Bagian 116 - Ke Rumah Persefon

1125 Kata
Eidothea telah memberikan tanggal untuk pernikahan Erebus dan Hemera. Mereka mengingat tanggal itu dan berdiri keluar dari ruangan tersebut. Pintu batu terbuka lebar dan mereka melihat Persefon sedang duduk menunggu mereka. Ia menunggu mereka sangat lama disana. Erebus mengucapkan terima kasih karena Persefon masih menunggu mereka selesai.  Eidothea berdiri di belakang mereka. Ia meletakkan tangannya ke belakang dan tersenyum kepada pasangan tersebut.  “Semoga kalian bahagia!” Ucap Eidothea padahal wajah mereka sedang melihat Persefon.  Mereka berdua berbalik dan memberikan hormat kepada Eidothea. Mereka mengucapkan terima kasih dan mengundangnya untuk datang ke pernikahan mereka. Persefon menundukkan tubuhnya dan pergi memandu mereka keluar dari gua. Mereka berjalan menyusuri gua yang lebih dingin dari sebelumnya. “Apakah bajumu sudah kedinginan?” Tanya Hemera kepada Erebus. Ia tahu bahwa Erebus sebelumnya telah basah karena disuruh untuk duduk di bawah pancuran di ruang Eidothea. “Aku tidak apa-apa. Ini bukan hal yang sulit!” Jawab Erebus. Persefon senang dengan apa yang dilihatnya. “Kalian romantis sekali!” Ucapnya. “Aku rasa kau dan suamimu lebih romantis!” Ucap Hemera. “T-tidak. Dia tidak begitu!” Kata Persefon. Lalu ia berkata lagi setelah memberikan jeda dari kalimat sebelumnya. “Apakah kalian sibuk setelah ini? Kalian bisa singgah ke rumah kami dulu untuk minum teh buatanku! Aku ada teh yang sangat lezat yang harus kalian coba!” Ucap Persefon. Erebus melihat Hemera. “Aku rasa itu ide bagus. Aku ingin lebih lama disini.” Kata Erebus yang melihat Hemera sewaktu menjawab undangan Persefon. “A-aku? Aku senang juga!” Kata Hemera yang gagok. Ia sedang memikirkan keadaan ayah dan ibunya. Ia sudah menghabiskan waktunya bersama Erebus. Ia juga tidak latihan opera beberapa waktu ini karena bersama mereka. “Baiklah, itu ide yang bagus.” Kata Erebus. Persefon bertepuk tangan. Ia senang sekali karena suaminya, Tartarus sangat menyukai mereka berdua. Ia pasti tidak berhenti melompat kegirangan sewaktu tahu bahwa pasangan pujaannya berada di rumahnya. Ia tidak sabar secepat mungkin untuk sampai ke rumah mereka. “Bagaimana dengan tanggal pernikahan kalian? Sudah ditentukan?” “Ya! Lima puluh dua hari lagi dari sekarang!” Jawab Hemera. “Wow, itu sebentar lagi!”  “Kami harus segera mempersiapkan semuanya sesegera mungkin!” Kata Erebus. Mereka berjalan diterangi dengan tumbuhan yang bisa bercahaya itu. Mereka tampak menikmati perjalanan itu tanpa ada keluhan seperti di awal.  “Apakah Eidothea pernah keluar?” Tanya Hemera. “Tidak pernah! Ia tidak pernah keluar sama sekali. Aku tidak pernah melihatnya berjalan di hutan.” Kata Persefon. “Kami mengundangnya ke pesta. Apakah dia akan datang?” Tanya Hemera. “Aku tidak tahu. Mungkin dia akan melakukannya!” Jawab Persefon.  Mereka pun sampai di rumah Persefon setelah melewati hutan yang lebat. Hemera terkesima dengan jalan masuk yang ditata rapi oleh Persefon sendiri. Ia dengan bangga menceritakan apa yang dilakukannya di sekitar rumahnya. Ia kemudian menunjukkan tempat mereka tinggal bersama Tartarus.  “Rumah kalian sangat indah!” Ucap Erebus. “Benarkah?” “Aku juga berpikir yang sama! Tapi, saat kemari, mengapa kami tidak melihat rumahmu?” Tanya Erebus. “Kalian datang dari arah yang berbeda. Kalian datang dari timur, sedangkan rumahku di barat. Memang bagian sisi hutan semua terlihat sama. Kalau kalian datang dari surga jalan besar surga bagian ke tiga, kalian tidak akan melewati rumah kami!” Jelas Persefon.  Mereka bertiga berdiri di depan rumah Persefon. Kemudian Persefon mempersilahkan mereka untuk masuk ke dalam. Terdengar suara teriakan dari Persefon yang memanggil suaminya. Ia ingin memberitahukan bahwa idolanya berada di rumah mereka.  “Aku tidak tahu bahwa kita seterkenal ini!” Kata Hemera kepada Erebus. Mereka duduk di kursi di ruang tamu Persefon. Ada banyak jenis tanaman yang ditanam dalam pot yang menghiasi dinding-dinding mereka.  Tartarus muncul. Dia adalah suami dari Persefon. Ia berteriak karena tidak menyangka akan kedatangan mereka. Ia duduk di dekat mereka dan mengatakan bahwa ia sangat kagum kepada mereka berdua. Ia sangat suka dengan pertarungan Erebus dan juga suara seriosa Hemera.  “Aku baru tahu bahwa di surga ada yang namanya opera. Sebelumnya, aku tidak mengetahuinya. Saat pertandingan terakhir, kau bernyanyi di tengah-tengah arena, dan aku langsung terkejut, betapa indahnya suara itu. Aku sangat terkejut saat tahu penghuni surga bisa memproduksi suara indah seperti itu!” Kata Tartarus menceritakan kisahnya dengan cepat. “Kami senang sekali bertemu denganmu!” Ucap Hemera. “Sudah berapa lama kalian menikah?” Tanya Erebus. “Kami baru saja menikah di generasi ini!” “Apakah kalian memiliki anak?” “Tidak! Kami belum memilikinya!” Jawab Tartarus. “Baiklah!” Ucap Erebus mengangguk.  Lalu Persefon membawa empat gelas teh buatannya yang terbaru. Ia menyuguhkannya di depan mereka. Warna teh itu bening dan ada seperti jelly yang mengambang di permukaan teh. Hemera mengambil teh tersebut. Ia bisa merasakan panas dari teh yang baru dibuat.  “Ini wangi sekali!” Kata Hemera. “Ya, ini teh yang baru saja aku buat. Aku meramunya dari tanaman lidah duri. Jadi di bagian daunnya ada duri-duri kecil di sisi nya, dan bagian daunnya itu tebal. Ada bagian lembut saat kulitnya dikupas. Bagian di tengah itu adalah bagian yang mengambang dari teh tersebut. Bagian itu tidak perlu dimasak, hanya perlu dipotong kecil-kecil saja.” Ucap Persefon. “Aku tidak sabar mencobanya!” Ucap Hemera yang menghembus teh tersebut agar cepat dingin. Ia kemudian menyeruput teh tersebut. “Silahkan diminum!” Ucap Tartarus kepada Erebus. “Ini sangat lezat! Apa yang kau taruh pada bagian tehnya? Terasa segar sekali!” Kata Hemera setelah mencobanya.  “Ini adalah seduhan dari daun serai. Daun itu dijemur hingga kering, lalu dibiarkan selama beberapa waktu. Setelah cukup wangi, lalu diseduh dengan air panas. Dibiarkan hingga dua puluh dua hari setelahnya. Baru bisa dikonsumsi. Saat mengkonsumsinya, air serai tadi dimasak dengan air biasa hingga mendidih. Lalu dicampurkanlah dengan daun duri tadi.” Jelas Persefon. “Ternyata sulit juga untuk bisa membuatnya!” “Tidak juga! Kau harus coba!”  “Tentu, aku ingin mencobanya!” Kata Hemera dengan senang. “Aku akan ambilkan bahan-bahannya yang bisa kau bawa pulang nanti.” Kata Persefon meninggalkan mereka. Erebus berbicara dengan Tartarus.  “Pernikahan kami akan diadakan lima puluh dua waktu lagi. Kami senang mengundangmu untuk datang!” Ucap Erebus kepada Tartarus. “Benarkah? Aku senang sekali bisa dapat undangan langsung darimu. Aku menawarkan diri untuk membantu mu mempersiapkan pesta!” Kata Tartarus. “Benarkah? Aku tidak akan sia-siakan itu! “Ya, aku akan senang sekali bisa melakukannya. Kau tinggal memanggilku nanti. Aku pasti akan membantu!” Ucap Tartarus. Persefon kembali ke dalam rumah. Ia memberikan daun duri dan juga serai untuk dibawa oleh Hemera. Ia meletakkannya di kantongan dan memberikannya. Hemera dan Erebus pun permisi pulang. Sebelum berpisah mereka mengingatkan Persefon dan Tartarus tentang pernikahan mereka. Dengan senang hati mereka akan melakukannya. Erebus dan Hemera pun pergi meninggalkan mereka dan kembali ke rumahnya masing-masing.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN