“Ah-“ pria itu melemah. “Aku menyim-pannya,” sambungnya gugup.
“Kau yakin? Aku bisa meminta orang untuk mencari benda itu di rumahmu sekarang!” kata Liangyi.
Pria itu terdiam, tidak lagi berani membalas.
“Ini adalah tempat yang memiliki tugas untuk melindungi anak-anak seperti Xiao Guang! Kalian para orang tua mengatakan sayang anak - padahal tidak mengurus mereka dengan benar! Sekarang anak-anak yang tidak dipedulikan akan diurus oleh pemerintah Kerajaan Kangxi dan tidak diperkenankan melihat orang tuanya. Sebab, kalian tidak menjalani peran seperti orang tua.”
“Aku tidak punya uang untuk memberinya makan! pemerintah tidak membuka lowongan pekerjaan untuk kami orang yang miskin.”
“Hmm, jadi begitu ya? apa kau sudah mencoba melamar pekerjaan?”
“Sudah!”
“Kapan? Di mana?” Liangyi mengernyit.
“Padahal ada 20 pabrik yang didirikan dan setiap pabrik punya kapasitas lowongan pekerja sekitar 10.000 pekerja. Nilai pengangguran di wilayah Kangxi hanya 180.000 jiwa, masih ada lebihnya dan tidak diperbolehkan menerima orang dari luar wilayah,” jelasnya lagi mengingatkan.
Pria itu terdiam.
Kanebo membuka data pria itu dan membacakannya. “Di sini tertera, anda sudah tidak bekerja selama 10 tahun. Semasa istri anda hidup, beliau lah yang bekerja banting tulang di sebuah pabrik. Uang yang didapat direbut dan digunakan untuk membeli minuman keras serta bermain perempuan.”
Pria itu makin menunduk, seperti tikus basah. Takut dan tidak lagi bernyali. Liangyi mendelik padanya.
“Sungguh memalukan! mulai sekarang, Xiao Guang tidak akan kembali padamu dan kau juga akan diusir dari wilayah kekuasaanku karena sudah tidak menghormati orang-orang yang ada di sini.”
Pria itu langsung berlutut dan meminta maaf pada Liangyi, memegang kakinya. Kanebo berusaha melepaskan tangannya itu.
“Sekarang kau baru menunjukkan sikap hormatmu, ke mana kau taruh kesombonganmu tadi?” tanya Liangyi.
“Pangeran, mohon maafkan aku. Aku berjanji akan menjadi ayah yang baik untuk Xiao Guang.”
“Kalau begitu, kau bisa buktikan ucapanmu itu di luar wilayah Kangxi, setelah kau berubah, segera urus surat adopsinya kembali,” balas Liangyi kemudian melepaskan kakinya dari genggaman pria itu.
Kanebo meminta mereka merapikan kembali ruangan dan mengusir pria ini sampai ke perbatasan. Dia akan menghubungi prajurit yang bekerja untuk melepaskannya dengan surat izin terlampir atas perintah Liangyi.
Pria itu ingin mengejar Liangyi, tapi keputusan Liangyi tidak bisa diganggu gugat. Mereka pergi dan mengurus masalah lainnya. Dia memang bukan Kaisar, tetapi ayahnya telah membuat keputusan, segala hal yang tidak berjalan baik dalam masyarakat, maka Liangyi berhak menghukumnya. Kecuali kejahatan itu terkait masalah pencurian, pembunuhan dan lain sebagainya maka itu harus menjalani jalur hukum.
*
Beberapa jam sebelum tidur malam ini.
Liangyi berbaring di kursi taman sambil menatap langit berbintang dan rembulan yang bentuknya tak sempurna.
Angin malam berhembus kencang, membuat lamunan Liangyi melayang indah sambil memikirkan Jia Li. Gadis itu sudah beberapa hari ini sulit ditemui. Tadi juga ketika dihampiri sebelum pulang, dia tidak ada.
“Dinginnya angin, menyusup sampai lapisan kelima kulit kita. Begitu pula pada rasa rindu yang kian menggebu, siapakah gerangan wanita yang telah merebut hati adikku ini?” tegur Jiangyi mengejutkan sang adik.
Pria yang sedang berbaring itu pun tersenyum, lalu bangkit dari rebahannya untuk memberi ruang pada sang kakak.
“Bicara apa?” tanya Liangyi menepis dugaan tepat sang kakak.
“Tentang adikku yang sedang jatuh cinta.”
