Sepanjang perundingan, mata Jiangyi terus mengarah pada putri Li Wei yang menunduk malu serta gugup. Jantungnya berdegup kencang, tidak yakin kalau alasan dibaliknya adalah karena melihat wajah Liangyi.
Terlebih ketika sang ibu menggodanya untuk menatap ke arah Jiangyi, Li Wei pun tersenyum.
“Kau lihat putriku, pangeran pertama mereka sangatlah lembut. Cocok untuk kepribadianmu,” kata ibunya, permaisuri Xu Annchi.
“Ibu, jangan keras-keras, nanti mereka dengar,” sahut putrinya.
“Haha, kau katakan pada Ibu, siapa yang telah merebut hatimu ketika pandangan pertama?” tanya ibunya.
“Ibu, sebenarnya aku senang dengan pangeran kedua, tetapi Ibu sepertinya menyukai pangeran pertama.”
“Ah, ternyata tipemu seperti dia. Tampan sih, tapi kita coba lihat kemampuannya.”
Li Wei tersenyum dan setuju pada ibunya. Mereka masih menunggu hasil perundingan untuk hari ini.
Beberapa saat kemudian.
Kaisar Wang Hongli meminta orang kepercayaannya untuk membacakan hasil kesepakatan. Keempat pangeran mendengarkan dengan serius.
“Berdasarkan hasil keputusan dua Kaisar yang berwenang untuk memberikan ujian pada keempat pangeran Kerajaan Kangxi dalam hal mencari pendamping hidup untuk putri dari Kerajaan Shan. Maka, hari ini akan diadakan dua pertandingan saja sebagai pembuka acara.”
Liangyi melihat ke arah sekitar, terutama pada wajah Kaisar Han yang tersenyum bahagia menatap empat bersaudara yang duduk di hadapannya dan fokus mendengarkan hasil tersebut.
“Pertandingan pertama adalah Labirin Tikus!” lanjut pria yang sedang memegang kertas pengumuman.
Liangyi tersenyum, mengingat permainan itu adalah permainan yang sering dilakukan Jiangyi dan Liangyi saat kecil di belakang istana.
“Liangyi, kau pasti kalah. Aku selalu menang dulu kalau main labirin,” bisik Jiangyi.
“Ya, kakak jagonya.” Liangyi mendorong semangat Jiangyi.
“Permainan akan dimulai dengan melepaskan tikus yang sudah ditandai berdasarkan nomor yang sesuai dengan hasil penarikan. Tikus akan mengelilingi papan labirin yang sedang dipasang di hadapan kita semua. Waktu tempuh tikus menjadi bahan penilaian. Sementara pangeran yang bertanding, akan diberikan 4 pilihan makanan guna memancing si tikus bergerak lebih cepat.”
Liangyi melihat isi meja yang sudah ditata di hadapan mereka semua. Ada keju, coklat, madu, dan ikan mentah. Keempat makanan itu adalah makanan kesukaan tikus. Lagi pula urutan yang terpenting agar bisa mendapat makanan yang paling diminati tikus itu.
“Setelah itu, para pangeran harus memastikan kalau tikus yang telah keluar dari labirin dan memakan salah satu dari empat pilihan itu kemudian dijebak dalam kandang secepat mungkin.”
Liangyi pun paham, inti dari permainan ini adalah perangkap setelah labirin. Liangyi setidaknya harus maju lebih dulu untuk mendapatkan pilihan bebas.
Pelayan menghampiri para pangeran sambil membawa kotak berisi empat buah bola.
“Para pangeran dipersilakan mengambil bola di dalam kotak, jangan ditunjukkan lebih dulu sebelum semuanya mengambil dan ditunjukkan bersama-sama,” perintah sang pembawa acara.
Mereka mengambilnya masing-masing kemudian menyembunyikannya dengan kedua tangan. Sampai saat Chen mengambil bola itu, pelayan tadi pun berdiri di ujung menunggu instruksi lainnya.
“Sekarang, silakan pangeran satu, dua, tiga dan empat menunjukkan kepada kami nomor yang di dapat.”
Chen mendapat nomor 3, Chang mendapatkan nomor 2, Jiangyi mendapatkan nomor 1 dan Liangyi mendapatkan nomor terakhir.
Liangyi tersenyum, pasrah dan sepertinya memang keinginan hatinya dikabulkan semesta, terbukti dengan urutan pertandingan pertama adalah yang terakhir, sudah pasti adik atau kakaknya yang memenangkan pertandingan.
*
Lima menit kemudian.
Jiangyi yang mendapatkan nomor sama seperti urutan kelahirannya pun maju dengan rasa percaya diri. Arena permainan mereka hari ini berada dalam sebuah aula.
Jiangyi berdiri di hadapan semuanya, memberikan penghormatan kemudian mengamati labirin yang ada di hadapannya. Terbuat dari papan, memiliki alur yang rumit dan terdapat 4 pintu.
Setiap pangeran diberi waktu 2 menit untuk memikirkan rencananya saat berada di depan labirin. Jiangyi meminta pelayan melepas tikus itu tepat di pintu nomor 3.
Jiangyi kemudian mengikuti arah tikus tersebut berjalan dan pada saat di tengah labirin, tikus tersebut mengalami kebingungan. Jiangyi mencoba untuk mengarahkannya, tetapi tidak bisa. Mengarah hewan yang belum jinak tentu sangatlah susah.
Liangyi memperhatikan cara Jiangyi mengarahkannya dengan salah satu teknik yaitu memanggilnya di pintu keluar. Liangyi spontan tersenyum.
Tikus tersebut benar-benar berhenti dan tidak lagi berjalan. Jiangyi mencoba menaruh makanan di beberapa jalur menuju ke pintu keluar. Si tikus mulai merasakan aroma keju yang ditaburkan oleh Jiangyi, perlahan hewan itu mencari arah makanan yang ada dan melakukan pergerakan.
Jiangyi mulai tenang, menanti insting hewan itu memandunya menemukan keju yang ada di salah satu pintu masuk.
Sudah ada jerat ke kandang yang sedang dipasang oleh Jiangyi sambil menunggu tikus itu tiba di tujuannya.
Beberapa menit kemudian tikus itu pun berhasil keluar dari puluhan lekukan dan masuk ke dalam jebakan setelah mencoba mengambil keju yang jauh lebih besar dalam jebakan tersebut.
Finally, Jiangyi menyelesaikannya dalam waktu 5 menit 45 detik. Jiangyi kembali ke tempat duduknya dengan senyuman. Waktu yang lumayan lama untuk membuat seekor tikus melewati labirin rumit itu.
*
Kini giliran Chang, pangeran termuda yang memilih madu sebagai pemandu tikus itu mulai dari awal sampai akhir. Liangyi pun tersenyum lagi, sebab madu adalah makanan yang dipilihnya, tetapi nasib seorang peserta akhir adalah menerima sisa dan mengharapkan kemujuran.
Chang menyelesaikan prosesnya dalam waktu yang hampir mirip dengan Jiangyi, tetapi lebih lama 3 detik. 5 menit, 48 detik. Pria itu tampak kecewa, tetapi mengakhiri permainan dengan senyuman pada Han Li Wei, salah satu trik tebar pesonanya.
Alis Jiangyi menanjak dan menutupi tawanya, sang adik jauh lebih maju dalam hal mencari perhatian Putri Li Wei.
Selanjutnya Chen. Pria yang sudah tahu kalau dirinya tidak mungkin dilirik oleh Putri Li Wei pun mengerahkan kemampuannya meski dianggap tidak cerdas. Dia memilih ikan segar untuk umpan tikus yang akan melewati labirin tersebut.
Sedikit tidak mujur, ketika tikus dikasih ikan, malah hewan itu makan dalam waktu yang lama baru maju sesuai arah. Chen tertawa sendiri di tengah arena karena melihat tikus itu terlalu santai.
Tawanya merambat ke semua orang, akhirnya Chen yang sudah tahu kalau dia kalah – melakukan atraksi dengan mengganggu tikus itu untuk menyelesaikan makannya dan mencari jalan keluar. Bukannya malah pergi sesuai jalur, tikus milik Chen malah melompat dan berjalan di atas labirin kayu itu kemudian melarikan diri.
Sontak Kaisar Han tertawa geli. Di saat semua pangeran bertanding dengan serius sampai mereka tidak ada waktu untuk tersenyum, malah Chen menjadi hiburan untuk mereka semua.
“Putraku yang ini memang gemar membuat ulah yang menggelikan,” kata Kaisar Hongli.
“Haha, saya senang melihatnya. Terkadang kita butuh orang seperti dia agar meringankan beban bekerja yang membuat pusing,” sahut Kaisar Han.
“Ya, benar.”