Keesokan harinya, Disaka tetap tak mau membuka matanya, merasa nyaman tertidur di ranjang hingga enggan membuka mata. Membuatku semakin khawatir, apa aku terlalu keras mendorongnya? Padahal jika ku ingat kembali, tubuh disaka jauh lebih besar dari tiang yang dihantam nya kemarin malam "Dia selemah ini? Tapi kenapa sikapnya begitu angkuh?" Gumamku, menatap khawatir ke arah di saka. Aku duduk di sisi ranjang, menatap lebih dekat lekuk wajah Disaka yang mempesona. Sekilas aku menatap asisten Wan berkali-kali memeriksa jam tangannya, aku tahu pria ini khawatir. "Kenapa tuan belum sadar juga Jim? Dia tak pernah pingsan selama ini, coba kau periksa lagi tubuhnya." Jim menghela nafasnya. "Setengah hari kau memintaku memeriksa pria ini lebih dari 10 kali dalam setengah hari Wan, itu berlebih