“Haha, mengada-ngada. Aku kira, kakak yang sedang berbunga-bunga melihat Putri Kerajaan Shan,” sindir Liangyi balik.
“Aah, kau ini. Mana mungkin! aku tidak akan bisa bersama dengannya.”
Liangyi melirik. “Pesimis.”
“Sebenarnya cinta bukan tentang kompetisi, tetapi tentang penyatuan dua hati yang saling ingin memiliki,” sahut Jiangyi.
“Aku lemah masalah cinta, kakak lebih pantas untuknya.”
“Kalau begitu, kita akan tahu jawabannya setelah menjalani pertarungan besok.”
“Mmh,” angguk Liangyi demi menyenangkan hati sang kakak.
Jiangyi memberikan sebuah laporan pada Liangyi, sang adik menerimanya dan melihat isinya.
“Ini laporan kasus pembunuhan prajurit kita setahun lalu. Ada apa? kenapa kakak mengambil salinannya?” tanya Liangyi setelah melihat nama dan foto yang tertera di sana.
“Aku merasa ada yang tidak beres.”
“Apa dasarnya kakak bicara begitu?”
“Saat aku berjalan ke arah perpustakaan tadi sore, aku mendengar pembicaraan tentang kasus prajurit Li Aiguo.”
“Apa cerita itu valid?”
“Entahlah, tapi setelah aku melihat laporan perjalanan hidup dan kasusnya, ada sangkut paut antara cerita mereka dan kisah perjalanannya.”
Liangyi melihat isinya kemudian menanyakan masalah kabar yang didengarnya. Jiangyi ingin memeriksa lagi kasus itu bersama orang yang bertugas menganalisis masalah di kerajaan.
Kasus itu adalah kasus pembunuhan prajurit yang mengawal perjalanan Permaisuri ke negara Shenmi. Saat itu tidak ada penyerangan, tetapi prajurit itu mati di dekat kamar penginapan sementara Permaisuri secara mendadak ketika malam hari dan mulutnya mengeluarkan buih.
Setelah di periksa, buih itu berasal dari racun yang masuk dalam mulutnya. Saat itu pula ketika diselidiki, cairan racun yang sama ditemukan di dekat pintu kamar Permaisuri. Menurut kesaksian prajurit lain, Aiguo terlibat cekcok dengan orang asing dan pria itu memasukkan paksa air dalam botol ke mulutnya kemudian pergi.
Laporan itu diproses oleh kerajaan kemudian menetapkan tersangka seorang pria tua penjual makanan sesuai dengan kesaksiannya.
Namun, Jiangyi punya kabar lain. Pria prajurit yang menuduh si kakek yang saat ini dalam penjara malah diduga sebagai pelaku sebenarnya.
Liangyi meminta salinan itu untuk dipelajari lebih lanjut. “Baiklah, aku akan membawanya sebagai teman tidur,” kata pangeran kedua.
“Haha, sebentar lagi Putri Li Wei akan menemanimu tidur,” sahut Jiangyi.
Liangyi tersenyum. “Kak, jangan cepat-cepat menyerahkannya pada orang lain, berusaha dulu mendapatkan Putri Li Wei, supaya kakak tidak menyesal.”
Liangyi pergi dari samping kakaknya, meninggalkan Jiangyi yang sedang mendelik padanya karena coba menasehati kakaknya sendiri.
Jiangyi pun tersenyum. “Ya sudahlah, mau bagaimana lagi? besok kita lihat, siapa yang lebih tangguh. Tanpa yoyo itu, aku yakin – kekuatanku jauh lebih besar dari Liangyi,” semangatnya sendiri sebagai motivasi menjelang kompetisi.
Di dalam kamar.
Liangyi benar-benar mempelajari lagi kasus yang tidak pernah dipegangnya secara langsung karena berhubungan dengan pembunuhan di luar wilayah Kangxi. Pria itu memetakan proses kejadian reka adegan yang tertera dalam salinan itu ke sebuah papan yang selama ini tersimpan di lemarinya. Hanya keluar kalau Liangyi ingin melakukan sebuah rencana panjang.
Di saat semua pangeran sedang memikirkan wajah Putri Han Li Wei, Liangyi malah memikirkan kasus yang diberikan kakaknya tadi. Liangyi benar-benar tidak ingin menang dalam kompetisi itu. Bahkan, rencananya besok sebelum kedatangan tamu dari Shan, Liangyi ingin bertemu dengan Jia Li walau hanya sebentar.