Bagian 112 - Kerberos Pergi dari Rumah

1137 Kata
Harmonia mengatakan apa yang ada di benaknya. Ruangan makan dipenuhi dengan kesedihan. Harmonia membicarakan apa yang juga ia rasakan. Awalnya ia ingin menutupinya dan tidak ingin mengatakannya kepada Filotes. Tapi, karena Filotes dan juga Aidos sudah mulai merasakan hal yang sama, ia merasa ada benarnya apa yang mereka rasakan.  “Aku melihatnya sering meraung, marah-marah dan mencoret-coret dinding kamarnya.” Kata Harmonia. Kemudian ia berdiri dan membawa Filotes dan Aidos melihat kamar Kerberos.  Mereka berdiri di depan pintu kamar Kerberos. Lalu masuk perlahan setelah melihat coretan-coretan di dinding kamarnya. Mereka merasa itu tidak biasa bagi makhluk normal penghuni surga.  “Apa yang ada di benaknya?” Kata Aidos. “Ia tampak sangat marah! Ia memiliki sifat kutukan, marah, iri, dengki, balas dendam dan juga membunuh!” Kata Filotes. Ia sedikit kecewa karena tidak tahu kamar anaknya seperti itu.  Aidos setuju dengan apa yang dikatakan oleh Filotes. Ia berpikir bahwa semua yang ada di dalam coretan-coretan itu adalah amarah yang besar dan perasaan ingin balas dendam. “Aku tidak percaya ini!” Kata Filotes lagi.  Mereka tidak sanggup untuk melihat hal itu lagi. Mereka keluar dari kamar Kerberos dan membicarakan hal itu di ruang tamu. “Aku sudah melihat itu lebih dari beberapa waktu. Tapi, aku tidak mengatakan apapun pada Filotes. Aku ingin menunggunya menyadari apa yang ada di dalam kamar anaknya. Tapi, ternyata, ia tidak masuk-masuk juga. Aku mencoba menghilangkan rasa kesedihan dan kekhawatiranku. Tapi, ternyata aku tidak mampu saat kalian membahas hal itu.” Kata Harmonia melihat wajah Aidos. Suaranya seperti suara seseorang yang menahan tangis.  “Ini memang serius. Dia harus diobati oleh tabib yang bisa membuang sifat kutukan.” Ucap Aidos.  “Kita akan bicarakan ini kepada Kerberos saat dia pulang!” Kata Filotes.  “Ini berat bagi keluarga kami!” Kata Harmonia. “Bagaimana jika ia nanti tidak menerimanya?” Kata Harmonia lagi sambil melihat suaminya. Ia memegang tangan Filotes dengan erat karena takutnya. “Kerberos adalah anak yang taat dan disiplin. Tentu ia akan menerima nasihat dari orang tuanya!” Kata Aidos. “Sifat kutukan bisa menjadi racun bagi penghuni surga. Jika ia tidak mau. Kemungkinan terburuk adalah hukuman mati dengan dicampakkan dia ke dalam sumur kebinasaan.” Kata Filotes yang berpikir tidak jernih. Ia sudah langsung berpikir yang tidak-tidak membuat istrinya menjadi menangis tersedu-sedu. Aidos mencoba menenangkan mereka. Tapi tetap saja mereka merasa khawatir. Mereka tidak tahu bahwa pikiran negatif mereka bisa membuat mereka tidak berpikir jernih bahkan sewaktu memberikan nasihat kepada Kerberos nantinya. Kerberos tiba-tiba datang bersama Hekate. Mereka masuk ke dalam rumah dan melihat orang tua mereka berada di ruang tamu sedang bersedih-sedih. “Apa yang terjadi?” Tanya Kerberos. Kerberos sudah datang. Padahal mereka belum memikirkan cara untuk memberitahunya tentang hal itu. Mereka melihat kerberos dengan ketakutan. Hekate melihat ayahnya berada di rumah kerberos. “Ayah juga disini?” Kata Hekate mendekati mereka dan duduk bersama mereka.  “Kalian sepertinya sedang mengalami kesulitan!” Kata Kerberos sambil mengikuti Hekate.  “Duduklah!” Kata Harmonia dengan wajah melihat ke arah Kerberos anaknya. Aidos melihat Harmonia. Ia bermain mata kepadanya. Ia ingin agar Harmonia mengatakannya sekarang kepada Kerberos sebelum terlambat. “Aku tidak ingin melukaimu. Tapi, ada yang ingin ayah, ibu dan paman bicarakan kepadamu.” “Tentu! Bicarakanlah!” Kata Kerberos. “Sepertinya masalah serius!” Ucap Hekate pelan. “Kami memikirkan tentang masa depanmu. Ibu mau tanya, apakah kau yang mencoret-coret dinding kamarmu?” Tanya Harmonia. Aidos dan Filotes hanya mendengar saja. Mereka menyerahkan itu kepada Harmonia. “Ya,” jawab Kerberos dengan pelan.  “Ibu ingin kamu menemui tabib..”  Kerberos langsung memotong kalimat ibunya. “Apa? Kalian pikir aku gila dan memiliki penyakit?” Teriaknya langsung dan berdiri. Amarahnya begitu besar kepada ibunya.  “Bukan begitu. Mengecek apakah kau baik-baik saja!” Kata Filotes menggenggam tangan Kerberos. Hekate mencoba menenangkan Kerberos. “Mengapa kau membentak ibumu seperti itu?” “Kau memiliki sifat yang tidak baik yang tumbuh pada dirimu. Kita harus periksakan itu kepada tabib sebelum terlambat nak! Percayalah pada ibu!” Kata Harmonia dengan rintihan tangis yang mulai keluar deras.  Hekate melihat Kerberos. “Ikuti saja apa yang dikatakan ibumu. Ini hanyalah pemeriksaan.” “Tidak! Aku tidak akan melakukannya. Apa yang nanti dipikirkan oleh masyarakat surga karena tahu kalau aku diperiksa oleh tabib? Tidak! Ini tidak boleh terjadi. Semua telah hancur. Pertandingan sejata aku kalah, Erebus mengambil juaraku, ia juga mencoba mengambil kekasihku, ia mendapat pujaan seluruh rakyat dan tidak ada lagi yang tersisa untukku. Orang tuaku juga sekarang menganggapku gila! Kalian semua tidak ada yang sayang padaku! Semua membenciku!” Kata Kerberos memegang kepalanya dan pergi dari sana. Teriakannya sangat keras. Orang-orang di sekeliling rumahnya pasti mendengar itu. Ia masuk ke kamarnya, dengan pintu yang dibanding keras. Harmonia mencoba membujuknya untuk keluar, tapi ia tidak bisa. Kerberos tetap didalam dan tidak ingin menemuinya. Ia kembali ke ruang tamu. Hekate melihat harmonia. “Aku juga merasa ada yang aneh padanya. Ia memiliki sifat yang tidak boleh dimiliki oleh penghuni surga!” Kata Hekate.  Filotes dan Aidos mendengar apa kata Hekate. Ternyata Hekate juga menyadarinya. Semua dari mereka ternyata mulai curiga dengan sikap Kerberos.  “Kalau sudah begini, apa yang harus kita lakukan?” Kata Harmonia. “Apakah kita bawa paksa saja dia?” Kata Filotes. “Atau kita biarkan saja dan mencoba berkomunikasi dengan baik?” Kata Aidos “Mungkin kita bisa minta saran dari tabib. Mungkin ada cara untuk mengobatinya tanpa tahu bahwa ia sedang diobati.” Ucap Hekate. Sarannya bisa dipertimbangkan. Sebelum membawa Kerberos, mereka bisa mendiskusikannya kepada tabib.  Tabib yang bisa mereka temui adalah Epione. Ia adalah penghuni surga yang merawat para penguji s*****a yang terluka. Tidak hanya itu, ia juga bisa merawat penghuni surga yang mengalami penyakit sifat kutukan. Memang ia tidak bisa menjamin keberhasilannya. Tapi, setidaknya ada yang dibantunya dan berhasil untuk menghilangkan sifat kutukan tersebut. “Jika sifat itu benar-benar ada, dan Kerberos memilikinya, kita harus mendukungnya.” Kata Aidos. “Bagaimana jika seandainya dia tidak bisa menghilangkannya?” Kata Harmonia. “Dia bisa dibinasakan!” Kata Hekate pelan. Aidos langsung berbicara dengan nada positif.  “Kita belum sampai pada tahap itu. Kita akan pikirkan nanti!” Ucap Aidos.  Filotes, ayah Kerberos diam saja. Ia emmantung saja dari tadi. Ia seakan tidak bisa bernafas lega karena anaknya seperti itu. Ia sedang membayangkan apa yang akan terjadi selanjutnya setelah pertengkaran ini.  Terdengar pintu terbuka. Mereka semua melihat Kerberos keluar dari kamarnya. Mereka awalnya berpikir Kerberos akan berbicara baik-baik dengan mereka. Ternyata, ia memegang tas yang berisi baju dan ingin keluar dari rumah ini.  “Aku tidak layak disini! Karena itu aku akan meninggalkan kalian!” Kata Kerberos sambil pergi menuju pintu keluar rumah.  Harmonia langsung menghalanginya. Aidos, Hekate dan juga Filotes ikue menghalangi Kerberos. Filotes memeluk Kerberos. Ia berkata agar Kerberos jangan pergi. Tapi, Kerberos tidak mau melakukannya. Ia tetap pada pendiriannya. Ia keluar dari rumah meninggalkan mereka. 
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN