"Selamat siang Mr. David" sapa Desta dengan senyum smirknya.
David mengalihkan pandangan dari ponsel di genggaman pria itu. "Oh ya Mr. Desta Barack, silahkan duduk. Aku pikir kita bisa makan siang dulu sebelum membahas suatu pekerjaan" jawab David berbasa-basi.
Desta masih mengulas senyum dan duduk di kursi berhadapan dengan David. Sementara Ricko, sebagai sekretaris sekaligus orang kepercayaannya duduk bersebelahan dan berhadapan dengan seorang wanita cantik, yang tidak lain sekretaris ayah David. Sekilas wanita itu menatap Ricko lalu tersenyum miring. Bukannya tertarik, Ricko malah mengalihkan pandangannya karena tatapan menjijikan itu. Pria yang juga tampan dan berkharisma seperti Ricko tentu saja punya seleranya sendiri.
Desta dan Ricko memilih menu makan siang yang sebenarnya sama-sama belum lapar. Apa yang mereka lakukan hanya untuk mencari kesempatan agar Desta bisa menegaskan pada David atas Jani dan tidak mencoba mencampur adukkan kesepakatan mereka dengan masalah pribadi.
"Apa kabar tentang graduate mu Mr. David? Ku dengar kau akan menyelesaikannya tahun ini dan segera mengambil alih perusahaan ayahmu..." ucap Desta memulai obrolan siang itu yang terdengar basa-basi.
"Oh itu. Sebenarnya sudah sepenuhnya selesai dan sudah sejak lama juga aku terjun di bisnis perusahaan ayahku Mr. Desta" jawab David santai tak menghiraukan Desta yang sedang menatapnya.
Makan siang itu tak berlangsung lama. David meletakkan gelas kopinya dan melihat Desta. David seakan menangkap sesuatu dari sikap Desta, hanya saja ia seolah berusaha profesional.
"Bagaimana dengan proyekmu Mr. Desta, sejauh ini apa ada masalah?"
"Semua berjalan baik Mr. David, dengan bantuan perusahaanmu segalanya jadi lebih mudah. Tadinya aku berpikir kalau aku akan bingung kalau saja kesepakatan kita tidak mendapat kesempatan kedua darimu..." sahut Desta menekankan kalimat terakhirnya.
Darah berdesir dan David merasa ubun-ubun nya mulai memanas. Ia melirik sebentar kearah sekretarisnya. "Tolong pesankan makanan untuk ayahku dan pastikan kau kembali dan makanan itu sudah siap" ucap Desta dengan nada sedikit menahan karena sindiran Desta jelas telak baginya. Rupanya pewaris tunggal B&G group itu tau akar dari semua permainannya.
Sekretaris David berlalu. Meninggalkan 3 pria di meja itu.
"Aku pikir kau seseorang yang profesional jadi aku tak perlu menyesal untuk semua kesepakatan yang sudah kita buat" ujar Desta kembali.
Bibir David masih mengatup. Ia harus waspada dengan setiap ucapan Desta yang mungkin terlontar jika itu menyinggung tentang Anjani.
"Oh ya Mr. David, aku usahakan kerjasama ini berjalan lebih cepat, jadi kau segera bisa menerima hasilnya. Bukankah seperti itu?" ucapan Desta kali ini dengan sekali ia mengetukkan telunjuknya sampai Ricko terkesiap melihat tingkah bosnya.
David mengulum senyum, menenangkan dirinya sendiri. "Baiklah Mr. Desta, asal kau tau saja, kesepakatan seperti ini bukan hal yang besar kan bagimu. Dan kau juga seorang pebisnis yang hebat jadi kau bisa mengatasinya dengan baik..."
Desta mendudukkan punggungnya ke kursi. "Ya, namun setelah ini mungkin kita akan lama atau bahkan tidak kembali menjalin kesepakatan kerja" kali ini Desta merasa kalimat pamungkasnya tepat sasaran.
"Oh Mr. Desta, jangan berucap seperti itu. Bukankah sesama pebisnis kita bisa saling menguntungkan? Dan aku mungkin masih butuh belajar banyak dari orang sepertimu" raut wajah David mulai berubah, ia tak menyangka Desta meluncurkan ungkapan menohok seperti itu.
Desta terkekeh seakan mentertawakan orang di depannya. Ricko hampir saja ingin beranjak karena merasa pertemuan siang itu berubah menjadi kursi panas.
Desta menyenggol pelan kaki Ricko. Ia menangkap sinyal yang sekretarisnya tunjukkan. Sambil masih menatap Desta yang berusaha berwajah setenang mungkin.
"Banyak orang lain yang bisa mengajarimu tentang dunia berbisnis Mr. David, hanya saja jika kau ingin belajar dariku, setidaknya satu hal yang bisa kuberikan padamu. Jika kau menginginkan sesuatu, sportifitas dan inovasi adalah hal yang bisa kau andalkan, bukan dengan mencuri start dengan jalanmu sendiri..." ucap Desta lanjut berdiri dan sebentar merapikan tuxedo nya.
"Terimakasih untuk makan siang kali ini. Setepah proyek ku selesai, sekretarisku akan menyelesaikan dan melaporkan hasil akhirnya" Desta berlalu meninggalkan David dengan senyum yang dipaksakan, diikuti Ricko di belakangnya.
Sejenak Desta menghela napas berat setelah sampai di mobil. Ricko mengambil kursi kemudi dan keduanya beranjak dari tempat itu.
Di perjalanan yang hening Ricko memberanikan diri untuk bertanya pada bosnya.
"Apa sekarang sudah lebih baik boss?"
Desta terpaku di jalanan yang ramai siang itu. "Aku hanya berusaha menjaga yang harus kujaga Rick. Orang seperti David dan ayahnya bisa saja membunuhku layaknya mafia demi kepentingan mereka, dan aku tidak ingin kalau Jani dijadikan umpan untuk itu" jawab Desta masih dengan sikap dinginnya.
***
Desta masih berah di kursi kebesarannya, sekalipun jam sudah menunjuk di angka 6 sore. Ricko masuk berpamitan dan berlalu dengan masih dipunggungi kursi kebesaran bossnya.
Pikiran Desta mencoba melerai satu persatu amarahnya karena David. Ia mencoba melupakan apa yang dilakukan pria b******k itu pada gadisnya, Anjani.
Teringat Jani, Desta mengambil ponsel yang terhampar di meja sedari tadi lalu coba menghubungi Jani.
Panggilan bersambut dengan sapaan manis gafis di seberang sana.
"Selamat malam tuan muda Barack, ada yang bisa kubantu?" Celoteh Jani berhasil membuat pria yang sedang dirundung amarah itu seketika mencair.
"Kuharap panggilan ini tidak mengganggu waktu istirahatmu gadis cantik..." puji Desta pada gadisnya.
"Hai, sejak kapan kau jadi suka memuji seperti itu?"
"Memuji? Sepertinya tidak. Aku hanya membicarakan yang sebenarnya" jawab Desta disambut tawanya yang tanpa ia bisa melihat ada seorang gadis tersipu merah karena ucapannya.
"Baiklah, mungkin masakan makan malam bisa membalasnya..." sahut Jani kemudian. Desta ingjn sekali mengatakan iya namun bukan dengan masakan Jani.
"Bagaimana kalau dinner diluar, bukankah kau butuh refresh juga setelah seharian beraktivitas?" Tawar Desta.
"Hmm... ide yang bagus, oke aku akan bersiap. Jam berapa kereta kudaku akan datang?" Kali ini sukses Desta tergelak dan merasa hatinya membuncah bahagia.
"Satu jam lagi aku akan sampai, jangan merias wajahmu terlalu tebal, bangun tidur pun wajahmu itu sudah sangat cantik..." goda Desta sebelum gadisnya menutup panggilannya.
Jani segera menutup panggilan itu. Dia harus menguasai dirinya dan tidak mau terus-terusan menerima serangan gombalan dari Desta.
***
Sebuah resto berhias lampu pijar warna-warni namun tak mengurangi suasana yang diciptakan. Desta sengaja menyewa VIP room khusus untuk makan malamnya kali ini.
Beberapa makanan kesukaan Jani menjadi main menu malam ini. Gadis itu senang sekali. Meskipun Desta tak menyampaikan apapun tentang hubungan mereka, namun sampai saat ini pria itu selalu menjadikannya istimewa bahkan terkadang protektif, demi melindunginya.
Canda malam itu mampu menyejukkan hati Desta. Amarahnya sedari pulang dari London benar-benar limbung karena Jani yang setia dengan senyum dan juga gelak cerianya untuk Desta.
"Oh ya Jan..." ucap Desta perlahan.
"Iya" sahut Jani manis masih dengan senyumnya.
"Tadi siang aku bertemu David" ucap Desta santai.
Jani mengalihkan pandangannya pada Desta. Sekilas terkejut namun kembali lagi seperti biasa. "Lalu?"
"Aku tak banyak membicarakan pekerjaan. Hanya ingin menegaskan padanya, untuk tidak bersikap buruk lagi, terutama padamu..." ucap Desta membalas tatapan Jani.
Kedua pasang mata itu beradu. Tenggelam dalam pemikiran masing-masing. Jani bersyukur di dalam hatinya. Dalam kehidupan yang hampa selama ini, masih ada seorang pria seperti Desta yang bahkan memperlakukannya dengan sangat baik.