Melda memijat pelipisnya yang terasa pusing. Tatapannya tidak luput dari layar laptop yang menyala di depannya. Ia salut kepada papanya yang tidak kenal lelah dalam membangun perusahaan sampai sebesar ini. Jatuh bangun papanya lalui demi kebahagiaan keluarganya. Ia tidak boleh mengecewakan papanya dengan mengeluh karena sebuah kerjaan yang bahkan tidak sebanding dengan apa yang telah papanya lalui. Tanpa pengorbanan dan kegigihan sang papa, mana mungkin ia bisa hidup enak dan bahagia dengan harta yang berlimpah. Melda menggelengkan kepala. “Gue nggak boleh ngeluh! Fighting, Melda!” semangat gadis itu dan kembali mengerjakan pekerjaannya. Jemarinya dengan lihai menari di atas keyboard. Melda yang awalnya serius mengerjakan pekerjaannya dengan mengandalkan otak cerdasnya, harus dibuat gug