Liona menatap penampilannya di cermin dan tersenyum. Dia akan pergi menonton dengan sahabatnya ini. Riva kalau sudah memaksa susah sekali untuk menolaknya. Padahal Liona mau di dalam kamar sampai pagi menghalukan calon masa depannya, Mas Taeil. Tahu Taeil, ‘kan? Kalau tidak tahu mending kalian hidup di planet pluto saja!
Orang secakep Mas Bulan masa tidak tahu. Liona ini banyak suami tahu. Dari semua bujang-bujang yang membuat dirinya oleng itu adalah suaminya. Bahkan Yuta saja suami ke puluhan sekian Liona.
“Lo udah siap?” tanya Liona pada Riva yang memainkan ponselnya dan berfoto ria.
Riva melihat pada Liona dan cemberut mendengar pertanyaan dari sahabatnya itu. Dia dari tadi siap. Liona saja yang lama. Pakai pamitan pada poster-poster itu lagi. Ini Riva kalau tidak tahu tabiat Liona dari dulu, pasti sudah menyangka Liona gila dan perlu dibawa ke rumah sakit jiwa sekarang juga.
“Udah dari tadi! Udah pamitan sama suami-suami halu lo?” tanya Riva sewot.
Liona mendengkus mendengar pertanyaan dari Riva. Suami halu katanya. Mana tahu nanti Jaehyun, Yuta, Taeil, atau yang lainnya datang ke rumahnya dan datang melamar ke rumahnya. Mana ada yang tahu takdir baik Liona bukan?
Setelah ditinggal nikah, dan langsung mendapatkan suami yang tampan dan tentunya melebihi para mantannya yang kurang ajar telah menghamili wanita lain meninggalkan dirinya. Liona kembali ke poster-poster itu dan menciumnya satu.
Lalu Liona berhenti di poster milik Haechan, Jaemin, Renjun, Jeno, Chenle, dan Jisung. “Mama pergi dulu ya nak. Nanti Mama pulang cepat, biar bisa sayang-sayangan sama kalian,” kata Liona melambaikan tangannya pada poster-poster itu.
Riva melihatnya menggeleng pelan. Ini Liona makin gila! Sudah pantas sahabatnya itu menjadi penghuni rumah sakit jiwa! Melihat keadaan Liona sekarang sangat miris sekali. Riva harus cepat untuk menjodohkan Liona dengan Arka, supaya kegilaan sahabatnya ini tidak semakin menjadi-jadi.
“Udah ayo, pergi! Gue nggak mau pulang kemalaman, yang buat gue nggak bisa manja-manjaan ama anak-anak dan suami-suami gue!” kata Liona menarik tangan Riva keluar dari dalam kamar.
Riva mengikuti langkah Liona keluar dari dalam kamar. Riva keluar bersama Liona dari dalam rumah, dan menyapa pembantu di rumah Liona dengan sopan. Liona dan Riva masuk ke dalam mobil, kali ini Liona yang menyetir.
“Gue malas banget nonton. Kita ke taman kota aja, nongki-nongki dan lihat mana tahu Park Jimin nyasar dan datang ke Indonesia sambil bawa gerobak siomay,” kata Liona ngawur.
Riva mengangkat tangannya dan meletakkan punggung tangannya di kening Liona sebentar. “Lo demam ya? Jadi takut gue lihatnya,” kata Riva mengedik ngeri.
Liona melirik pada Riva sinis. “Iya, gue demam! Gue demam gara-gara lo ajak keluar! Gue alergi keluar malam. Dan nyusahin gue aja!” ucap Liona sinis.
Riva mendengarnya langsung mencibir pada Liona. “Aelah! Gue cuman bawa lo nonton. Bukan bawa lo ke neraka bersama,” kata Riva sinis.
Riva melihat ponselnya, dan harus memulai aksinya sekarang juga. Menjual bestie tercintanya pada duda kaya raya dan banyak uang tentunya. Riva mengirim pesan pada Arka kalau dia dan Liona akan ke taman kota, dan Arka boleh menyusul ke sana. Riva akan sharelock pada Arka.
Liona menatap Riva yang senyum-senyum sendiri sambil melihat ponsel. Liona menatap takut pada sahabatnya itu. Mana tahu Riva yang gila sekarang bukan dirinya lagi. “Lo kenapa senyum-senyum sendiri? Lo udah gila?!” tanya Liona sinis.
Riva mendengkus. “Gue masih waras! Lo itu yang udah gila! Lo sampai koleksi poster sebanyak itu dan menciumnya tiap hari. Gue jadi sanksi kalau lo itu masih waras, soalnya lo itukan selalu bilang tiap hari ke poster-poster itu, suamiku, anakku, cintaku, tunanganku, selingkuhanku, sayangku, my darling, dan banyak lagi. Lo kenapa sih suka banget ama mereka? Mereka tahu lo hidup juga kagak!” kata Riva gemas sendiri dengan kelakuan konyol sahabatnya.
“Eh! Mereka tahu gue masih hidup ya. Gue pernah jadi orang terberuntung video call sama mereka. Apalagi sama Haechan anak gue! Udah sering gue video call sama dia,” kata Liona sombong dan mengibaskan rambutnya ke belakang.
Riva bukan pecinta kpop. Dia tidak akan tahu indahnya stan mereka semuanya. Saat lo sedih dan banyak masalah. Lo akan lari ke mereka dan mencari segala macam video-video penyemangat dari mereka. Lo akan kembali baik lagi. Itu yang dirasakan oleh Liona. Dirinya selalu melihat video-video semnagat dari mereka. Dan melihat perjuangan mereka menuju kesuksesan itu nggak gampang sama sekali.
Jadi, Liona menuju kebahagiaannya juga tidak akan gampang. Liona yang sudah ditinggal nikah dan mengetahui fakta kekasihnya menghamili orang lain, membuat dirinya sempat terpuruk. Namun, dirinya harus bangkit dan tidak boleh merasa sedih terus dan mengikhlaskan semuanya.
“Lo nggak akan tahu stan mereka seperti apa. Bukan karena gue terlalu halu memuja mereka untuk jadi suami gue. Tapi, mereka semuanya membuat gue memiliki semangat untuk hidup. Saat gue sedih, gue cari mereka dan membuat gue nggak sedih lagi,” kata Liona.
“Cari mereka? Lo ke Korea cari mereka?” tanya Riva, tak mengerti dengan apa yang dimaksud oleh sahabatnya ini.
Liona memutar bola matanya malas. Ini Riva memang tidak akan mengerti dengan apa yang dikatakan oleh Liona. Lebih baik Liona diam saja dan tidak mendengarkan apa yang dikatakan oleh Riva. Liona memakirkan mobilnya, dan membuka pintu mobil keluar dari dalam mobil. Taman kota kalau malam hari sangat ramai sekali.
Dan Liona kurang suka dengan tempat yang ramai. Maunya tempat yang sepi saja berdua dengan Mas Jaehyun. Itu beda lagi kalau sungguhan terjadi. Liona akan melakukan yang iya-iya nanti. Buanglah jauh-jauh pemikiran laknatnya ini. Jangan berpikiran kotor tentang Jaehyun. Dia harus menjaga kehormatan Jaehyun. Liona tersenyum geli dengan pemikirannya ini.
Riva yang melihat Liona tersenyum geli, semakin mengedik ngeri dengan apa yang dilakukan oleh sahabatnya ini. Sungguh Liona sudah tak waras.
Riva melihat dari kejauhan Arka dan Delvin sudah datang. Tak apa dirinya tak jadi ibu sambung Delvin. Yang terpenting dia akan menjadi Tante Delvin nanti. Riva pura-pura tak melihat ke Arka dan melihat ke arah penjual makanan.
“Liona, kita beli cemilan dulu dan baru duduk,” kata Riva.
Liona mendengarnya mengangguk. Dan membeli beberapa cemilan dan Liona juga memesan jus untuk dirinya dan Riva. Dan mereka berjalan menuju kursi kosong di taman, sambil menunggu jus mereka selesai dibuat.
“Malam ini ramai banget!” kata Riva.
Liona melirik pada Riva dan tersenyum sinis dengan apa yang dikatakan oleh sahabatnya itu. Biasanya juga Riva suka tempat yang ramai-ramai. Apalagi banyak jantan yang akan digoda olehnya dan memfotonya secara diam-diam dan mengunggah ke media sosial miliknya dengan mengatakan, ‘Berdua bersamamu sudah cukup’ Liona ingin muntah setiap kali Riva melakukan itu. Biar Riva tidak disangka jomlo terus!
“Ya, lo biasanya suka ramai. Sekarang lo mau foto siapa lagi?” tanya Liona.
Riva yang akan menjawab, menghentikan suaranya, ketika Delvin berlari dan langsung memeluk Lional.
“Mama!” teriak bocah kecil itu penuh semangat.
Liona melihat Delvin dan Arka di sini terkejut. Bagaimana duo setan ini di sini? Liona tidak mau bertemu dengan mereka. Apalagi bertemu dengan setan cilik yang memanggil dirinya dengan sebutan Mama. Sorry aja ya! Liona bukan Mama Delvin, dirinya tak sudi menikah dengan ayah Delvin. Walaupun tampan tetap saja Liona tak sedih.
“Eh, calon istri Mas. Ada di sini ternyata ya. Mas kebetulan ke sini tadi mau temanin Delvin ke taman kota. Ketemu sama adek di sini. Kita itu udah jodoh dek, lebih baik kita nikah saja besok pagi. Atau adek mau nikah mala mini juga? Mas nggak masalah Dek, malahan Mas seneng banget,” kata Arka duduk di bangku yang berada di samping Liona.
Liona mendengarnya mengedik ngeri. Nikah sama dia? Tidak! Liona tidak mau! Demi Jaehyun dan member lain yang dicintai oleh Liona. Liona tak sudi menikah dengan Arka! Duda gatel seperti ini tak boleh dijadikan suami. Sekarang aja sudah berani menggoda gadis yang baru ditemui oleh duda itu, apalagi kalau sudah menikah nantinya. Nampak perempuan bening sedikit langsung digoda dan meninggalkan dirinya. Maaf, Liona tak mau menjadi janda atau dimadu.
“Nggak sudi! Lebih baik Om pergi! Jangan ganggu saya!” usir Liona, tak mau hidupnya diganggu oleh Arka.
Arka mendengarnya tertawa pelan. “Mas nggak ganggu Adek, kok. Mas cuman mau temanin Adek di sini. Mana tahu Adek masih patah hati karena ditinggal nikah. Kan takut nanti Adek malah bunuh diri, dan Mas menjadi duda untuk kedua kalinya,” ucap Arka mengedipkan sebelah matanya.
Liona yang melihatnya semakin takut. Liona ingin berteriak pada ibu dan ayahnya, tolong dirinya! Dia digoda oleh om-om m***m! Riva yang duduk di depan Liona hanya mampu tertawa terus melihat wajah Liona yang penuh kesiksaan.
“Najis! Gue kagak nikah sama lo Om! Gimana lo mau jadi duda kedua kali?!” tanya Liona, tak mau bersopan santun lagi pada Arka.
Delvin mendengar ucapan Liona mengerjapkan matanya lucu. “Najis itu apa?” tanya Delvin polos. Tidak tahu artinya najis.
Liona melihat ke arah Delvin dan langsung meringis. Walau dirinya membenci ayah Delvin. Tapi, dirinya tak seharusnya berkata seperti itu, yang akan membuat Delvin meniru apa yang dikatakan olehnya. Liona melihat pada Riva dan Arka secara bergantian meminta tolong pada mereka untuk menjawab pertanyaan Delvin.
Namun, keduanya malah diam saja dan tidak membantu sama sekali. Liona melihat itu mengepalkan tangannya dan ingin menghancar dua orang ini.
“Delvin tidak boleh mengatakan itu. Itu tidak boleh diucapkan oleh anak kecil,” kata Liona lembut pada Delvin.
Delvin yang mendengarnya mengangguk, dan menatap pada ayahnya. “Papa, katanya mau bawa Mama Liona tidur di rumah kita. Sekarang aja kita bawa Mama Liona, dan tinggal bersama kita selamanya!” ucap Delvin penuh semangat.
Arka yang mendengarnya langsung salah tingkah dan menatap pada Liona yang balik menatapnya dengan tatapan tajam gadis itu. Memang Arka berjanji pada putranya untuk membawa Liona ke rumah tapi tidak sekarang juga. Liona saja masih belum menerima dirinya. Dan terlihat gadis itu masih membenci dirinya dan tak suka dengan kehadiran Arka.
“Delvin sayang, nanti lain kali Mama Liona ke rumah kita. Sekarang Mama Liona banyak pekerjaan dan terlalu sibuk.” Kata Arka lembut pada putranya.
Delvin yang mendengar itu langsung cemberut dan menatap kembali pada Liona dan mengangguk. “Mama Liona harus ke rumah nanti. Rumah Papa besar dan banyak fasilitas di sana! Pasti Mama senang kalau main ke sana!” kata Delvin semangat.
Liona hanya tersenyum paksa dan tidak membalas perkataan Delvin sama sekali. Liona tahu kalau Arka kaya, dan pastinya rumah pria itu besar. Namun, Liona tak minat untuk ke rumah pria itu. Dirinya lebih nyaman di rumahnya dan dalam kamarnya sambil bucinin para bujangnya. Dulu dirinya seirng keluar karena bersama mantan kekasihnya. Sekarang? Habis pulang kerja dia langsung pulang dan tak punya tujuan lagi.
“Delvin, jangan sedih. Nanti Mama Liona akan main ke rumah Delvin dan Papa Delvin. Tapi, tidak sekarang. Soalnya Mama Liona masih ragu akan perasaannya,” kata Riva yang langsung mendapatkan tatapan tajam dari Liona.
Liona mendengkus dan berdiri dari tempat duduknya. Lama-lama di sini membuat darah tingginya kambuh nanti. Padahal Liona itu pengidap darah rendah. Namun, kali ini berbeda. Soalnya semenjak mengenal Arka, dirinya sering darah tinggi melihat pria tak tahu malu itu.
Duda gatel! Kalau miliknya yang dibawa itu mau dimasukkan ke sarang, jangan goda Liona. Liona tidak akan sudi, sarangnya dimasuki barang bekas milik Arka. Liona maunya yang masih baru dan fresh.
“Gue mau pulang! Lo mau di sini atau pulang Riva?” tanya Liona sinis pada Riva.
Riva menelan salivanya kasar. “Pulang,” jawab Riva ikut berdiri.
Liona mengangguk dan berjalan lebih dulu meninggalkan Riva. Riva yang melihat Liona pergi tersenyum tak enak pada Arka. “Jangan nyerah! Semangat terus! Dan jangan lupa beliin Riva sepatu baru,” kata Riva dengan senyuman lebarnya. Karena mala mini Riva sudah berhasil menemukan Arka dan Liona bersamaan.
Arka mengangkat jempolnya. “Beres. Nanti kabarin saya lagi, ya,” kata Arka tersenyum.
“Siap!” Riva berlari mengejar Liona.
Misi awalnya berhasil. Kalau Arka terus bertemu dengan Liona. Pasti Liona kelamaan menjadi suka pada Arka dan tidak akan menolak Arka lagi. Riva akan memberikan nomor Liona pada Arka nantinya, biar Arka dan Liona semakin akrab dan Riva berhasil melakukan misinya.
Liona menatap Riva datar dan masuk ke dalam mobilnya. Riva berusaha untuk tampak baik-baik saja dan jangan terpancing dengan kemarahan Liona. Riva masuk ke dalam mobil, dan berdeham pelan. Dia ingin mengatakan sesuatu namun tak jadi.
“Jangan banyak omong! Gue lagi malas ngomong!” kata Liona.
Riva mendengarnya mengangguk, dan tidak akan bicara. Lebih baik dirinya diam. Diam itu baik sekarang bestie. Dan sebentar lagi bestie tercintanya akan terkepincut oleh duda kaya raya dan banyak duitnya sekaligus banyak pengalaman. Hanya tungguh waktu saja bestie.