“Good job, Jen. Kamu berhasil mengendalikan dirimu,” pujinya dalam hati sambil terus berjalan menuju kamar yang ia sewa. Bukan perkara mudah meredam amarah dan kebencian, Terlebih, jika harus bersikap sopan pada orang yang sudah menorehkan luka begitu dalam. Seperti kebanyakan orang, Jenna juga ingin melampiaskan kemarahan dan membalas dendam pada orang tersebut. Namun, Jenna tak mau mengotori tangan dan menghabiskan tenaganya. Ia lebih memilih menjadi asing agar tidak terlalu lama berinteraksi dengan orang tersebut. “Jangan terlalu dekat sama laki-laki, Jen. Jangan mudah percaya sama omongan manis mereka. Meski nggak semua, tapi kebanyakan dari mereka memiliki tujuan sendiri saat mendekati wanita. Apalagi kalau usianya masih muda. Pikirannya cuma mau main-main, senang-senang." “Berart