Keinginan Dua Kaisar Hebat

1051 Kata
Setelah melewati berbagai pembicaraan untuk membuka arah tujuan kedatangan mereka, akhirnya Kaisar Han mengatakan keinginan yang sudah pernah disampaikan oleh Panglima Baojia pada mereka. Kaisar Hongli mengangguk, membenarkan akan hal itu. “Ya, kami sudah menerimanya beberapa hari yang lalu dan kami sangat senang mendengarnya. Suatu kehormatan bisa bertemu secara langsung dengan Kaisar, Permaisuri dan dua anak yang sangat luar biasa.” “Sesuai balasan yang dibawa Panglima Baojia, ada syarat yang ingin disampaikan dalam pertemuan ini, begitu pula kami juga memiliki syarat tertentu.” “Hmm, tentu! Putra kami ada empat, mereka sangat tampan dan berprestasi! Tidak mungkin Tuan Putri Han Li Wei memikirkan sendiri tentang pilihannya. Oleh karena itu, saya punya ide untuk membuat suatu kompetisi agar Tuan Putri bisa menilai dengan baik pangeran mana yang pantas menjadi pendamping hati. Tidak menutup kemungkinan, mungkin saat itu Tuan Putri sudah punya pilihan, tetapi dengan adanya pendekatan, bisa membuat pilihan itu semakin tepat,” jelas Kaisar Hongli. “Wah, saya tersanjung dan merasa luar biasa pada ide tersebut. Tadinya saya juga ingin melakukan itu, tetapi saya merasa segan. Namun, begitu mendengar Anda mengungkapkannya maka saya pun setuju, tetapi, saya punya tambahan-“ sahut Kaisar Han. “Apa itu?” “Di sela-sela proses kompetisi, saya ingin sekali putri saya mengikuti kegiatan sehari-hari masing-masing pangeran, hitung-hitung seperti yang dikatakan oleh Kaisar Hongli tadi, agar lebih dekat dengan pilihannya.” “Hahaha! Tentu! Itu tidak masalah - saya mengizinkannya.” Han Li Wei tersenyum, itu adalah ide darinya pada sang ayah. Ternyata ayahnya menyetujui dan membuat Li Wei senang. Sementara di dalam hati beberapa pangeran timbul harapan awal. Jiangyi yang tadinya tidak peduli malah bersemangat untuk memenangkan hati Han Li Wei, begitu juga Chen yang juga ingin mengalahkan kedua kakaknya itu. Sementara Chang sudah mundur lebih dulu karena melihat situasi membingungkan itu. Jangan tanya isi hati Liangyi, dia hanya berupaya untuk membuat kakaknya menang agar bisa mengejar Jia Li. Keputusan yang diperoleh adalah selama kompetisi itu berlangsung, Han Li Wei akan tinggal di Kerajaan Kangxi dan kompetisi itu akan berlangsung dua hari lagi. Hal tersebut membuat Jiangyi dan Chen berlatih keras mulai malam harinya. Mereka tidak menunjukkan keinginan tersebut secara langsung, tetapi Liangyi melihat Chen berlatih di kamarnya, terkadang di hutan tempat dia biasa latihan. Sementara Jiangyi menggunakan ruangan latihan di kerajaan. Chang menghampiri Liangyi yang sedang melihat aktivitas Jiangyi dari lubang-lubang penyekat ruangan. “Tampaknya Kakak pertama menyukai Tuan Putri Han.” “Baguslah, memang ide kita seperti itu kan?” tanyanya. “Hmm, masalahnya Chen juga suka.” Liangyi mendelik pada Chang. “Serius?” “Ya, aku melihat dia latihan di tempat kakak biasa latihan.” Liangyi pun tersenyum. “Biarlah, kita akan melihat usaha mereka.” “Apa kakak akan mengalah? Bukankah pandangan orang akan kehebatan kakak bisa melemah?” Liangyi tersenyum. “Ada saatnya di mana kita harus mengalah demi sesuatu. Kau latihan juga sana, bukan demi mendapatkan wanita itu, tetapi demi menjaga nama baikmu sendiri.” “Aahhaha! Iya.” Chang garuk-garuk kepala, perkataan Liangyi benar. Andai nanti mereka melihat Chang lemah, bisa kacau harga dirinya. Akhirnya ketiga pangeran berlatih di istana, sementara Liangyi tetap menjalani tugasnya menertibkan keamanan wilayah Kangxi yang terletak di negara Yuzhou, negara besar yang awalnya memiliki 7 kerajaan dan kini tinggal 2 saja. Hampir 75% negara tersebut sudah dikuasai Kangxi, tinggal 25% yang belum karena mereka masih mempertahankan sesuatu yang harusnya sudah menjadi milik kerajaan Kangxi, tetapi Kaisar Hongli memberi waktu melakukan pemindahan wilayah kekuasaan. Kerajaan Shan sendiri berasal dari negara tetangga yang tidak jauh dari Yuzhou, namanya Shenqi, tetapi negara itu merupakan wilayah yang ekstrim. Banyak rahasia yang sulit ditembus karena menurut paranormal yang bisa melihat menggunakan mata batin, ada dinding menyerupai siluman. Bisa masuk dan tidak bisa keluar. Itulah yang membuat Kerajaan Shan ditakuti dan disegani. Ada yang bilang, wilayah itu adalah tempat latihan para prajurit yang super tangguh, sengaja disembunyikan agar orang luar tidak mengetahui cara mereka latihan. * Liangyi mendapat kabar terbaru terkait orang tua dari anak perempuan yang ditelantarkan oleh ayahnya yang seorang pemabuk. Pria itu saat ini sedang membuat kerusuhan di gedung perlindungan anak. Liangyi meminta Kanebo mengantarkannya ke sana. Sesampainya mereka di depan gedung, terlihat ramai orang mengerumuni bagian pintu masuk. Liangyi turun, Kanebo melindunginya dengan cara berjalan lebih dulu. “Salam Pangeran!” ucap beberapa orang yang melihat kedatangannya. Sontak semua memberikan pria itu jalan. Liangyi dan Kanebo masuk ke dalam gedung, melihat seorang pria marah-marah pada pekerja badan perlindungan. “Ada apa ini?” tanya Kanebo dengan suara nge-bass-nya. “Selamat siang, Tuan kanebo!” sapa pekerja wanita yang ada di belakang meja kerjanya. Pria yang marah-marah itu langsung menoleh pada mereka dengan wajah merah padam. Napasnya sangat bergemuruh. “Apa dengan cara marah semua masalah selesai?” tanya Kanebo. “Mereka menculik anakku!” bentak pria tua itu. “Menculik? Kau tahu di mana saat ini kau berada?” tanya Kanebo. “Ini hanya tempat palsu! Isinya hanya modus pengambilan anak. Buktinya anakku diambil dari sekolahnya dan tidak pulang sudah dua hari.” Kanebo membuang napas panjang. Bahunya dipegang oleh Liangyi, menandakan bahwa dia yang akan turun tangan. Kanebo menepi dan mempersilakan Liangyi maju. “Siapa nama anakmu?” tanya Liangyi sambil bermain yoyo. Orang sudah takut kalau melihat Liangyi bermain benda itu. “Xiao Guang!” jawabnya tanpa tata krama menyapa Liangyi. “Pak, perhatikan sikapmu, kau berhadapan dengan pangeran Kangxi,” bisik seseorang dari ujung. “Hah, aku tidak peduli. Mau dia pangeran, kaisar sekalipun, kalau menculik anakku, pasti aku bunuh!” ancamnya. Liangyi memintanya duduk dengan baik-baik. Pria itu menolaknya dan mengatakan tidak ada waktu untuk bersantai. “Oke, aku tidak akan memperlamanya lagi. Pertama, kau-“ tunjuknya pada pria itu membalas ketidaksopanannya. “Yang katanya sayang pada anakmu, kenapa tidak kau kasih makan selama tiga hari?” tanya Liangyi. Pria itu menunduk, perlahan matanya mengarah ke kiri dan kanan. “Kedua, apa kau tahu kalau anakmu pingsan karena tidak makan?” tanya Liangyi. “Bagaimana aku tahu, pihak sekolah tidak menghubungiku.” “Nomor anda tidak aktif,” sahut Kanebo. “Aktif!” sanggahnya dengan nada tinggi. Liangyi sangat menahan amarahnya karena dia terus membentak. “Kemarikan benda yang kau katakan aktif itu,” pintanya. Pria itu jadi bingung. “Tidak aku bawa.” “Tidak bawa atau sudah kau gadai untuk membeli minuman?” tanya Liangyi tegas.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN