Part 6 : Rumit

1223 Kata
(PoV Suci) ***** Aku telah mengabari Nadya jika kemungkinan besok aku akan mulai aktif bekerja kembali, lebih cepat sehari dari waktu cuti yang telah terjadwal. Nadya yang sepertinya mengerti jika terjadi sesuatu hal, memberanikan diri ketika malam ini ia ajak aku untuk keluar ke sebuah cafe. "Kamu lagi ada masalah pribadi?" Aku menghela nafas panjang kemudian menjawab lirih, "Iya." "Ya sudah, aku cuma bisa bilang kamu pasti kuat menjalani setiap masalah di hidup ini, kamu boleh curhat kalau kamu mau dan sudah lebih tenang." tawar Nadya yang kemudian menyeruput jus alpukat yang ia pesan. "Mas Arya selingkuh.." "Apa..?!" pekik Nadya. "Sorry..." kata Nadya lagi ketika mungkin menyadari dirinya terlampau kaget hingga bersuara lebih keras, membuat beberapa orang melihat ke arah kami. "It's okay Nad.." sedikit ku ulas senyum di wajahku. "Terus hubungan kamu sama mas Arya gimana jadinya?" "Entah.." aku menggeleng lalu mengedikkan bahu. "Ya sudah...sudahi saja kalau begitu, buat apa laki-laki yang suka selingkuh." ujar Nadya penuh dengan emosi. Aku masih terpekur dalam diam. Pandanganku menerawang ke arah lampu kerlap-kerlip redup yang menghiasi langit-langit cafe ini. "Masih sayang ya?" tanya Nadya "Masalahnya mas Arya ini dengan tegas gak mau ngaku kalu dia sudah selingkuhin aku Nad," terangku. "Memangnya kamu tahu dari mana kalau mas Arya selingkuh Suci?" Jadilah aku menceritakan semuanya pada Nadya. Dimulai dari sikap mas Arya yang senyum-senyum sendiri sambil berbalas pesan ketika aku makan malam di rumahnya, berlanjut ke kontak nomor yang bertulis nama Dani di handphone mas Arya. Aku pun memberitahu saat aku bertemu Putri yang sedang datang ke rumah sakit untuk menjenguk tante Sofi. Lalu bagaimana aku memergoki panggilan telepon yang bernama Dani yang ternyata bersuara perempuan, serta riwayat pesan mereka berdua yang akhirnya aku mengetahui jika Dani itu adalah Putri, mungkin dari nama belakangnya yang 'Wardani' itu. "Nah kan, pasti cinta lama belum kelar tuh," cetus Nadya. "Udahlah Suci, kamu jangan mau dibohongin sama mas Arya, itu sudah jelas-jelas dia masih ada affair dengan mantannya yang bernama Putri itu, mas Arya selingkuh sama mantannya, mantan emang perusak, herannya kalau masih saling gak bisa melupakan, ngapain juga dulunya putus," sungut Nadya berapi-api. "Aku gak terima, temanku ini diselingkuhi." imbuh Nadya lagi. Aku mendongak ke atas agar air mataku tak menetes, tapi percuma..tetap saja mengalir bebas meski susah payah aku tahan. Tangan Nadya terulur memberiku tisu. "Terimakasih Nad," ucapku. "Aku minta maaf ya Suci, kalau malah aku yang terbawa emosi begini menyarankan kamu untuk mengakhiri hubungan." "Tidak apa Nad, mungkin apa yang kamu katakan itu benar, mungkin lebih baik hubungan ini memang harus diakhiri. Salahku yang terburu mengiyakan ketika mas Arya menyatakan ingin lebih dekat denganku, padahal waktu itu posisi kami long distance kan, semestinya aku cari aman dulu dengan lebih mencari tahu bagaimana ia sebenarnya beserta kisah masa lalunya, aku hanya tahu segelintir saja, belum semuanya." "Aku terlalu cepat menerimanya Nad, aku yang memang sebelumnya sudah mengagumi kepribadiannya jadi menutup mata akan semua itu." Nadya mengusap punggungku setelah aku berkata demikian. "It's okay Nad, aku sudah lebih tenang sekarang.." kataku sambil mengelap sisa-sisa bulir bening di area wajahku. "Okay kalau begitu mau dilanjut makan atau kita mau pulang aja Suci?" "Makan aja gak apa, kasihan kamu pasti sudah lapar kan, tadi bilang belum sempat makan sore," jawabku. "Gampang soal itu, kita pulang aja gak apa cari suasana yang lebih menenangkan kamu." "Gak apa Nad, aku sudah baik-baik saja sekarang." Tiba-tiba suara kemruyuk dari perut Nadya terdengar, sontak aku tersenyum kecil. "Tuh kan lapar, ayo di enakin aja makan Nad." ajakku dan mulai ada suara beradu piring dan sendok garpu di meja kami. Setelahnya kami memutuskan untuk jalan-jalan sebentar di alun-alun kota. Menikmati pemandangan malam disana. Sejenak aku lupa dengan permasalahanku bersama mas Arya. "Terimakasih ya Nad, sudah ada buat tempatku berkeluh kesah." "Apaan sih, gak perlu pakai terimakasih-terimakasih gitu, kita kan bestie, " ucap Nadya sambil nyengir kuda lalu mengangkat jari tangannya menjadi bentuk V. Aku mengantar Nadya pulang, karena memang tadi aku yang menjemputnya. Aku tancap gas lagi dengan kecepatan normal untuk berlalu menuju rumahku. Rasanya aku butuh kasurku yang empuk untuk membaringkan badanku. Baru juga masuk melewati pagar rumah, mood ku mendadak rusak kembali. Aku melihat mas Arya yang sedang duduk di kursi beranda depan rumah, menopang wajah dengan kedua tangannya. Mas Arya beralih pandang ketika menyadari ada mobilku yang memasuki halaman rumah. "Suci dari mana?" spontan langkah kakiku berhenti, aku yang tadinya berniat membiarkannya sendiri dengan berjalan begitu saja melewatinya jadi menoleh ke arah mas Arya. "Tolong beri kesempatan mas untuk menjelaskan semuanya Suci," pinta mas Arya. Aku bersedekap tangan, mempersilahkan mas Arya untuk bicara. "Sini Suci duduk dulu." kata mas Arya. "Gak perlu mas, Suci berdiri saja disini, cepat kalau mas Arya ingin bicara." Aku amati wajah mas Arya yang sedikit kusut. Ia masih mengenakan pakaian kerjanya. "Mas tidak menyelingkuhi Suci," aku memutar bola mataku malas mendengar kalimat tersebut. "Putri itu sudah bertunangan dengan orang lain." aku tercengang mendengar kalimat mas Arya yang satu ini. Apa maksudnya mas Arya jadi pihak ketiga juga diantara hubungan Putri dan tunangannya, 'GILA' umpatku dalam hati. "Sebelumnya mas memang belum berani untuk lebih terbuka tentang masalah ini sama Suci, karena mas berharap Putri tak lagi menghubungi mas terus, tapi ternyata semenjak Putri mendengar kalau mas sudan menjalin hubungan juga dengan wanita lain yaitu Suci, dia malah semakin intens mengontak mas." "Itu gak akan terjadi jika mas Arya bisa bersikap tegas, bukan malah bersikap seolah-olah masih peduli padanya." kataku yang tidak mau membenarkan sikap mas Arya. "Suci benar, seharusnya memang begitu. Tapi semuanya tidak semudah perkataan Suci, mas cukup mengenal Putri yang berani berbuat nekat jika keinginannya tidak terwujud, dia bilang tertekan dengan pertunangan yang ia jalani sebab perjodohan yang diatur orang tuanya. Jadi ketika merasa sedih, dia pasti menghubungi mas. Putri pernah melakukan percobaan bunuh diri." jelas mas Arya. Aku terdiam sesaat mencerna penjelasan dari mas Arya. Lalu satu kalimat terlontar dari mulutku. "Ya sudah, jika mas masih sayang sama Putri silahkan diperjuangkan kembali mas, Suci pikir hubungan kita sebaiknya disudahi saja." Ku tatap lekat kedua manik mata elang milik mas Arya. Mas Arya segera menggelengkan kepala, bahkan sekarang ia mendekat, menggenggam kedua tanganku. Inginku tepis namun semakin kuat genggaman tangan mas Arya. Hingga aku mengaduh kesakitan memegangi pergelangan tanganku. "Maafin mas.." mas Arya melonggarkan genggamannya begitu melihat aku yang meringis kesakitan. "Mas sayangnya sama Suci, mas hanya butuh waktu untuk bisa terlepas dari Putri yang terus menghubungi mas, mas memang tidak bisa acuh begitu saja menghadapinya, mas butuh kamu Suci. Mas tidak pernah aneh-aneh di belakang Suci meski dia sering mengajak mas untuk bertemu." Aku menatap tajam mendapati fakta mas Arya sering bertemu dengan Putri. "Tolong tetap disisi mas, tetap bersama mas, mas yakin bisa membuat Putri menerima takdirnya bertunangan dengan orang lain." "Suci pamit masuk dulu, sudah malam sebaiknya mas Arya juga pulang. Suci tidak ingin lama-lama Ibu mendengar percakapan kita tentang ini. Suci tidak mau Ibu Suci tahu kalau anaknya ini dibohongi lagi sama lelaki yang Suci cintai." Aku gapai kenop pintu dan membukanya, meninggalkan mas Arya yang berdiri terpaku mendengar perkataanku. Aku padamkan lampu ruang tamu. Perlahan sedikit ku sibak tirai untuk melihat mas Arya. Mas Arya berjalan gontai meninggalkan beranda rumah tempat kami tadi beradu kalimat. Dua kali mas Arya menengok ke belakang, mengamati rumahku. Seolah ia berat harus meninggalkan rumah tanpa bisa meyakinkan aku untuk tidak mengakhiri hubungan kami. Mas Arya menyugar kasar rambutnya lalu benar-benar melangkah menjauh dari rumah. *******

Cerita bagus bermula dari sini

Unduh dengan memindai kode QR untuk membaca banyak cerita gratis dan buku yang diperbarui setiap hari

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN