Memori Anjani 2

1479 Kata
Hari semakin terik. Anjani masih dengan kesibukannya di Florist. Sambil sesekali melihat kearah jam di lengan kirinya, gadis itu masih saja memotong beberapa tangkai bunga untuk dijadikan sebuah karangan. Ya, itulah Jani. Sekalipun Desta memaksanya untuk tidak terlalu keras bekerja, nyatanya gadis itu tetap melakoni tanggung jawabnya dengan sangat baik. "Apa kau sedang sibuk?" Sebuah suara terdengar tepat dibelakang Jani, membuat gadis cantik dengan model rambut barunya yang full hitam dan masih disertai curly lucu itu terkaget. "Oh Desta, jangan suka muncul tiba-tiba seperti itu. Kau bisa membuatku punya penyakit jantungan nanti..." balas Jani dengan kekesalannya yang malah membuat Desta gemas. Desta terkekeh kecil. Beberapa pekerja Florist tampak memberikan sapaan pada tuan muda mereka itu. Dibalas dengan senyum tulus Desta, sejenak Jani memandangnya dan ia kagum. Kagum pada ketampanan hakiki dari pria didepannya. "Kau mau makan siang bersamaku, Jan?" Jani melihat kembali arlojinya, iya sudah waktunya makan siang. Perutnya mulai memberi reaksi pada ajakan Desta. "Baiklah" jawab gadis itu manja. Desta dan Jani makan di sebuah restoran western. Sekalipun Jani lebih suka masakan Jepang, namun ia mengikut saja saat Desta ingin makan makanan western. Seorang pelayan datang membawa buku menu. Dan mereka memilah dengan masih sembari candaan yang biasa saling mereka lontarkan. Restoran siang itu cukup ramai dengan pengunjung. Pesanan Desta dan Jani sudah siap diatas meja. Pelayan menyertakan bill di nampan lalu meninggalkan mereka berdua. Sebentar mereka masih larut dalam lahapnya acara makan. Lalu Jani yang teringat masalah Desta beberapa hari lalu mulai bertanya. "Des... apa masalah waktu itu sudah bisa di selesaikan?" "Yang mana?" Desta mengernyitkan dahi mencoba mengingat topik apa yang dimaksud Jani. "Soal proyekmu yang terhambat karena kekurangan alat..." jawab Jani kembali. "Ohh... ya. Sudah Jan, aku sudah menemui Mr. Daniel Wijaya dan coba bernegosiasi. Akhirnya kami bisa melakukan kerja sama. Namun kali ini kesepakatanku bukan dengan Mr. Daniel sendiri, tapi anaknya, David Wijaya" jelas Desta disela kegiatan memotong daging yang tersaji di piringnya. Jani tiba-tiba berhenti melahap makanannya kembali. David Wijaya? Apa Desta tau siapa orang itu? Pikiran Jani melayang, berputar kembali di malam buruk yang pernah ia alami dengan David. Desta melihat ekspresi aneh di wajah Jani. Ia menjadi penasaran kenapa gadis cantiknya itu seperti terkejut mendengar nama David Wijaya. "Jani, kau baik-baik saja?" Ucap Desta khawatir. Jani masih saja diam. Lidahnya hendak berucap namun terasa kelu dan suaranya hanya tertahan di tenggorokan. "Desta..." lanjut Jani lagi, dengan merasa sesak di dadanya. "Iya aku disini, apa kau benar tak apa?" Jawab Desta lembut. "Aku... Aku ingin mengatakan sesuatu padamu" kali ini Jani mencoba beranikan dirinya. Suasana saat itu seperti memberinya dukungan. "Apapun yang kau rasakan katakan saja, jangan kau sembunyikan apapun dariku..." ungkapan Desta sekali lagi menguatkan Jani untuk melanjutkan ucapannya. "Malam itu..." Jani memulai penjelasannya, namun tiba-tiba tangannya bergetar. Sendok dan garpu ditangannya berserakan. Desta melihatnya terkejut lalu menggeser kursinya di sebelah Jani. Ia meraih dan menggenggam tangan yang bergetar itu. "Maafkan aku Des..." Tangisan Jani pecah. Desta tak mengerti ada apa dengan gadisnya itu. Ia mengelus lembut pundak Jani dan menenangkannya. Sejenak Jani masih bergetar lalu berangsur tenang. "Jangan takut. Aku akan mendengarkan semua keluhanmu. Sudah tenanglah sayang..." Desta mengelus lembut puncak rambut Jani. Memberi dukungan moral yang menghangat di hati gadis itu. "Aku dan David Wijaya adalah teman di kampus yang sama..." ucap Jani kemudian. "Lalu apa masalahnya? Bukankah bagus kalau kalian berteman?" "Dia kakak tingkatku, mungkin sebentar lagi akan lulus. Tapi..." nada Jani mengulur kembali. "Tapi apa Jani?" Desta mulai merasa ada yang aneh. Bibir Jani terkatup untuk sebentar. Menatap Desta yang sudah mencondongkan wajahnya itu. "Dia menyukaiku. Dan, dia pernah mencoba menyentuhku... seperti waktu itu, saat kita..." Jani tak sanggup lagi berucap. Desta membulatkan matanya. Rahangnya mengeras dan sebelah tangannya tergenggam. "b******k!!" Umpat Desta tak tertahankan. "Pantas mereka sempat menolak permintaanku untuk kerja sama, dan ayah si b******k itu menyerahkan kerja sama ini pada anaknya! Rupanya mereka ingin bermain-main denganku!" Desta dirundung emosi saat itu juga. Ia raih beberapa lembar uang seratus ribuan dan meletakkannya pada bill. Desta dengan kokoh menarik tangan Jani. Namun tak ada tanggapan. Rupanya gadis itu sedang menangis tertunduk. Melihat itu Desta makin memerah. Diangkatnya wajah Jani, derai air mata membuai wajah ayunya. Jani menatap Desta dengan emosi yang kentara ditunjukkan pria itu. Jani semakin takut. Takut akan emosi membara itu. Dan, semua gelap. Jani pingsan. Dengan khawatir Desta menggendong gadis itu. Bahkan emosinya berubah menjadi khawatir. Desta melajukan mobilnya dengan cepat. Sampai mobil itu berhenti di halaman mansion miliknya. Desta membaringkan Jani di ranjang kamarnya. Gadis itu tak juga sadarkan diri. Dokter keluarga Barack datang tak lama kemudian. Hati Desta gelisah. Wajah Jani terlihat pucat. Dokter mendengus setelah beberapa saat memeriksa. "Apa gadis ini punya riwayat penyakit yang berhubungan dengan saraf memorinya?" Desta teringat kejadian waktu itu. Ia temukan Jani pingsan di dapur cluster. "Iya Dok. Dia memang punya riwayat amnesia...?" Desta mencoba mengingat penjelasan dokter rumah sakit yang pernah memeriksa Jani. "TGA..." ucap sang Dokter. "Iya. Itu maksud saya Dok" "Untuk selanjutnya, buat suasana hatinnya nyaman. Jika ada kejadian buruk yang pernah menimpanya, buat dia melupakan kejadian itu, setidaknya dengan perlahan membuatnya mau bercerita pada seseorang agar dia tidak tertekan sendiri" ucap Dokter itu kemudian pamit pergi setelah menyerahkan resep. Desta meremas rambutnya pelan. Emosinya karena David dan kembali, Jani yang tiba-tiba pingsan karena ketakutannya sendiri. Lalu kenyataan bahwa David pernah hampir 'menyentuh' Jani. Semua itu membuat Desta merasakan kepalanya berat. Ia sedikit memburu meninggalkan kamar dan duduk di ruang kerjanya. Ia meminta maid untuk menjaga Jani sementara. Desta masih terdiam dengan tatapan tajamnya. Sosok seorang Desta Barack yang selama ini tak diketahui orang diluaran sana kini menguar. Matanya terlihat memerah. Sesaat pria itu mengamuk. Menghamburkan semua benda yang ada di meja kerjanya. Entah karena ia tau kebenaran perusahaan Daniel Wijaya yang sempat menolak kerja sama sebelumnya karena ternyata ada David dibelakangnya. Atau karena b******k itu sempat hampir 'menyentuh' gadisnya. Desta benar-benar dalam keadaan tak baik sekarang. Ia ingin melakukan sesuatu untuk meluapkan amarahnya. Bahkan dengan mengamuk setiap benda di ruangan itu saja belum bisa neredakan emosinya. Sebuah ketukan pintu dari luar terdengar. "Masuk!" Nafas Desta masih memburu. Seorang maid masuk dan sempat terlonjak kaget karena ruangan kerja majikannya seperti kapal pecah. Desta melihat maid itu masih saja berdiri dan tampak mengedarkan pandangan ke sekeliling. "Apa kau mau menggangguku hanya untuk melihat keadaan ruangan ini!" Ucap Desta dengan nada meninggi. "Maaf tuan" maid itu menunduk kembali. "Itu nona Jani sudah bangun" maid itu lalu mengangguk. Desta meraup wajahnya lagi. Lalu pria itu berdiri, sebelum pergi ia sempat menyuruh maid itu untuk membereskan ruangan kerjanya. *** Jani duduk bersandar punggung ranjang. Ia tersenyum saat Desta masuk ke kamar langsung menghamburnya. Pria itu memeluknya. Agak lama, lebih lama. Hati Desta seketika menghangat karena pelukan itu. "Apa tadi ada dokter yang memeriksaku? Apa katanya?" Ucapan Jani membuat Desta bangun dari pelukannya. "Maafkan aku, aku sangat khawatir. Dokter bilang kau stress karena kejadian yang kau alami" nada suara Desta bahkan terdengar mulai serak. Jani tersenyum memandang pria di depannya. Betapa Desta selalu khawatir padanya. Merasakan dirinya diperlakukan istimewa oleh Desta, Jani pun tersipu. "Jangan ulangi ini lagi, Jani. Jangan sembunyikan apapun dariku. Mulai sekarang tinggalah disini, aku akan menjagamu. Kau bisa memilih kamar mana saja yang ingin kau tempati, termasuk kamar ini jika kau mau..." pinta Desta dalam puncak kekhawatirannya. Jani hanya menanggapi rengekan Desta dengan senyum, sekali lagi senyum manisnya. Yang selalu terngiang oleh Desta, membuat ia selalu ingin melihat dan bersama gadis pujaannya itu. Derap langkah terdengar ricuh dari luar. Fredy dan Gina datang setelah menelpon ke nomor rumah Desta dan salah satu maid mengatakan bahwa Jani dibawa kesana. Gina tak pelak menghambur Jani. Ia naik ke ranjang yang bahkan tak pamit pada pemiliknya. "Hei Gina, ini ranjangku, hati-hati kau bisa merusak ranjangku dengan perbuatanmu seperti itu" protes Desta. Fredy dan Jani hanya terkekeh mendengar Desta yang seperti sekarang, sangat lucu. *** Hari sudah menjelang malam. Desta mengantarkan Jani ke rumahnya karena gadis itu menolak menginap dirumahnya apapun alasan yang Desta sarankan. Begitu juga Jani adalah gadis yang keras kepala. Reni telah bersiap menyambut kedua majikannya saat sebuah mobil sampai di depan rumah itu. Desta turun dari mobil tak lupa membukakan pintu untuk Jani. Desta sangat antusias mengiringi langkah Jani sampai masuk ke dalam rumah. Tak lama Desta pamit meninggalkan Jani bersama Reni. Tak lupa kini Desta memberikan penjagaan dua orang bodyguard dan seorang satpam yang standby di pos gerbang rumah. Sejak penjelasan Jani tadi siang Desta benarlah sangat murka. Saat Jani masih dalam keadaan tak sadar, Desta memerintahkan Ricko untuk memberi penjagaan dua orang bodyguard dan satpam di rumah itu yang tadinya dirasa tak perlu. Bisa frustasi pria itu kalau David berulah kembali pada Jani. Dan tentang kesepakatan yang telah ia jalin dengan David, Desta bahkan sudah merencanakan sesuatu untuk si b******k David agar tak lagi mencoba mempermainkannya. "Jangan pikir aku akan berbaik hati padamu, dasar b******k!" Ucap Desta tak pelak menjadikan kemudi mobil sasaran empuk hantamannya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN