Bagian 84 - Pertemuan yang tidak Terduga

1171 Kata
Hemera mendapat undangan dari Dewi A, yaitu Khloris untuk mengunjungi rumahnya. Khloris ingin menunjukkan koleksi bunga-bunganya yang terbaru. Bunga-bunga milik Khloris sangat penting saat pertunjukkan opera diadakan. Hemera sangat senang mengganti dekorasi panggungnya dengan bunga-bunga indah milik Khloris. Bunga yang dirangkai di bagian latar panggung saat opera berlangsung membuat keadaan panggung menjadi lebih indah. Setelah Khloris memperkenalkan bunga-bunga nya kepada beberapa penduduk surga, Hemera tertarik dengan ciptaan itu dan terobsesi untuk menggunakannya sebagai bagian dari opera.  Hemera datang bersama dengan Doris. Ia ingin ditemani olehnya karena ia tidak terbiasa untuk berjalan sendiri. Saat di perjalanan, Hemera berkata kepada Doris.  “Bunga apa yang kali ini akan kita gunakan?” “Aku lebih suka menggunakan bunga lily sebagai bagian utama dari dekorasi panggung untuk show kali ini.” Jawab Doris.  “Mau warna apa?” “Kuning!?” “Sudah kuduga. Pasti kau memilih warna itu. Memang cocok dengan tema kita yang menceritakan tentang kebohongan. Sebuah situasi yang sulit dilakukan oleh penghuni surga dan yang menceritakan tentang tujuan dari sebuah kebohongan yang dilakukan dengan sengaja!”  Kata Hemera. Rakyat surga tidak dapat mengatakan hal yang tidak sesuai fakta. Tapi, ada beberapa kelompok yang mencobanya dan membiasakan diri untuk itu. Cerita inilah yang diangkat oleh pemimpin Opera, dewa Olimpus.  “Benar. Bagian terbanyak dari dekorasi bisa kita tonjolkan karangan bunga lily yang lebih banyak dibanding yang lain!” Kata Doris.  Saat mereka sedang asik berbicara, kumpulan para penguji s*****a melewati mereka.  “Ada banyak sekali orang disini?” Kata Hemera yang melihat segerombolan orang yang keluar dari teater.  Doris mengucek matanya. Ia tidak percaya melihat Erebus dalam salah satu barisan tersebut. “Itu sepertinya Erebus!” Katanya Mereka melanjutkan perjalanan dan sampai di rumah Khloris.  Dari jauh, Khloris sudah melihat mereka berdua datang. Ia langsung berlari menyambut mereka.  “Kalian akhirnya sampai!” Kata Khloris memeluk mereka. “Kami sangat senang bisa mendapat undanganmu dan melihat koleksi terbaru mu!” Kata Hemera menggenggam tangannya.  “Aku yang sangat merasa terhormat bisa menunjukkan koleksiku kepada dua wanita cantik surga!” Puji balik Hemera.  Doris memeluk Khloris dan menyapanya. Mereka pun melihat bunga koleksi dari Khloris. Saat mereka sedang sibuk melihat bunga-bunga, suara seorang pria terdengar memanggil Doris.  “Erebus? Apa yang kau lakukan disini?” Tanya Doris.  Khloris melihat ke arah Erebus. “Aku baru pertama kali melihatmu datang ke daerah ini!” Kata Khloris kepada Erebus. Ia tampak curiga kepadanya.  “Ha?” Kata Erebus karena syok mendengar tanggapan Khloris. “Aku rasa dia mengikuti kami!” Kata Doris.  “Aku? Tidak! Aku sedang sibuk. Tiba-tiba aku sadar aku berada disini. Ini tidak disengaja sama sekali!” Kata Erebus yang langsung berlari pergi. Khloris bingung mengapa Erebus tiba-tiba muncul di tamannya.  “Dia adalah salah satu dari penguji elit! Kalian kenal dia?” Tanya Khloris. “Aku kenal!” Kata Doris.  “Apa yang dilakukannya? Aneh sekali!” Kata Khloris. Tapi, tiba-tiba wajahnya berubah, sangat berbeda. Dari yang bingung menjadi tersenyum bahagia. “Apakah dia menampakkan diri karena ada dua wanita cantik disini?” Kata Khloris melanjutkan perkataan selanjutnya sambil tertawa kecil. Doris melihat Hemera. Karena tatapan Doris kepada Hemera, Khloris juga ikut menatapnya. Ia tahu maksud tatapan dari Doris tersebut.  “Oh!? Jadi dia…” Kata Khloris. “Cukup! Kita lanjut melihat koleksimu lagi.” Kata Hemera yang menghindari untuk melanjutkan topik tersebut.  Selesai melihat koleksi dari Khloris, mereka pergi dari surga bagian ke dua, kembali ke tempat mereka berasal, yaitu di surga bagian ke tiga. Dalam perjalanan balik mereka Doris membahas apa yang dilakukan Erebus.  “Aku rasa dia mengikutimu!” Kata Doris menyenggol bahu Hemera.  “Apa yang kau bicarakan? Aku tidak mengerti!” Kata Hemera yang wajahnya mulai memerah. “Bagaimana kalau kita lihat dia di teater?” Tanya Doris.  “Apa dia ada disana?”  “Ya! Dia disana sedang mengajar murid-muridnya. Aku pernah menuju ruangannya. Ayo!” “Ayo!” Doris langsung membolangkan matanya. “Kau memang pura-pura tidak ingin, tapi sebenarnya ngarep!” Kata Doris. “Kan penasaran!” Kata Hemera.  Mereka yang sudah setengah perjalanan, harus kembali demi melihat Erebus di teater. Saat mereka sampai di sana, mereka masuk kedalam dan mencari Erebus. Untunglah tak ada yang memperhatikan mereka masuk ke dalam.  Doris berbicara pelan dengan Hemera. “Kalau aku ketahuan di daerah ini lagi oleh ayah, aku pasti sudah dimasukkannya ke dalam sumur kebinasaan!” “Kenapa kau harus mengatakannya sekarang, disaat kita sudah sampai disini? Kau membuatku menjadi lebih takut!” Bisik Hemera. “Sudah, sebaiknya tidak pikirkan itu!” “Aku sudah memikirkannya, dan kau bilang tidak untuk memikirkannya.” “Sudah, ruangannya ada disana. Cepat lari kesana!” Kata Doris.  Mereka berdua lari dan melihat dari jendela apakah Erebus ada di sana atau tidak. Saat berdiri di depan ruangannya, Erebus menyapa mereka berdua dari belakang. “Apa yang kalian lakukan? Apakah melihatku?” Tanya Erebus dengan penuh percaya diri.  “Kami?” Kata Doris dengan ketakutan. “Kami hanya tersesat!” Kata Hemera.  Mereka berdua langsung pergi. Saat Hemera melewati Erebus, tangan Erebus memegang tangan Hemera hingga ia tersentak berhenti. Hemera melihat mata Erebus.  Erebus dengan tulus berkata kepadanya. “Tenang saja, aku suka kau yang begini!” Hemera terdiam. Ia tidak bisa bergerak. Ia ingin sekali memeluk Erebus karena ucapannya. Tapi, ia tidak bisa melakukannya. Ia harus menahan diri. Doris yang melihat Hemera tidak bereaksi, ia langsung menarik Hemera agar berjalan keluar dari teater itu.  “Apa yang kau lakukan?” Tanya Doris sambil menarik Hemera keluar dari teater.  Tubuh mereka lemas saat berada di luar teater. “Apa yang sebenarnya kita lakukan? Kita melakukan hal yang sangat bodoh!” Kata Doris yang menyungkurkan dirinya ke tanah dan wajahnya menghadap ke atas seperti sedang meminta pengampunan. Hemera seperti orang yang kesurupan. Ia diam saja tak menanggapi apa yang dikatakan Doris.  Dari pintu teater, mereka tidaklah jauh. Di depan pintu itu, ternyata Erebus melihat mereka. Ia berteriak dengan keras hingga mereka mendengar teriakannya.  “Kalian tidak bodoh! Percayalah!” Kata Erebus mengganggu mereka. Membuat mereka malu lagi. Doris melihat ke belakang. Hemera juga begitu. Tak menunggu Doris berdiri, Hemera langsung lari kencang meninggalkannya.  Situasi sudah menjadi lebih tenang. Mereka sudah jauh dari tempat itu. Mereka berlari terus hingga melewati batas surga bagian ke dua. “Stop! Aku lelah!” Kata Doris yang berhenti berlari karena Hemera yang tak berhenti-henti berlari. Mendengar teriakan Doris, Hemera tersandung batu dan terjatuh. Doris tertawa terbahak-bahak melihat temannya itu terjungkir seperti bola yang dilempar dan berguling di tanah. Doris berdiri dan membantunya.  “Kau baik-baik saja?” “Adduhhh..” Ia menutup wajahnya dengan tangan. Bukannya khawatir dengan keadaan tubuhnya, ia malah berteriak tak jelas. “Apa yang kau lakukan?” “Aku malu sekali! Kenapa harus seperti ini? Sepertinya aku yang sangat cinta sekali dengannya! Mengapa aku mengorbankan harga diriku? Aku gila… gila… kenapa kita harus kembali ke teater itu!” Lalu ia mengeluarkan suara seperti sedang menangis. “Aku yang salah! Sudahlah, dia menyukainya juga!” Mendengar ucapan Doris, ia berteriak sekeras-kerasnya dan mengacak-acak rambutnya.  Doris langsung berkata, “Cinta itu memang gila!”   
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN