Bagian 117 - 7 Penghuni Surga Awal

1133 Kata
“Apa yang kau lakukan nanti untuk pesta mereka?” Tanya Tartarus, suami Persefon. “Aku akan membuatkan gaun pernikahan untuk mereka. Hemera sendiri yang mengatakannya padaku. Aku akan bekerja sama dengan Khloris untuk membuat baju tersebut!” Jawab Persefon. Ia mengatakannya sambil membereskan gelas-gelas minum bekas mereka tadi. Setelah kembali dari dapur, Persefon bertanya balik pada Tartarus. “Bagaimana denganmu? Kau sepertinya juga mendapat bagian!”  “Aku menawarkan diri untuk mempersiapkan pestanya! Erebus dengan senang menerima bantuan ku. Aku tidak menyangka!” Kata Tartarus. Persefon tampak senang. “Kita berdua memiliki andil dalam pesta mereka. Sebuah kehormatan yang tak terbayangkan bisa kita dapatkan!” Kata Persefon. Tartarus memeluk istrinya dan mencium keningnya dengan kuat dan lama. “Aku mencintaimu!” Ucap Tartarus setelah melepas pelukannya. *** Hemera berjalan pulang ke rumahnya. Saat di simpang jalan, Erebus melepas Hemera pergi. Ia harus pergi kembali ke surga bagian ketiga ke arena teater, sedangkan Hemera pergi ke rumahnya.  Sesampainya disana, ia meletakkan bawaannya dari Persefon di atas meja. Ibunya, Thalassa melihat bawaan Hemera.  “Apa ini? Ibu tidak pernah melihatnya!”  “Ini adalah pemberian dari Persefon yang tinggal di gunung subur. Ia membuat teh yang sangat enak dengan bahan ini. Aku akan mencoba membuatnya. Ibu pasti akan ketagihan!” Ucap Hemera. “Ibu tidak sabar ingin mencobanya.” Kata Thalassa. Kemudian ia memperhatikan baju yang dipakai anaknya. “Itu bukan baju mu. Darimana baju itu?” Tanyanya. “Baju ini dibuat oleh Thalassa. Ia sangat pandai membuat gaun!” Jelas Hemera. “Apa yang kau lakukan bersama Persefon? Mengapa sampai selama ini?”  “Aku menemui Eidothea. Aku tidak sendiri. Aku bersama Erebus pergi kesana. Kebetulan saat di gunung subur, aku bertemu Persefon, dan ia membawa kami menemui Eidothea. Kami ingin bertanya tentang tanggal pernikahan yang cocok. Ia menyarankan kami untuk menikah di hari kelima puluh dua generasi ini!” Jelas Hemera yang kemudian duduk di kursi makan. Ia melihat buah melon, dan mengambilnya. Ia mendengarkan pendapat ibunya sambil memakan buah tersebut. “Ini segar sekali!” Ucapnya. “Oh ya? Jadi… jadi… apa yang dikatakan Eidothea? Yang kau maksud adalah Eidothea si peramal bukan?” Tanya Thalassa yang mendekatkan dirinya kepada Hemera.  “Ya, si peramal.” “Itu bagus sekali. Kau sangat diberkati karena tanggal pernikahanmu ditentukan oleh Eidothea. Ini jarang sekali terjadi.” Kata Thalassa. “Waktu yang ditentukan oleh Eidothea sangat singkat. Kita akan terburu-buru untuk mempersiapkan pesta.” Kata Hemera. Thalassa tersenyum. “Mengapa sulit, Hemera? Ada banyak yang datang kesini untuk membantumu mempersiapkan pesta bahkan sebelum tanggal pernikahanmu ditentukan.” Ucap Thalassa. Tentu saja Hemera terkejut. “Siapa saja yang datang?” “Fanes datang untuk menawarkan makanan yang bisa dihidangkan di pestamu. Ada juga Akhelois si pembuat anggur, merelakan dirinya untuk membuat anggur terbaik!” Jelas Thalassa. “Padahal mereka belum tahu kapan itu diadakan!” “Semua orang tahu bahwa melakukan persiapan pernikahan itu membutuhkan banyak waktu. Memikirkannya mulai dari sekarang adalah hal yang penting!”  “Ibu benar!”  Dewa Olimpus datang. Ia melihat anaknya sudah berada di rumah. Ia sedikit kesal dengan Hemera yang tidak hadir saat rehearsal opera. Ia juga sudah lama tidak latihan. Thalassa menceritakan apa yang terjadi kepada Olimpus. Ia pun mengerti. Ia ikut duduk di meja makan ingin mendengarkan kelanjutan ceritanya. Ia sangat senang karena akhirnya tanggal pernikahan mereka sudah diputuskan. “Kita harus memastikan siapa-siapa yang harus kita undang!” Kata Olimpus. “Bukankah seluruh penghuni surga diundang?” Tanya Hemera. “Ya, semua diundang. Tapi, untuk keluarga dan kerabat dekat, wajib diberitahu secara langsung. Itu adalah salah satu syarat yang harus dipenuhi. Kita juga harus menggunakan jasa pengantar surat untuk memberitahukan seluruh keluarga dan juga orang-orang penting yang akan hadir di pesta tersebut. Jika tidak melakukannya, mereka tidak akan datang, dan berkat untukmu akan terhenti!” Kata Olimpus. “Siapa-siapa saja yang akan menerima surat?” Tanya Hemera. “Kita akan kirim surat kepada ketua masing-masing surga. Ada Efialtes, Otos, Briareus, Gyges, Kottus, Steropes, Brontes, Arges. Kita juga harus undang mereka yang mendapat gelar dewa dan dewi. Ketua penjurian s*****a, dan juga penghuni surga awal.” Ucap Olimpus. “Itu akan banyak sekali!” Kata Hemera. Olimpus terlihat kebingungan. “Apakah ibu tahu siapa-siapa saja Penghuni surga awal?” Tanya Olimpus kepada istrinya. Thalassa mengambil sebuah buku. Disana ada tertulis siapa-siapa saja penghuni surga awal. Ia membacakan ada tujuh penghuni surga awal yang harus mereka undang.  “Ada Eidothea yang lahir dari buah Cupuacu,  Ananke si penggadai barang yang lahir dari tongkat kecil di daerah wilayah surga bagian pertama. Arae si pemilik pohon kehidupan. Ia lahir dari tetesan darah pohon kehidupan. Epione si tabib yang lahir dari pohon Yodium yang sudah membusuk, Glaucus yang lahir dari tetesan embun kecil, dan yang terakhir Dolos. Ia tidak tahu darimana lahir. Ia yang paling misterius di antara semuanya. Apakah Dolos akan kita undang? Dia tampak menyeramkan!” Kata Thalassa. “Kita tentu harus mengundang mereka semua. Mereka adalah pemberi berkat di surga ini!” Kata Olimpus. Thalassa tak bisa berkata apa-apa lagi. Ia mengikuti kemauan suaminya saja. Apa yang dikatakan olehnya memang cocok sekali. Membeda-bedakan penghuni surga tidaklah cocok. “Kita harap mereka akan memberikan banyak berkat bagi pernikahan anak kita!” Ucap Thalassa. Ia melihat ke arah buku yang dibukanya, dan melewatkan sesuatu. “Ada satu lagi ternyata, yang ketujuh! Yaitu Amfilogiai. Ia lahir dari emas yang muncul dari tanah surga. Aku hampir melupakannya!” Ucap Thalassa. Setelah selesai membicarakan undangan, Hemera mengatakan bahwa baju pernikahannya sudah ditentukan pembuatnya. Thalassa tampak kurang senang dengan pilihan dari Hemera. “Persefon yang akan membuat baju pernikahan ku. Ia akan berkolaborasi dengan Khloris. Baju itu pasti sangat indah!” Jelas Hemera. “Mengapa harus dia? Ada banyak yang bisa kita suruh untuk membuat bajumu. Kau belum mengenal mereka!” Jawab Thalassa ketus. “Lihatlah baju yang kupakai ini! Ini sangat indah. Tidak ada baju yang bisa menyaingi keindahannya. Padahal ini hanya berasal dari tumbuh-tumbuhan di hutan subur.” Jelas Hemera tak mau mengalah. “Kau seharusnya menanyakan ibu dulu jika itu menyangkut gaun!” Ucap Thalassa.   “Mereka sudah terlatih. Ibu tidak perlu khawatir. Anakmu ini pasti akan tampil sangat cantik di pesta pernikahannya!”  “Ibu meragukan itu. Ibu akan tetap membuatkan baju pernikahan untukmu. Jika ibu tidak suka dengan baju pernikahanmu yang dibuat oleh Persefon dan Khloris, maka kau harus mau memakai gaun yang ibu persiapkan!” Kata Thalassa dengan tegas. ‘itu tidak akan terjadi!” Kata Hemera. “Stop!” Teriak Olimpus. “Tidak akan ada yang menang saat kalian mengadu argumen seperti ini. Sebelum terlanjur dalam yang mengakibatkan kalian kesulitan, lebih baik kita akhiri percakapan ini dan mulai berpikir tentang pesta mu!” Tunjuk Olimpus kepada putrinya. Mendengar Olimpus kesal, Hemera dan Thalassa menjadi diam dan mencoba mencari topik yang bisa dibahas di depan Olimpus.   
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN