Latte menghela napas dalam dan mulai melangkah. Sepanjang perjalanan keluar dari kamar, gadis itu tanpa sadar menggigit bibir bawah karena segelumit rasa frustrasi yang sejak awal dirasa. Biar bagaimanapun, ini adalah pesta pertunangannya meskipun bersama pria yang sama sekali tidak ia cinta. Jangankan untuk mencinta, gadis itu bahkan sama sekali tidak pernah membayangkan akan berakhir menjadi tunangan dari seorang Pangeran Iblis yang ditakuti sekaligus dibenci oleh penduduk Kekaisaran Deltora.
Latte telah sampai di ujung tangga. Gadis cantik bersurai cokelat itu dapat melihat para tamu undangan yang sedang berdiri dan menikmati pesta. Mereka semua terdiri dari sebagian murid akademi sihir dan kumpulan bangsawan di pusat kota Gripendor.
Mereka yang mulai menyadari jika Latte sedang berdiri di ujung tangga, sontak mengarahkan pandangan pada pemeran utama wanita tersebut. Semua mata mulai menyerbu. Mulut-mulut mereka sudah tidak tahan untuk beradu. Namun, dengan elegan Latte memijakkan sepatu kaca pada karpet merah yang melapisi anak tangga untuk berjalan turun.
"Apakah kau melihat ada yang aneh dan berbeda darinya, Margareth?" Seorang gadis bernama Luna berbisik pada Margareth yang berdiri di sebelahnya. Mereka adalah teman Latte dari akademi sihir.
"Ya, gadis aneh dengan jubah hijau botol dan celana kudanya itu ternyata sangat cantik jika berpenampilan normal seperti ini." Margareth menatap kagum pada sosok yang sedang berjalan turun dari tangga.
Luna mengangguk pelan, "Tetapi sayangnya dia akan menikah dengan Pangeran Iblis. Apakah kau tidak merasa kasihan padanya?"
"Emm ... sebenarnya aku juga sedikit merasa kasihan. Tapi, jika mengingat perangainya yang buruk dan suka mencari masalah kurasa dia memang cocok jika disandingkan dengan Pangeran Iblis itu. Hey! Apa kau lupa saat dia berkata kasar pada Sofia dan membuat perempuan berhati lembut itu menangis? Aku justru lebih merasa kasihan pada Sofia yang selalu menjadi korbannya." Margareth berujar serius sembari menggelengkan kepala.
Sofia yang kebetulan berdiri di belakang dua orang gadis yang tengah berkasak-kusuk itu sontak mengembangkan senyuman cerah. Tentu saja rumor tentang dirinya yang selalu menjadi korban memang disengaja. Sofia berhasil mempertahankan image-nya sebagai gadis lembut dan baik hati serta image Latte yang jahat dan kasar. Namun, sesungguhnya hati Sofia yang busuk justru merasa senang kala mereka semua termakan dan berpihak kepadanya.
Masih mengembangkan senyuman cerah, Sofia mengedarkan pandangan. Akan tetapi, dalam sekejap wajah cerahnya berubah menjadi datar dan kesal kala melihat beberapa pria yang mengaguminya kini justru menatap Latte dengan wajah terpesona. Mereka sulit mengedipkan mata lantaran melihat Latte untuk pertama kali mengenakan gaun indah layaknya seorang putri sungguhan, tidak mengenakan jubah hijau botol dan celana panjang yang mereka anggap aneh. Ya, meskipun berbagai rumor buruk telah tersematkan, tetapi kecantikan Latte Marie Swan tetap tidak dapat terbantahkan.
Latte yang menuruni anak tangga mulai mengedarkan pandangan. Berbagai macam tatapan yang ia terima membuat langkahkanya sedikit gentar. Netra perak gadis itu berhenti pada seorang pria paruh baya yang menatapnya nanar. Dia adalah Duke Shancez yang sedang tersenyum hangat.
Latte hanya membalasnya dengan tatapan getir karena tidak menyangka jika pada akhirnya pertunangannya bersama Pangeran Iblis benar-benar diadakan. Latte semakin tidak habis pikir kala Esmeralda yang berdiri di samping ayahnya terlihat begitu sumringah dan sibuk berbincang untuk mencari perhatian para bangsawan kelas atas.
Tepat setelah selesai menuruni tangga, tiba-tiba terdapat beberapa pengawal kerajaan yang datang dan memasuki aula. Mereka berjalan dengan gagah kemudian berhenti dalam posisi berbaris. Semua pandangan yang awalnya tertuju pada sosok pemeran utama wanita menjadi teralihkan dan mengarah pada barisan rapi para pengawal istana.
"Kaisar Melvin dan ketiga Pangeran telah tiba!" Salah satu pengawal setengah berteriak untuk memberikan informasi dan disusul dengan suara terompet yang semakin memeriahkan suasana.
Tak lama, datanglah seorang pria dengan jubah berwarna merah dan mahkota di kepala, sebuah mahkota emas berhiaskan permata dan berlian yang begitu indah. Ya, dia adalah Kaisar Melvin, seorang pria nomor satu di Kekaisaran Deltora.
Pria itu tersenyum ramah dan menatap para tamu undangan yang telah berkumpul. Mengingat jika dia adalah Ayah kandung dari seorang Pangeran Iblis yang terkenal mengerikan dan bengis, penampilan Kaisar Melvin justru berbeda dan sama sekali tidak seperti yang dibayangkan.
Kaisar Melvin bertubuh tambun dengan bagian perut membuncit yang justru membuatnya terlihat imut dan menggemaskan. Dengan kumis yang melengkung di bagian ujung, Kaisar itu tetap mempertahankan wibawa seorang Raja meskipun dengan tatapan mata yang terlihat sabar dan ramah.
Beralih dari Kaisar Melvin, terdapat tiga orang pria yang berdiri di belakang pria tambun tersebut. Mereka adalah ketiga Pangeran. Ya, Kekaisaran Deltora memang memiliki tiga orang Pangeran yang tinggal bersama di dalam istana. Bahkan, salah satu dari mereka adalah pemeran utama pria dalam pesta yang akan bertunangan.
Latte yang berdiri di bawah tangga menatap seorang pria tinggi menjulang dengan rambut hitam legam yang tidak berhenti menerbitkan senyuman. Dia adalah Pangeran Lucas, Pangeran pertama dari tiga bersaudara. Sesuai dengan rumor yang sering dibicarakan, Pangeran itu memang terlihat sangat tampan dengan senyuman menawan yang tidak pernah lepas dari bibirnya. Hampir seluruh dari wanita Kekaisaran Deltora begitu mengagumi sosok Pangeran yang terkenal baik dan penyayang tersebut.
Beralih dari Pangeran Lucas, Latte melihat seorang pria muda yang juga berpakaian khas Pangeran berwarna merah dan berdiri tepat di sebelah Pangeran Lucas. Dia adalah Pangeran Matthew—Pangeran ketiga dari tiga bersaudara. Dengan rambut berwarna golden blonde dan wajahnya yang juga tampan bak ukiran Dewa Yunani, tidak heran jika dia dijuluki sebagai seorang playboy kerajaan. Pria muda itu memiliki daya tarik tersendiri yang membuat para wanita tergila-gila meskipun tahu kegemarannya mempermainkan wanita.
Tak lama, fokus mata Latte berbelok pada seorang pria yang terbalut dengan jubah berwarna hitam. Wajahnya pun tidak kelihatan. Hanya dia satu-satunya yang memakai jubah hitam dengan aura dingin dan kelam yang terasa meskipun dia hanya diam saja. Jelas, pria itu adalah Pangeran Liam yang merupakan Pangeran kedua dari tiga bersaudara yang akan ditunangkan dengan Latte Marie Swan.
Dahi Latte berkerut samar, Astaga! Gila! Benar-benar gila! Aku tidak percaya akan bertunangan dengan pria aneh sepertinya. Bahkan, di hari pertunangannya sendiri ia masih berpakaian seperti itu?
Namun, tanpa ada yang tahu, sudut bibir Pangeran Iblis justru tertarik dan tersenyum miring kala melihat Latte yang menatapnya dengan tatapan tidak suka. Tidak ubahnya dengan Latte yang terkesiap, mereka yang menghadiri pesta dan melihat penampilan Pangeran Iblis pun juga terkesiap.
'Oh astaga! Mengapa dia memakai jubah hitam di pesta pertunangannya sendiri?'
'Apakah dia tidak sadar jika ini adalah pesta pertunangannya bukan waktu untuk menjadi malaikat pencabut nyawa?'
'Apakah dia begitu tidak percaya diri dengan wajahnya yang buruk rupa?'
Berbagai macam jeritan hati bermunculan pada beberapa peserta undangan. Suara-suara sumbang itu hanya mampu berputar di otak karena takut kepala mereka akan terpenggal jika berani mengeluarkan pendapat. Para pengawal istana yang lebih banyak berpihak pada Pangeran Liam tentu tidak akan membiarkan Tuan-nya dibicarakan.
Sedangkan Latte yang baru saja sadar dari keterkejutannya seketika menyatukan kedua alis. Giginya bergemeratak lirih dengan kedua tangan mengepal. Gadis itu semakin frustrasi dengan sebuah kekonyolan yang sedang terjadi. Pangeran Iblis benar-benar lain daripada yang lain. Latte menjerit dalam hati, Oh astaga! Kuharap pesta menggelikan ini tidak berhasil mencetak sejarah.
~~~