Kata Hemera menggelengkan kepalanya melihat tingkah Doris. “Aku tidak tahu bahwa Empusa akan menaruh perhatian padanya!” Kata Hemera melihat Erebus. “Itu hanya alasan agar dia pergi!” Ucap Erebus. “Kau nakal sekali!” Kata Hemera.  Mereka pun pergi ke gunung subur, tempat Eidothea berada. Erebus bertanya kepada Hemera tentang Eidothea. Ia tidak tahu keberadaannya. Lalu, bagaimana caranya mereka akan mencari Eidothea. “Tenang saja. Aku mengenal seluruh wilayah surga bagian ke tiga. Sebelum kami menetap di tempat opera sekarang, ayah sudah membawaku menelusuri surga bagian ketiga dari ujung ke ujung. Kita tidak akan kesasar!” Kata Hemera dengan percaya diri. “Jadi apakah kau tahu pasti dimana Eidothea berada?” “Aku tidak tahu pasti. Tapi aku tahu gambarannya! Tempat paling keramat disini adalah gunung subur, tempat buah-buahan berasal. Tentu saja dia ada disana!” “Berarti kita ke gunung subur!” Kata Erebus. Mereka pun pergi ke gunung subur. Mereka sampai saat embun membasahi tumbuh-tumbuhan. Erebus sebelumnya tidak pernah melihat ada sebuah embun yang membasahi daun-daun hutan. “Apa itu?” Tanya Erebus kepada Hemera. “Itu adalah embun. Embun membuat tempat ini subuh sehingga buah-buah bisa hidup disini. Tak ada tempat di surga yang memiliki embun seperti ini!” Kata Hemera. Mereka masuk kedalam dan sejuknya embun membasahi kulit mereka. Mereka merasakan kesegaran yang dirasakan oleh tumbuh-tumbuhan disitu. Erebus melihat ke atas di sela-sela daun-daun yang tinggi di hutan.  “Indah sekali!” Ucap Erebus lagi. “Kau sepertinya tidak pernah melihat hal seperti ini!” “Kesibukan dunia penguji s*****a, tidak bisa membuat kami menikmati keindahan dan keajaiban dari surga!” Kata Erebus dengan sedih. “Ya, aku bisa lihat betapa beratnya menjadi seorang penguji senjata.”  “Tapi, sekarang aku bersyukur. Aku bisa merasakan keajaiban itu setidaknya sekali!” Kata Erebus. Saat mereka sedang asik bicara, sebuah semak di dekat mereka bergoyang. Mereka bingung mengapa bisa begitu. Hemera menyuruh Erebus untuk diam dan bergerak melihat ke arah semak-semak. Mereka melihat semak-semak itu terus bergerak seperti sebuah makhluk hidup. Hemera tidak pernah melihat ada tumbuhan yang bisa bergoyang. Ia tidak berpikir bahwa itu sebuah penghuni surga. Mereka penasaran. Hemera membelah daun-daunnya, dan sebuah wanita muncul tiba-tiba. Hemera berteriak, dan wanita itu berteriak. “Hemera?” “Ya?” Kata Hemera yang tidak mengenalnya. Wanita itu melihat Erebus. “Kau Erebus! Hemera dan Erebus datang ke gunung subur?” “Siapa kau?” Kata Erebus. “Aku Persefon! Aku yang menjaga hutan ini. Garis keturunan kami adalah Attis penjaga hutan ini!” Kata Persefon. “Tapi sejujurnya aku tidak mengenalmu!” Kata Erebus. “Tentu kalian tidak mengenalku. Siapalah aku ini yang harus dikenal! Seluruh penghuni surga pasti mengenal kalian. Suami ku, Tartarus selalu bercerita tentang kalian di rumah!” Kata Persefon. Ia memegang daun-daun pakis di tangannya. Ia sedang membuat sebuah baju dari daun-daun itu. “Apa yang sedang kau lakukan?” Tanya Hemera sambil melihat ke tanah sebuah gaun yang hampir selesai. “Kami keturunan Attis senang membuat baju dari daun-daun disini. Seperti baju yang kupakai sekarang.” Kata Persefon memperlihatkan bajunya, lalu ia berputar memperlihatkan seluruh bagian dari baju tersebut. “Sangat indah!” Kata Hemera, yang kemudian menyentuh bagian depan baju Persefon. “Apakah ini semua dari daun?” Persefon mengangguk. “Ini seratus persen dari daun yang ada di hutan ini. Tapi, tidak semua daun-daun disini bisa digunakan. Hanya daun dengan benang-benang halus yang kuat yang bisa dijadikan baju. Ada banyak jenis daun yang dipakai untuk membuat baju. Kalau baju yang kupakai disini adalah daun monster. Ini adalah daun yang sangat besar sehingga bisa dibentuk dengan mudah. Tapi, ada juga daun-daun kecil, cuma proses pembuatannya memakan waktu yang lama.” Jelas Persefon. “Kau menerangkannya dengan sangat detail.” Ucap Hemera.  Persefon masih bingung dengan kedatangan mereka. “Apa yang kalian lakukan di hutan ini? Berkencan?”
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN