06 - Kang Seblak-kah?

2103 Kata
Liona melihat jam di pergelangan tangannya. Jam delapan malam, dan dirinya baru keluar dari Bank. Ya. dirinya bekerja di salah satu Bank Swasta dengan gaji yang lumayan untuk beli kebutuhannya saja dan perintilan kpop. Kalau sudah mau akhir-akhir bulan Liona akan sering pulang malam. Walau setiap hari dirinya pulang malam. “Liona, lo mau langsung pulang? Kita makan dulu, yuk!” Liona menatap pada Riva yang berdiri di sampingnya. Liona dan Riva satu tempat kerja, dan sering menghabiskan waktu bersama. Bosan rasanya kalau bertemu dengan Riva terus. Sekali-kali Liona bertemu dengan yang lain. Seperti Jeon Jungkook yang tiba-tiba menjadi pegawai Bank di tempat dirinya bekerja. Pasti Liona dengan semangat bekerja setiap hari, dan tidak masalah kalau pulang malam sekalipun. “Malas! Gue mau langsung pulang aja,” kata Liona berjalan menuju mobilnya. Namun, langkah Liona terhenti ketika melihat seorang pria yang berdiri di samping mobilnya dengan menatap Liona dengan senyuman sok manis dari pria itu. Liona mengerutkan keningnya, dan tidak mau bertemu dengan pria itu lagi. “Ngapain ke sini? Mau culik mobil gue?!” tanya Lionel tanpa nada bersahabatnya. Arka yang ditanya seperti itu menatap Liona cemberut. “Saya tidak semiskin itu sampai culik mobil kamu! Saya bisa beli mobil seperti mobil kamu ini dua puluh sekarang juga!” kata Arka sombong. Liona mendengar kesombongan dari Arka menatap jijik pada pria itu. “Sombong amat! Jangan terlalu sombong! Harta hanya titipan dan kalau diambil sama Tuhan nanti, Om nangis dan jatuh miskin deh,” kata Liona santai, dan membuka pintu mobilnya. Namun, ketika Liona akan masuk ke dalam mobilnya. Arka menahan dan menutup kembali pintu mobil Liona. Liona melihat itu mengepalkan tangannya. Ini Om-om satu mau apa? Mau minta sumbangan? “Om, minggir! Ini saya mau pulang!” kata Liona menyuruh Arka untuk minggir. Arka yang mendengarnya menggeleng. “Aku mau ajak kamu makan. Kamu mau ya? Nanti saya traktir di hotel bintang lima. Kalau mau check out kamar juga bisa nanti,” kata Arka membuat Liona emosi mendengarnya. Sialan Om satu ini! “Om! Jangan mengada! Saya mau pulang dan tidak akan pernah pergi sama Om makan malam. Lagian, saya juga nggak sudi untuk check out kamar sama Om. Om itu tidak setampan Jaehyun!” kata Liona mencoba menyingkirkan tubuh Arka dari depannya. Namun, tenaga Arka yang sangat kuat, membuat Liona tak bisa menyingkirkan Arka. Malah tubuh kecilnya yang terhempas. Ini Om satu makannya apa? Tenaganya kuat banget. Pasti dia makan daging Rambo—ayam Tuk Dalang. “Om, bisa minggir nggak? Saya mau pulang loh Om! Ini sudah malam. Saya mau mandi, mau pakai skincare, mau sapa anak-anak saya, dan mau berbaring di kasur saya yang empuk,” oceh Liona dan kembali mencoba untuk mendorong tubuh Arka. Tetap tak bisa. Ya Tuhan! Ini sungguh dirinya akan terkena darah tinggi setelah ini. Semenjak bertemu dengan Arka di pesta itu, hidup Liona tak pernah tenang lagi. Liona merutuki pertemuannya dengan Arka dulu di pesta pernikahan mantannya. Tak seharusnya dia datang ke sana. Lebih baik dirinya diam di rumah dan tidak datang dengan sok kuatnya ke sana. Kan sekarang dirinya juga yang tersiksa datang ke sana dengan bertemu bersama Arka—duda gila yang terus mengejar dirinya. “Saya nggak minggir. Kalau begitu pulang bersama saya. Saya mau kenalan ama calon mertua juga nanti, dan bilang saya mau nikahi anaknya,” kata Arka semakin menjadi gilanya. Liona menginjak kaki Arka keras, membuat pria itu merintih. “Liona, kenapa kau injak?” tanya Arka. “Rasain! Siapa juga yang mau nikah sama lo! Tipe gue itu bukan Om-om kayak lo!” kata Liona, dan langsung menendang b****g Arka, membuat pria itu terhempas beberapa langkah dari mobil Liona. Dari tadi Liona seperti ini, pasti dia sudah sampai di rumahnya dan menikmati waktu bermanjaannya dengan anak-anak dan suami-suaminya. Liona masuk ke dalam mobil dan menghidupkan mesin mobilnya, meninggalkan Arka yang masih kesakitan. Kalau perlu duda itu mati sekalian! Biar hidup Liona menjadi tenang dan tidak ada yang mengganggu dirinya lagi. Riva yang melihat Arka kesakitan hanya bisa meringis. Riva berjalan menuju Arka. “Om nggak pa-pa?” tanya Riva. Arka melihat pada Riva dan menggeleng. “Dirinya tidak apa-apa. Dia hanya merasakan sakit sedikit saja. Hanya sedikit dan tidak banyak. “Tidak apa Riva. Itu teman kamu kuat banget nendangnya. Dia pemain sepak bola?” tanya Arka. Riva tertawa kecil. “Kalau Liona sudah kesal sekali, pasti tenaganya akan keluar sepenuhnya. Om jangan nyerah buat dapatin dia, ya,” kata Riva memberi semangat pada Arka. Arka mengangguk. “Saya nggak akan patah semangat. Malahan saya merasa tertantang untuk mendapatkannya. Baru kali ini saya ditolak mentah-mentah oleh perempuan. Dan mana saya ditendang dan diancam lagi,” kata Arka meringis. Ini gadis yang dikejar olehnya galak sekali dan seperti singa yang siap memakan orang. Riva tertawa pelan. “Liona itu hanya sekali pacaran. Dan itu sama mantannya yang nikah sama wanita lain. Jadi, Om jangan nyerah gitu aja! Dapatin Liona dengan semangat mengebu! Jangan lupa untuk kirim pesan juga pada Liona setiap harinya, supaya Liona luluh sama Om,” kata Riva sangat mendukung Arka. Arka mengangguk dan baru mengingat, dirinya membelikan sepatu baru untuk Riva yang sudah membantu dirinya kemarin. Arka berjalan menuju mobilnya dan mengambil paper bag yang berisi sepatu keluaran terbaru. “Ini sepatu untuk kamu. Kan kemarin kamu sudah bantu saya bertemu dengan Liona. Nanti kabarin semua aktivitas dia, dan kalau kalian lagi nongkrong bareng, jangan lupa kabarin saya,” kata Arka. Riva mengangguk. “Siap Om! Makasih sepatunya. Semoga Om bisa meluluhkan hati sahabat saya. Saya yakin, Om itu orang yang tepat untuk sahabat saya, dan tidak akan menyakiti sahabat saya,” kata Riva dengan senyumannya. Arka yang mendengarnya mengangguk, dia tidak akan menyakiti Riva. Tolonglah ini Liona sedikit melihat ke arahnya dan langsung kepincut padanya. Tapi, ntah kapan itu terjadi. Maklum saja, Liona itu singa betina yang garang. Tidak mudah didekati sama sekali. Arka harus ekstra sabar menghadapi Liona si gadis cantik yang mampu merebut hatinya. “Iya. Saya tidak akan menyakiti sahabat kamu. Mudahan sahabat kamu bisa menerima saya. Saya akan terus memperjuangkannya. Sampai dia luluh dan menerima saya,” kata Arka dengan semangat empat limanya. Seperti memperjuangkan kemerdekaan. Dan ini dia sedang memperjuangkan perasaan hatinya. “Amin. Sudah. Saya mau pulang Om. Oh iya, kalau Om mau, Om bisa beliin Liona perintilan Kpop. Terutama perintilan BTS dan NCT. Eh, bukan hanya itu saja. Saya ingat-ingat dulu Liona suka grup para bujang yang mana,” Riva tampak berpikir, karena sahabatnya ini suka sekali koleksi para bujang-bujang halunya dan mengatakan kalau para bujang itu adalah suaminya dan anaknya. “Saya ingat Om. Catat ya Om,” ucap Riva menyuruh Arka untuk mencatatnya. Arka mengangguk dan mulai mengeluarkan pena dan buku kecil. Dia harus mencatat apa yang disukai oleh Liona. Kalau perlu dia datangin para member itu. Tapi, mereka berasal dari mana? Nanti Arka akan bertanya pada putranya. Delvin lebih gaul dibanding Arka. “Oke. Liona suka grup; BTS. NCT. EXO. TXT. SEVENTEEN. TREASURE. ENHYPEN. STRAY KIDS. WINNER. BIGBANG. IKON. NCT 127. NCT DREAM. WAY V. Itu aja kayaknya Om. Nanti kalau perlu Om belikan sepabrik printilan kpop-nya,” ucap Riva melambaikan tangannya pada Arka dan masuk ke dalam mobilnya sendiri, dan melajukannya. Arka yang melihat list di buku catatannya langsung menatap bingung. Ini NCT ada berapa banyak? Ada NCT aja. NCT 127 dan NCT Dream. Ini mereka semua itu orang mana sih? Arka tidak pernah tahu mereka ini siapa? Mereka ini penjual seblak atau apa? Arka menggeleng dengan pemikirannya, dan masuk ke dalam mobilnya dan menyimpan buku catatannya itu. Arka melajukan mobilnya, nanti saja dia cari tahu tentang mereka semuanya. Setelah dia sampai di rumah dan bertanya pada anaknya yang selalu eksis dan menyanyikan lagu dari Korea atau Jepang. *** Liona melempar tasnya dan berjalan menuju kamar mandi dalam kamar, untuk membersihkan diri. Hanya butuh waktu sebentar Liona sudah bersih dan menatap pada poster Jaehyun yang menyambut dirinya dengan senyuman manis pria itu. Aduh, Mas jangan manis-manis nanti kaki adek jadi jelly. Langkah Liona berjalan menuju poster-poster itu dan tersenyum. “Mas tahu nggak? Aku lagi kesal. Masa ada duda yang kecentilan godain aku. Kan aku sudah milik Mas Jaehyun,” kata Liona dengan nada suara manja centilnya. Kalau ada orang yang mendengar ini pasti muntah dan mengatakan Liona sudah gila. Liona mencium poster Jaehyun. Namun, matanya melihat ke arah Taeyong yang menatap dirinya tajam. Liona melihat itu tertawa kecil. “Bubu cemburu ya? Tenang Liona nggak rebut Jaehyun kok. Cuman ngakuin jadi suami aja. Kalau Liona nggak bisa sama Jaehyun. Tapi, Jaehyun sama Bubu, Liona ikhlas lahir dan batin. Liona mau curhat dong. Duda itu memang kecentilan ya? Kayak orang nggak dikasih jatah. Tapi, duda emang nggak dapat jatah ya? Kan udah nggak punya istri!” ucap Liona sambil berpikir. Liona mendengkus dan menggeleng. “Ngapain mikirin ke sana!” Mata Liona beralih ke Kim Namjoon. Biasnya yang paling buat hatinya ketar ketir. Kalau Namjoon jadi dudanya, Liona tidak akan nolak. Langsung Liona terima tanpa pikir panjang. Liona menempelkan tubuhnya di poster Namjoon yang paling besar di kamarnya. “Mas Namjoon. Adek Liona digodain sama duda. Dudanya mana kagak cakep. Nggak deng, cakep dikit. Tapi, lebih cakep Mas Namjoon. Mas Namjoon nggak ada niat buat bawa kabur Liona?” tanya Liona manja ke poster Namjoon. Ningsih—ibu Liona yang baru masuk ke dalam kamar putrinya, dan menatap kelakuan putrinya langsung menggeleng. Makin hari makin gila putrinya ini. Pasti ini akibat dari ditinggal nikah! Padahal Ningsih sudah bilang, kalau Liona itu tidak berjodoh dengan Raka. Dan jodoh Liona pasti lebih baik nantinya. “Liona!” ucap Ningsih memanggil Liona. Liona mendengar panggilan dari ibunya, langsung menatap pada ibunya. “Ya, Ma? Mau apa? Mau kasih Liona calon suami yang seperti Jaehyun atau Namjoon?” jawab dan tanya Liona yang membuat Ningsih mengedik ngeri. “Gila kamu! Jangan banyak halu! Kamu sudah makan?” tanya Ningsih, menanyakan putrinya sudah makan atau belum. Maklumi saja, Liona ini termasuk spesies yang susah makan dan sering makan sekali sehari dan begadang tiap hari. Untung Liona masih sehat dan tidak mati dengan kebiasaannya itu. “Udah Ma. Makan hati!” jawab Liona dengan nada sok menderitanya. Tapi, memang dirinya makan hati semenjak bertemu dengan Arka. Yang selalu saja menganggu hidupnya yang tenang. Dan menggoda dirinya untuk menikah dengan duda k*****t dan tidak tahu diuntung itu! Ningsih memutar bola matanya. “Kebanyakan nonton drama kamu! Itu makan dulu. Mama nggak mau kehilangan anak Mama satu-satunya. Sudah punya satu anak, tapi, tingkahnya kayak begini. Kayak orang penghuni rumah sakit jiwa!” omel Ningsih berjalan keluar dari dalam kamar Liona. Liona mendengar omelan ibunya langsung mencibir. Enak saja menuduh dirinya penghuni rumah sakit jiwa. Dia itu penghuni hatinya Kim Namjoon. “Mas, Adek makan dulu ya. Nanti adek balik lagi,” kata Liona mencium poster itu. Namun, langkah Liona berhenti di poster Taeil dan Doyoung. Sampai lupa, tidak menyapa suami kesekiannya. Begini kalau punya banyak suami. Jadi susah sendiri menyapa semuanya. “Eh, Mas Taeil dan Mas Doyoung. Rindu Liona nggak Mas? Liona baru pulang kerja. Capek, letih, lesuh. Minta dinafkahi sama Mas. Tapi, sayangnya Liona yang terus nafkahi Mas. Ini Liona baru beli perintilan baru lagi dari grup Mas. Liona baik, ‘kan mau nafkahi kalian? Kalau begitu cepat nafkahi Liona,” ucap Liona mengedip-ngedipkan matanya manja. Ningsih kembali ke kamar putrinya dan melihat putrinya yang masih saja berbicara dengan foto-foto itu. Lama-lama Ningsih buang semuanya. Biar anaknya nggak menjadi perawan gila seperti ini! Prihatin dan takut Ningsih lihatnya. “Liona! Kamu nggak bakalan kenyang bicara sama foto-foto itu? Kamu memang udah gila! Lama-lama Mama masukin kamu ke rumah sakit jiwa!” kata Ningsih gemas dengan kelakuan putrinya ini. Liona melihat pada ibunya dan cemberut. “Mama nggak bisa melihat kesenangan Liona sedikit saja? Ini Liona lagi berusaha untuk mewaraskan diri Ma!” kata Liona membuat Ningsih semakin takut. “Mewaraskan diri? Mama lihat kamu itu semakin menggilakan diri kamu! Kamu nggak tahu bahayanya bicara sama foto-foto kayak gitu? Bisa kesurupan nanti!” ucap Ningsih menakut-nakuti. “Nggak pa-pa Liona kesurupan. Yang penting saat Liona kesurupan, Liona sudah merasakan jadi istri mereka!” kata Liona yang membuat Ningsih geleng-geleng tak percaya. Ya Tuhan! Sungguh dirinya harus diberi kesabaran menghadapi putrinya yang seperti ini. Sudah besarin Liona penuh kasih sayang. Besarnya malah kayak gini, bicara sama foto-foto seperti itu. Punya dosa apa Ningsih di masa lalu? Anaknya menjadi seperti ini. Maafkan dirinya Ya Tuhan … dan tolong waraskan putrinya sedikit saja dan tidak kebanyakan gila seperti ini. Nggak kuat Ningsih. Sungguh tidak kuat menghadapi kelakuan anaknya ini. Menangis rasanya batin Ningsih dan mau ke dukun sekarang, untuk mengobati anaknya. Agar lebih terlihat manusiawi. Dan tidak bicara dengan foto-foto itu lagi.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN