Sementara itu Chin yang membawa Syam untuk kembali ke abad 10 masehi, tempat asal mereka. Merasa heran bukan main. Karena lubang ruang dan waktu yang ia ciptakan, seharusnya sudah mengantarkan mereka berdua ke masa mereka sejak dari tadi. Namun mereka berdua merasakan, lorong yang sedang mereka lewati, masih panjang. Dengan ujung lubang ruang dan waktu di ujung sana. Dan hal itu membuat Syam sangat kesal. Karena cara yang ia gunakan untuk menembus waktu sangat berbeda dengan apa yang sedang ia alami itu.
"Chin, jurus menembus waktumu itu. Kenapa seperti ini? Aku biasa menembus waktu, biasa langsung sampai ke tujuanku," kata Syam yang berada di samping Chin, dengan terus tertarik oleh lubang ruang dan waktu yang diciptakan oleh Chin.
Chin merupakan ketua dari 5 kepang bersaudara, yang merupakan pasukan khusus Humsha. Chin berwajah oriental, dengan rambut berkepang satu, dengan tinggi 180 cm. Dirinya memakai piyama yang dilapisi oleh jubah berwarna hitam. Semua anggota 5 kepang bersaudara, memiliki wajah, fisik dan pakaian yang sama. Dengan perbedaan hanya pada rambut kepangnya saja. Kecuali Chan si kepang dua, yang feminim, yang dikenal sebagai lelaki pesolek selama ini.
Chin berkepang satu, karena ia adalah kakak pertama dari 5 kepang bersaudara.
"Aku juga merasa heran, kenapa jurus menembus waktuku menjadi seperti ini? Apa karena kekuatanku yang belum pulih, atau karena 4 saudaraku sudah mati. Hingga mempengaruhi jurus menembus waktuku ini?" sahut Chin, sembari bertanya-tanya sendiri. Dengan penuh kebingungannya.
"Atau mungkin kita mengalami distorsi waktu?" tanya Syam kembali, dengan spekulasinya.
Syamshe atau Syam memiliki wajahnya tampan. Bibirnya merah, matanya cokelat kemerahan, rambutnya sebahu dengan poni hingga alis. Dengan jambang terurai panjang hingga dadanya. Warna rambutnya hitam, alisnya tebal hitam bagai bulan sabit dan hidungnya mancung. Ia memakai baju biru lengan pendek dengan delapan cambuk menempel di lengannya yang putih mulus dan berbulu tipis, dengan celana panjang biru yang terbuat dari sutera.
"Mungkin saja, soalnya ada yang tak beres," seusai berkata seperti itu. Mereka berdua pun melihat belasan cahaya melesat ke arah mereka untuk menuju masa depan dengan kecepatan tinggi. Dengan tujuan entah ke tahun berapa.
Tiba-tiba saja, mereka berdua pun merasakan ada yang mendorong mereka dengan begitu kerasnya. Hingga mereka pun terpental, meluncur ke arah lubang ruang ciptaan Chin dengan kecepatan tinggi. Hingga mereka pun keluar dari dalam lubang ruang dan waktu itu.
Bruk!!
Kesatria dan penjahat dari abad 10 masehi itu pun terjatuh, di sebuah padang rumput yang begitu luas.
"Dasar kau Chin. Sebenarnya, kau ini menguasai jurus menembus waktu atau tidak?" Syam pun bangkit, sambil mengutarakan kekesalannya kepada Chin. Yang tampak tertawa, sebelum merespon perkataan dari Syam itu.
"Walaupun aku ini yang paling tua dan terkuat di 5 kepang bersaudara. Pada kenyataannya, jurus menembus waktuku. Adalah yang paling payah. Makanya aku lebih suka menumpang kepada adik-adikku yang malang itu, jika harus menembus waktu," Chin pun tertawa, sembari berdiri.
"Ternyata kau payah," cibir Syam kepada Chin. Sambil melihat sekelilingnya dengan mata langitnya, yang sudah menjadi biru.
Mata langit Syam walaupun mata langit biasa. Paling tidak, mata langit milik Syam adalah mata langit. Yang akan menjadi cikal bakal dari mata langit di masa depan, walaupun tidak secara langsung. Selain memiliki kemampuan mata langit milik Suku Peramal Bulan di masa depan, yang dapat melihat jauh sesuai dengan kemampuannya shen nya.
Syam juga memiliki kemampuan cambuk elastis di sepasang tangannya. Yang merupakan kemampuan yang sama, yang dimiliki oleh Suku Bulan Sabit Merah. Namun dagu dari Syam tak membentuk bulan sabit merah, walaupun dagunya, memang seperti bulan sabit.
Bisa dibilang Syam adalah leluhur tak langsung dari Suku Peramal Bulan dan Suku Bulan Sabit Merah yang tinggal di Bulan, di masa depan.
"Enak saja aku payah," sahut Chin, dengan menatap mata langit Syam dengan penuh seksama. Yang disadari oleh lelaki tampan itu.
"Apa kau ingin melihat dengan mata langit ku ini?" tanya Syam kepada Chin.
"Tentu saja aku ingin," sahut Chin, dengan tenangnya.
"Jika begitu, pegang lah tanganku. Salurkan shen mu kepadaku. Paling tidak, kita akan mampu melihat sejauh 8000 km," pinta Syam kepada Chin.
Chin lalu memegang tangan Syam, sambil menyalurkan shen nya. Ia pun langsung saja dapat melihat. Apa yang sedang dilihat oleh Syam dengan mata langitnya. Ternyata Syam sedang melihat ke arah utara, di mana Kutub Utara Bumi berada.
"Apa kau bisa melihat, dengan apa yang aku lihat?" tanya Syam kepada Chin.
"Ya, aku melihat. Hamparan es di Kutub Utara Bumi. Memang apa yang sedang kau cari?" tanya Chin dengan penuh selidik.
"Aku sedang mencari Istana Tanpa Waktu, kediaman dari Dewi Waktu," jawab Syam dengan entengnya. Namun dapat membuat Chin begitu terkejut.
"Apa tempat itu benar-benar ada? Bukannya itu hanya sebuah mitos?" cecar Chin kepada Syam, dengan penuh selidik.
"Bagi orang-orang awam, memang itu hanyalah sebuah mitos. Tapi bagi orang-orang yang berasal dari 7 Sekte Langit, itu adalah kenyataannya. Dan hanya orang-orang terpilih dari 7 Sekte Langit lah. Yang mampu menemukannya, dan bertemu dengan dirinya," tutur Syam atas pertanyaan dari Kepang Satu itu.
"Termasuk kau?" tanya Chin kembali.
"Ya, tentu saja aku," jawab Syam dengan penuh kebanggaannya.
"Apa kau pernah bertemu dengan Dewi Waktu sebelumnya?" Chin pun semakin tertarik, tentang sosok bernama Dewi Waktu.
"Pernah, saat ayahku menemuinya. Aku pun diajaknya sewaktu kecil," timpal Syam, terus menggunakan mata langitnya. Hingga shen nya pun terkuras dengan begitu cepatnya. Yang membuat dirinya pun merasa heran. Karena menggunakan mata langit untuk mencari Istana Tanpa Waktu, dapat menguras shen nya begitu banyak.
Syam pun lalu menghentikan mata langitnya. Hingga mata biru terangnya, berubah ke warna cokelatnya kembali.
Apa yang sudah dilakukan oleh Syam secara mendadak itu. Telah membuat Chin begitu terkejut. Karena tiba-tiba saja, hamparan es yang ia lihatnya. Berubah menjadi padang rumput hijau yang seakan tanpa batas.
"Kenapa kau hentikan mata langit mu, Syam?" tanya Chin kepada Syam, sambil melepaskan genggaman tangannya kepada tangan Syam.
"Menggunakan mata langit terus-menerus, telah mengurus shen ku," timpal Syam.
"Apa memang menggunakan kemampuan mata langit secara terus menerus dapat menguras shen mu?" tanya Chin, seakan tak mempercayai perkataan Syam.
"Biasanya tidak, baru kali ini aku merasakannya. Sepertinya, ini ada hubungannya dengan pencarian Istana Tanpa Waktu," jawab Syam dengan penuh kejujurannya.
"Sebenarnya apa yang kau inginkan dengan mencari Istana Tanpa Waktu?" tanya Kepang Satu dengan penuh selidik.
"Tentu saja aku ingin menemui Dewi Waktu. Aku ingin meminta sebuah permintaan kepada dirinya," jawab Syam, yang membuat Chin penasaran bukan main.
"Permintaan apa?"
"Aku ingin, ia mengambil Patung Budha Giok dari dunia paralel," timpal Syam.
"Apa itu bisa?" ragu Chin pun berkata.
"Tentu saja bisa. Selain menguasai waktu. Ia pun menguasai dunia paralel," tutur Syam dengan keyakinannya itu.
"Apakah aku boleh ikut?" tanya Chin dengan penuh harap.
"Tentu saja boleh. Memang kau ingin meminta permintaan apa?" tanya Syam dengan penuh selidik.
"Menghidupkan keempat saudaraku," jawab Chin dengan tegasnya.
Jawaban dari Chin itu telah membuat Syam sangat terkejut. Hingga dirinya pun berpikir yang tidak-tidak terhadap ketua dari 5 kepang bersaudara itu.
"Jangan-jangan kau ingin membuat kekacauan lagi, dengan meminta menghidupkan saudara-saudaramu itu," curiga Syam pun berkata.
"Jangan mencurigai ku seperti itu. Sekarang aku hanya ingin hidup damai bersama mereka," tutur Chin, dengan mengingat sosok keempat adiknya yang telah mati.
"Tapi pastinya, Dewi Waktu akan meminta syarat untuk mengabulkan keinginanmu itu."
"Syarat apa pun. Akan aku terima," sahut Chin dengan mantapnya.
"Jika begitu, kita berangkat sekarang. Mungkin saat kita berada di kutub utara. Aku dapat melacak Istana Tanpa Waktu dengan lebih mudah." tutur Syam.
Syam pun lalu melesat ke udara bersama Chin ke arah utara, menuju Kutub Utara Bumi, dengan kecepatan tinggi. Demi menemukan Istana Tanpa Waktu, tempat Dewi Waktu bersemayam.