Bagian 13 - Erebus si Kuat

1196 Kata
Erebus adalah salah satu dari delapan penguji s*****a elit. Banyak yang mengeluh-eluhkannya sebagai penguji s*****a hebat. Setiap gadis sangat menyukai Erebus. Tapi tak satupun dari mereka yang bisa memikat hatinya. Perasaannya tidak bereaksi saat gadis-gadis itu memberikan perhatian.  Kekuatan Erebus adalah pada ototnya. Ia memiliki otot yang besar dengan tubuh yang indah. Ia tinggi dan juga tampan. Sorotan tajam matanya membuat setiap orang yang melihatnya sangat kagum. Rambutnya pirang bergelombang menambah aura kejantanannya. Di surga bagian ke delapan banyak patung-patung dirinya yang dilambangkan sebagai kejantanan. Fans terbanyaknya terdapat di surga bagian ke delapan. Di sana, banyak yang menjual baju-baju dan juga patung-patung dirinya. Tapi, ia tidak sombong. Ia tidak membuat hal yang bisa membuat teman-temannya cemburu. Semua tanggapannya selalu positif. Ia tidak pernah membanggakan kekuatannya pada yang lain.  Murid yang paling banyak di teater adalah murid dari Erebus. Banyak yang ingin menjadi muridnya dibandingkan dengan penguji s*****a lainnya. Jika dibandingkan dengan murid Amfiaraus, murid Erebus bisa dua kali lipat muridnya. Murid-murid yang masuk ke dalam bimbingannya juga murid-murid dengan fisik yang tampan, tinggi, besar, berotot, dan juga pintar. Erebus sedang melatih murid-muridnya. Mereka berlatih di lapangan yang luas. Di lapangan tersebut ada gunung-gunung di bagian utaranya. Gunung tersebut dinamakan gunung Kembar. Gunung itu disebut gunung kembar karena gunung tersebut sama besar dan tingginya, lalu berdempet berbaris. Daerah kulit gunung tersebut tidak ada pohon sama sekali. Dari bawah hingga atas, gunung itu adalah tumpukan batu yang membentuk gundukan tinggi. Jadi arena untuk Erebus dibatasi oleh tembok besar di kanan, kiri dan belakangnya. Tapi, untuk di depannya, mereka tidak memberikan tembok, karena gunung itulah yang menjadi tembok mereka.  Gunung Kembar sangat berarti dalam melatih murid-muridnya. Gunung tersebut merupakan objek lain sewaktu memberikan latihan. Ia akan menyuruh murid-muridnya untuk mendaki gunung tersebut sambil membawa batu besar di tangannya. Batu tersebut bisa dua puluh kali lipat dari orang yang mengangkatnya. Hari ini ia mengajar murid-muridnya yang masuk di sesi pertama. Ia sengaja membagi murid-muridnya menjadi dua sesi. Sesi pertama adalah mereka yang sudah membentuk kekuatan otot sesuai standarnya. Sedangkan sesi ke dua adalah mereka yang memerlukan latihan lagi agar bisa membentuk otot sesuai dengan keinginan Erebus. Erebus tidak akan lama-lama mengajar. Ia akan memberikan perintah kepada murid-muridnya, kadang hanya satu perintah saja, lalu ia akan meninggalkan mereka untuk berlatih sendiri. Ia tidak akan mengawasi mereka. Ketika murid-murid di sesi satu memiliki penurunan, ia akan langsung memindahkannya menjadi murid-murid di sesi dua tanpa ragu. Meski ia tidak melihat bagaimana mereka berlatih, tetapi di hari berikutnya, ia tahu bahwa kekuatan mereka menurun atau tidak. Saat tahu bahwa itu menurun, maka tidak ada yang bisa dilakukan selain memindahkannya bersama murid-murid tahap awal. Erebus sedang mengajar murid-muridnya. Ia menyiapkan banyak batu di belakangnya. Batu tersebut sebesar rumah. Ada tiga puluh murid yang berdiri di belakangnya. Murid-murid yang ada di belakang Erebus akan mengisi kembali batu-batu besar tersebut ketika batu itu dilemparkan oleh Erebus.  Di depan Erebus, murid sesi satu sudah menunggu untuk mendapat lemparan. Mereka berbaris satu dan akan bergantian maju ketika batu sudah terlempar pada mereka. Bagian pertama adalah murid-murid tersebut akan membiarkan tubuhnya terkena batu yang dilempar Erebus. Kemudian di bagian kedua adalah murid-muridnya bertugas untuk memecahkan batu tersebut menjadi abu dalam satu kali pukulan.  Ia mulai bersiap-siap. Tiga puluh muridnya juga berkata bahwa mereka siap. Erebus tidak menerima yang namanya keterlambatan. Ia tidak ingin batu yang disiapkannya oleh murid-murid yang tiga puluh orang tersebut habis karena kecepatan lempar Erebus. Mereka harus berusaha mengisi kembali tempat tersebut dengan batu-batu untuk dilempar oleh Erebus.  Erebus mulai melempar batu pertama. Ia membungkukkan tubuhnya dan menyentuh bagian bawah batu dengan tangan kanan, lalu mengangkatnya ke atas dan menyeimbangkannya dengan tangan kirinya. Ia mengangkatnya ke atas kepala lalu seperti posisinya mulai berganti. Seperti seorang pitcher pada permainan bola baseball, ia memutar tangan yang memegang batu ke belakang, mengayunkan bahunya ke belakang, lalu mengangkat kaki kirinya untuk menambah kekuatan dan melempar dengan keras ke arah muridnya tanpa ragu. Kecepatan lemparan tersebut secepat kilat. Murid yang ada di depannya harus diam dan berdiri dengan tegak membiarkan tubuh mereka dihantam oleh batu tersebut. Saat murid yang satu sudah selesai, maka murid di barisan belakangnya akan maju dan menjadi sasaran berikutnya. Ia melakukannya hingga semua selesai mendapatkan lemparan tersebut.  Saat semua murid sudah mendapat hantaman bola, maka sesi latihan berganti ke tahap dua. Kali ini murid-muridnya diberikan lagi instruksi lain. Mereka harus memukul bola tersebut hingga menjadi abu.  Ia memberikan instruksi. “Pukul batu tersebut menghadap ke atas dengan menyebarkan kekuatan kalian bukan pada daerah tangan yang memukul saja. Tapi, hantaman dari tangan kalian akan menyebar ke seluruh batu yang akan memecahkan batu-batu tersebut menjadi kepingan abu.” Kata Erebus lalu melanjutkan sesi pengajarannya. Tidak ada sesi tanya jawab dalam kelasnya. Semua yang menjadi muridnya harus mendengarkan baik-baik dan tidak ada penjelasan ulang. Ia menatap ke tiga puluh muridnya yang menyediakan bola lemparan. Mereka bukan saja menyediakan bola lemparan tetap ada, tapi juga harus menaruh bola lemparan dengan besar dan berat yang sama. Erebus melihat sebentar ke belakang dan memuji ke tiga puluh muridnya yang membuat mereka bersemangat.  Ia melempar bola untuk sesi kedua. Lemparan yang diberikannya dua kali lipat lebih cepat dibanding yang pertama. Murid yang menerima lemparan melakukan pukulan sesuai dengan perintah dari Erebus. Mereka mengambil ancang-ancang dengan tangan kanan yang sudah dikepal, lalu mengarahkannya pada bola yang dilempar Erebus. Di percobaan pertama, lemparan Erebus sangat kuat hingga murid yang menerima terdorong ke belakang, tetapi tidak jatuh. Ia memukul batu tersebut dengan kuat lalu terdorong ke belakang beberapa meter. Murid yang berada di belakangnya harus pindah posisi ke samping untuk menghindari kejadian tersebut. Ia berhasil memukul batu tersebut tetapi hanya setengah yang menjadi abu. Sedangkan setengahnya lagi masih utuh. Murid yang lain juga menghadapi masalah yang lain. Ketika ia memukul batu tersebut, ia memang tidak terdorong ke belakang. Kuda-kuda kakinya sudah cukup menahan hantaman. Tapi, yang menjadi abu tidak seluruh batu, melainkan hanya bagian keliling batu tersebut. Sehingga batu yang dilempar kepadanya hanya menjadi kecil dan utuh. Murid-murid tertawa melihat kejadian tersebut.  Maka, Erebus membentuk tiga puluh murid lagi yang diambilnya dari murid sesi ke duanya. Tugas mereka adalah mengangkat batu-batu yang tersisa yang tidak menjadi abu ke pinggir lapangan agar murid selanjutnya juga bisa dilatih. Mereka bukan hanya mengangkat batu yang utuh, tidak lupa juga abu yang jatuh di depan murid yang membentuk gundukan pasir. Mereka mengambil sekop dan memindahkan tanah-tanah besar itu. Erebus terus melakukannya. Ia belum mengomentari apa-apa melihat kejadian-kejadian yang terjadi, mengapa pukulan mereka belum ada yang sempurna. Kebanyakan dari pukulan mereka masih tersisa sedikit, bahkan ada yang hanya sekitar pukulan tangannya saja yang membentuk lubang.  Semua selesai mendapat giliran. Tibalah Erebus memberikan penjelasan.  “Itu terjadi karena kekuatan yang kalian keluarkan tidak rata. Kalian memang sudah mencoba untuk menyebarkan tekanan pukulan kalian, tetapi kekuatan dalam sebaran itu belum memiliki kekuatan. Atau bisa jadi, kekuatannya terlambat datang sehingga hanya bagian keliling dari batu yang menjadi abu. Untuk itu, saya sudah memilih lima dari kalian yang akan dikirim kepada penguji s*****a. Nama-namanya adalah Kirk, Muses, Paeon, Matton, dan Panakea.” Kata Erebus. Murid-murid yang mendapat kesempatan tersebut sangat senang. Mereka saling memeluk dan berjabat tangan.  Sesi pengajaran selesai. Ia mengistirahatkan mereka termasuk juga sesi dua yang telah membantu dan menemui kedua temannya Askalafos dan Empusa.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN