Bagian 14 - Curhatan Erebus

1182 Kata
Askalafos tak melihat pertandingan kedua sahabatnya itu. Ia sibuk dengan muridnya si kembar, Fonoi dan Frike. Ia sedang mempersiapkan mereka untuk dikirim ke juri penguji s*****a. Ia tampak sibuk di kantornya dan bolak balik memberitahu apa saja kekurangan murid-muridnya itu dan bersama-sama berlatih untuk memperbaikinya.  Amfiaraus dan Empusa sudah selesai bertanding. Erebus, salah satu dari tim penguji elit mendatangi mereka. Ia tidak sengaja melihat pertandingan mereka. Ia mengundang mereka berdua ke rumahnya. Amfiaraus dan Empusa menerima ajakan dari Erebus. Mereka pun pergi ke rumahnya.  Sesampainya di rumah, Erebus mengambil buah-buahan miliknya. Berbagai macam buah terhidang di sana. Mulai dari pisang, apel, pir, anggur, jeruk, ceri, kiwi, mangga, nanas, semangka, alpukat, rambutan, beri, stroberi, dan pepaya. Segala macam buah tersusun di atas meja mereka. Erebus pun duduk, dan melihat kedua temannya sedang berbincang-bincang. “Ini makanan yang sangat lezat!” Kata Amfiaraus sambil mengambil apel kesukaannya. Dilihatnya ada banyak pilihan jenis apel, dari yang beda warna hingga beda ukuran. “Mengapa kalian bertanding?” Tanya Erebus. “Itu hanya pertandingan persahabatan. Aku hanya penasaran dengan arena yang diciptakan oleh Empusa. “Kami juga sudah lama tidak bertanding!” Kata Empusa kepada Erebus.  “Pertandingan tadi sangat seru. Aku bisa merasakan semangat membara dari kalian berdua. Kalian tadi sangat serius bertandingnya. Bukan main-main!” Kata Erebus. Empusa berkata kepada Erebus, “Dua murid kami menonton pertandingan tersebut. Kami ingin mengajarkan perasaan saat bertanding dan teknik bertanding juga sama mereka.”  “Apakah mereka layak untuk menjadi penguji s*****a?” Tanya Erebus dengan satu gigitan pir. “Aku rasa sudah bisa dicalonkan. Beberapa waktu lagi aku akan rekomendasikan mereka ke para juri kota kita!” Ucap Empusa. Lalu ia melihat Amfiaraus. “Bagaimana dengan muridmu?”  “Muridku juga akan ku rekomendasikan juga kepada juri penguji. Tapi, tidak secepat Empusa. Ada sedikit hal yang ingin ku ajarkan lagi kepadanya.” Ucap Amfiaraus. Empusa terlihat bersemangat melihat Erebus. “Bagaimana dengan perkembangan muridmu?” “Aku sudah mengirim usulan untuk lima murid. Mungkin kabarnya sebentar lagi!” Kata Erebus dengan wajah datar tanpa senyuman seolah-olah itu hal yang biasa. Padahal Empusa dan juga Amfiaraus berusaha untuk menciptakan murid yang bisa tahan pada ujian para juri. Mereka memastikan murid yang dikirim kepada juri benar-benar layak. “Itu banyak sekali!” Kata Empusa. “Aku menemukan bakat itu, dan langsung mengirimnya. Perbedan kita adalah, kalian selalu membuat ujian lagi untuk menentukan kelulusan. Sedangkan aku, berdasarkan tekniknya lalu mengembangkannya dan tidak ada ujian kegagalan. Biarlah para penguji s*****a yang melakukan hal tersebut!” Kata Erebus. “Itu pemikiran yang sangat mudah. Jika salah pilih, kau bisa terkena masalah.” Kata Amfiaraus. Empusa membantah ucapan Amfiaraus. Ia membela Erebus karena ia diam saja. “Itu tidak akan terjadi. Semua rekomendasinya pasti diterima oleh juri penguji.”  “Benar juga! Aku melupakan hal tersebut. Dia kan penguji s*****a kesayangan para juri dan penempa!” Ucap Amfiaraus. Lalu Empusa menatap Erebus. Ia melihat wajahnya dengan menyipitkan mata. “Jangan-jangan keahlianmu yang sebenarnya adalah melamar!” “Apa yang kau katakan? Aku tidak memiliki bakat meramalkan masa depan!” Kata Erebus membantah.  “Siapa tahu saja!” Kata Empusa. Mereka sibuk makan makanan hidangan dari Erebus. Buah-buah yang disediakan oleh Erebus sangat enak. Mereka sampai-sampai hanya terdengar suara kenikmatan yang keluar dari mulut mereka. Mereka diam hingga seluruh buah yang ada di meja telah habis.  Erebus menepuk-nepuk perutnya. Amfiaraus mengusap perutnya yang kenyang. Sedangkan Empusa membaringkan dirinya di tempat duduk panjang di rumah tersebut.  “Kau harus sering-sering melakukannya ini pada kami!” Ucap Empusa sambil menutup matanya, memikirkan perasaan senangnya karena makanan yang lezat pemberian Erebus. “Aku ke gunung subur di surga bagian ke tiga! Aku membeli ini semua di sana!” Kata Erebus. Gunung subur adalah tempat di surga bagian ketiga yang menjajakan seluruh buah lezat di seluruh surga. Satu tempat itu menyatukan berbagai macam buah dari seluruh bagian surga. “Apa yang kau lakukan disana?” Tanya Empusa. Amfiaraus mengajarkan saja. Ia masih mengusap-usap perutnya lalu menutup matanya. Ia menyandarkan tubuhnya di sandaran kursi dengan kepala menghadap ke atas mencoba tidur. Ia tidak bisa bergerak karena sulit untuk melakukannya. “Itu yang ingin aku ceritakan kepada kalian!” Kata Erebus dengan senyuman.  “Wajahmu memerah!” Kata Empusa.  Amfiaraus merasakan aura kecurigaan. Ia langsung duduk tegak dan mata melek melihat Erebus di sampingnya di depan meja makan. “Aku rasa kau…” Kata Amfiaraus menunjuk-nunjuknya. “Aku? Apa?” “Apa itu?” Tanya Empusa lagi. “Apa? Apa?” “Kau jatuh cinta?” Teriak keras dari Amfiaraus. Ia berdiri lalu melompat-lompat kegirangan. “Apa kalian bisa melihatnya?” Empusa mendekat. “Ini berita baik!!” Kata Empusa.  Seluruh rakyat surga pasti sangat senang saat membicarakan tentang cinta. Selain menonton pertandingan pengujian s*****a, hal lain yang sangat disukai oleh penghuni surga adalah semua yang berhubungan dengan cinta. Mereka tidak bisa menahan rasa senang saat membicarakan hal tersebut. “Aku tidak tahu ini akan datang dengan sangat cepat!” Kata Amfiaraus. Empusa menatap Amfiaraus. “Dimana lama nya? Dimana cepatnya?” Katanya kesal. Mereka tidak bisa mengukur lama dan cepat karena mereka abadi. Karena itulah ia marah kepada Amfiaraus karena mengatakan hal tersebut. “Siapa namanya?” Tanya Empusa. “Hemera!” “Bagaimana kalian bisa bertemu?” Tanya Amfiaraus. “Aku sedang memilih buah. Saat memilih buah kesukaanku, ia datang dan berbicara dengan penjual buah. Ia berdiri di sebelahku dan aku melihat ke arahnya. Ia melekatkan rambutnya ke kupingnya dan aku bisa melihat senyumannya saat memilih buah tersebut. Awalnya aku tidak sadar bahwa aku sedang memandangnya dengan sangat lama. Senyuman darinya membuat hatiku meleleh. Lalu seseorang menabrakku!” Nadanya mulai kesal. “Dia adalah Kerberos. Dia memang selalu mengganggu. Ia menabrakku sengaja, dan gadis itu pun menghilang.” Mereka tertawa karena ulah dari Kerberos yang merusak suasana. “Tapi memang, perasaanku menjadi sangat damai saat memandangnya. Padahal aku baru saja melihatnya.” Ucap Erebus. “Darimana kau tahu namanya?” Tanya Amfiaraus dengan wajah datar. Itu sangat membingungkannya. “Aku menanyakan namanya dari penjual buah disana. Ia berkata bahwa nama gadis cantik tersebut adalah Hemera. Ia tinggal di dekat sana, di surga bagian ke tiga!” Kata Erebus. “Kau hebat juga!” Kata Amfiaraus. “Kita harus jalan-jalan ke sana!” Kata Empusa. “Benar? Maukah kalian ikut?” Kata Erebus. “Tentu!” Jawab Empusa. Amfiaraus hanya mengangguk dan memberi semangat.  “Kau harus beritahu dulu kedua orang tuamu sehingga kalian disertui!” Kata Amfiaraus. “Itu bisa dilakukan belakangan. Kita hanya butuh mencari pendampingnya dulu!” Kata Erebus bercanda. “Tidak akan sulit mendapatkan gadis itu! Kau tenang saja, kami siap memberi saran dan juga men-support mu.” Ucap Empusa dan memeluknya sambil menepuk-nepuk punggungnya. Erebus lebih bingung lagi. Mengapa ia tiba-tiba dipeluk. “Aku tidak sedang patah hati!” Komplain Erebus. “Benar juga!” Kata Amfiaraus tertawa melihat tingkah Empusa dan Erebus. Ia berkata mengejek mereka berdua, “Ia sedang meramalkan apa yang akan terjadi padamu!” “Maksudnya sakit hati karena ditolak?” Kata Erebus melihat Amfiaraus dan menolak Empusa agar melepaskan pelukannya. “Kau benar!” Kata Amfiaraus. Mereka pun tertawa.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN