Bagian 96 - Teh Mawar Hitam

1162 Kata
Hemera tampak canggung berada di depan Erebus. Kakinya tidak bisa berdiri dengan tegak menahan tubuhnya. “Apa kau baik-baik saja?” Tanya Erebus yang melihat Hemera seperti sedang kesusahan. “Aku tidak apa-apa!”  Tiba-tiba Hemera terjatuh. Erebus langsung menangkapnya. Ia menyandarkan Hemera di dadanya dan tangannya berada di pinggang Hemera. Keringat lengket Erebus menyentuh kulit mulus Hemera. Hemera semakin membeku. Ia bahkan tidak bisa bicara. Bunga yang diberikan Hemera masih di tangan Erebus. Tapi, karena menangkap Hemera, beberapa bunganya menjadi berjatuhan ke lantai. “Kau tampak tak baik-baik saja! Aku akan mendudukkanmu disana!” Kata Erebus yang mendirikan Hemera, lalu memegang tangannya dan membantunya berjalan ke tempat duduk yang ditunjuk Erebus. Erebus jongkok ke bawah. “Apa kakimu bermasalah?” Tanya Erebus sambil melihat ke arah kaki Hemera.  “Tidak… tidak ada yang salah!”  “Baiklah…” Kata Erebus yang kemudian berdiri. “Terima kasih atas bunganya. Apa aku akan menonton pertandingan ku lagi?” Tanya Erebus dengan serius. “Apa?” Hemera terkejut. “Semua suka pertandingan ini. Apalagi Doris. Pasti aku akan menontonnya.” Jawab Hemera. “Apakah kau menonton pertandingan ini karena melihatku atau melihat pertandingannya?” Tanya Erebus lagi memancing. “Ha? Aku rasa kakiku sudah baik!” Kata Hemera sambil melompat-lompat menunjukkannya kepada Erebus. “T-tidak.. kau tampak tidak baik!” Kata Erebus. “Benar, aku baik-baik saja!”  “Wajahmu memerah. Mungkin kau sedang sakit!” Kata Erebus dengan senyuman manis. Hemera melotot. “Apa? Tidak mungkin! Sebaiknya aku pergi!” Katanya dan berlari meninggalkan Erebus dengan malu. Hemera keluar dan melihat Doris berdiri menunggunya.  “Aku menunggu mu! Tapi, kau tidak datang-datang. Bagaimana ini? Kau membuatku malu! Ia menggodaku tadi. Itu sangat mengesalkan!” Kata Hemera. “Kau kenapa? Bukankah kau senang bisa bertemu dengannya?” Tanya Doris yang mengikutinya dari belakang.  “Tunggu!” Kata Doris berteriak. Tapi, Hemera tetap berjalan. “Tunggu!” Kata Doris lagi semakin keras. Hemera berhenti. Ia melihat Erebus lagi. “Apa kau mengikutiku?” Tanya Hemera kepada Erebus. Ia ternyata kembali ke tempat yang tadi. “T-tidak! Aku tidak melakukannya! Aku rasa kau yang kembali dari pintu yang berbeda.” Kata Erebus menunjuk ke arah kanan pintu yang tadi membawanya keluar, dan sekarang ia masuk dari pintu di kiri Erebus. “Aku sudah berteriak padamu tadi. Aku sudah mengatakannya untuk tunggu!” Kata Doris. “Apa yang ku lakukan?” Kata Hemera berjalan dengan cepat. Ia keluar dari pintu sebelah kanan Erebus. Pintu yang pertama kali tempatnya keluar. “Tunggu.. tunggu.. tunggu…!” Teriak Doris. Hemera berhenti. “Kenapa lagi? Aku sangat malu!” Kata Hemera.  Doris menarik napas. “Aku sudah mengatakan padamu untuk berhenti, tapi kau tidak berhenti. Sekarang kau menyenggakku karena kau kembali ke tempat Erebus tadi. Aku tadi ingin bertanya apakah kau tahu jalan pulang atau tidak! Tapi, kau langsung jalan saja tanpa melihat arah jalan yang benar!” Kata Doris dalam sekali menarik napas panjang. “Maaf…” Kata Hemera. “Aku mengerti. Kita lewat sini!” Kata Doris, dan mereka pun pergi keluar dari arena.  Situasi di luar masih sangat rame. Penghuni surga sibuk berjalan kembali ke wilayah rumah mereka. Doris dan Hemera harus pandai-pandai mencari celah untuk berjalan. Kalau tidak mereka tidak akan melewati kerumunan yang sangat banyak itu. Sangkin banyaknya, Doris dan Hemera pun berpisah. “Kita bertemu di tempat Khloris!” Teriak Doris dari jauh. Hemera mendengar itu. Hemera terus berjalan, hingga akhirnya menuju tempat Khloris. Ia sampai lebih dulu di tempat Khloris.  “Kau sendiri? Dimana Doris?” Tanya Khloris setelah Hemera masuk ke rumahnya. “Banyak sekali orang yang tinggal di surga ini!” Keluh Hemera. “Kami terpisah di kerumunan dan berjanji akan bertemu disini!” Jelasnya. “Kau tampak sedih!” Kata Khloris dan memberinya teh bunga. “Benarkah? Mengapa cinta itu menyedihkan. Ingin berkata mau, tapi mulut tidak mengizinkan.” Kata Hemera, lalu menirukan suara orang yang sedang menangis.  Khloris tertawa. “Semua memang begitu. Seperti gelas yang terus diisi air terus menerus, pasti akan tumpah. Seraya cinta pun terus terisi hingga perasaan mu penuh tentangnya, mulutmu akan mengatakannya tanpa disuruh.” Kata Khloris. “Maksudmu, sekarang aku tidak mengakuinya karena aku belum yakin bahwa dia cintaku, makanya aku tidak bisa mengakuinya?” Kata Hemera. “Seperti itulah!” “Agak sulit dicerna!” Kata Hemera. “Aku malu sekali! Apa dia berpikir bahwa aku sangat mencintainya hingga mengejarnya sampai ke surga bagian ke lima!” Kata Hemera lagi lalu menutup wajahnya karena malu. Doris pun datang. Ia masuk ke rumah Khloris sambil marah-marah karena sulitnya untuk sampai kesana.  “Kau lebih cepat sampai!” Kata Doris kepada Hemera.    “Kau yang lama!” Kata Khloris.  Khloris menceritakan bunga yang sedang dibuatnya kepada mereka. Ia membawanya ke bagian belakang rumahnya dan memperlihatkannya. Mahakarya terakhirnya dinamakan mawar hitam. Ia berkata bahwa mawar itu memiliki arti keinginan, harapan dan misteri. Jika dijadikan teh itu akan menjadi berkat bagi mereka yang meminumnya. “Jika dijadikan mawar ini sebuah minuman teh, maka mereka yang minum akan mendapatkan salah satu dari tiga berkat itu. Sayangnya, kita tidak tahu apa yang terjadi pada kita setelah meminum teh itu.” Jelas Khloris. “Apa maksudmu memberitahukan ini padaku?” Tanya Hemera.  “Aku hanya bercerita tentang mawar ini saja karena ini baru ku ciptakan. Mungkin kalau salah satu dari kalian mau meminumnya…” Kata Khloris mencoba untuk mencobai mereka.  Hemera memikirkan apa yang dikatakan Khloris. Ia menjadi tertarik untuk mencobanya. “A-aku…”  “Hei.. kau tidak mempertimbangkan itu kan?” Kata Doris kepada Hemera.  Hemera melihat Doris dengan tatapan kosong. Doris tahu bahwa Hemera ingin mencobanya. Khloris melihat mereka berdua dengan tatapan tajam.  “Kau mau mencobanya?” Tanya Khloris kepada Hemera. Hemera memejamkan mata dan menganggukkan kepalanya. Doris mencoba menasehatinya agar tidak melakukannya. Tetapi, Hemera tetap bersikeras ingin mencobanya.  Doris berkata kepada Hemera, “Kalau kau meminum teh itu, hanya salah satu dari berkat itu yang kau dapatkan. Kau tidak mendapatkan ketiganya sekaligus. Untung-untung kau mendapatkan harapan atau keinginan. Bagaimana kalau misteri dan misterinya itu buruk?”  Doris melihat Khloris. “Kau seharusnya tidak mengatakan hal yang membuatnya ragu-ragu seperti itu!” Kata Doris kepada Khloris dengan marah.  “Aku hanya menceritakan apa yang kudapatkan!” Kata Khloris lagi. “Siapa tahu aku bisa mendapatkan keinginan dan meminta sebuah permintaan yang …” Kata Hemera sambil membayangkannya.  “Kau sudah gila! Itu tidak mungkin terjadi! Kemungkinannya sangat kecil! Percayalah …” Kata Doris kepada Hemera. Tapi, Hemera tetap pada pendiriannya. Ia tetap ingin mencoba teh itu. Khloris pun membuat teh dari mawar hitam sesuai dengan permintaan Hemera. Ia benar-benar meminum teh tersebut. Saat sudah selesai meminumnya, ia bingung karena tidak ada reaksi sama sekali.  “Aku belum pernah mencobanya kepada seseorang. Kau orang yang pertama meminumnya.” Kata Khloris dengan lambat. Hemera tidak bisa menyalahkannya. Memang benar yang dikatakan oleh Khloris. Ia juga sudah tahu itu sebelumnya. “Apakah tanaman lain juga memiliki magic yang seperti mawar hitam?”  “Hanya mawar ini!” Jawab Khloris.  ***
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN