"Kedip, Jef. Kering, tuh lama-lama biji mata.” Jeffrey sontak menoleh, memberikan tatapan sinis pada sosok yang baru saja berbisik di telinga kanannya. “Biarin aja, Bro. Kapan lagi kita bisa lihat manusia kutub satu ini natap cewek sampai diketawain orang satu ruangan,” timpal yang lainnya lalu menepuk-nepuk pundak kiri Jeffrey. “Gue seneng. Akhirnya, kamu kembali normal.” Jeffrey menarik napas singkat lalu mengembuskannya dengan keras. “Sialan! Memangnya kapan aku abnormal?” Pria yang terkenal jarang berinteraksi dengan lawan jenis itu lantas menarik tubuhnya menjauh dari sandaran kursi, meraih gelas yang isinya tinggal setengah, lalu menenggak sampai habis, mengabaikan dua temannya yang tertawa. Kejadian saat di panggung tadi memang sangat memalukan. Salahnya, karena tidak bisa meng