15. LDR

1165 Kata
Darel dan Arya terus berbincang membicarakan hobi mereka yang sama, hingga tak terasa makanan yang Arya belikan untuk Seina pun habis tak bersisa. Waktu sudah menunjukkan pukul sebelas siang, Arya kemudian pamit untuk kembali membangunkan Seina. "Baiklah, terima kasih sudah menampungku di sini. Aku mau membangunkan Seina dulu, sudah waktunya makan siang,” pamit Arya. “Oke, terima kasih juga atas makanannya. Lain kali kita touring bareng,” ajak Darel. “Baiklah, bye Darel.” Arya mengecek ponselnya dan kembali menghubungi Seina, terdengar suara sambungan telepon. Namun, Seina tak juga mengangkat panggilannya. Ia lalu membuka pesan dari Seina. [Seina : 342567, masuklah aku baru saja bangun.] Darel mengintip dari celah pintunya, tapi tetap saja tidak terlihat karena apartemen mereka bersebelahan. Darel kemudian membuka sedikit pintu apartemennya, ia mengintip Arya yang masuk ke dalam apartemen Seina. “Shitt ... apa Seina memberikan password apartemennya!” kesal Darel. Darel menempelkan telinganya di daun pintu apartemen Seina, tak terdengar suara apapun dari sana. Ia mulai mencari cara agar bisa masuk ke dalam apartemen wanita incarannya. Sementara itu di dalam apartemen, Arya melihat ke sekeliling, tidak menemukan Seina. Ia kemudian mengetuk pintu kamar Seina, berharap empunya sudah bangun dari tidurnya. “Tarrraaa ...." Arya terkejut melihat kepala Seina menyembul dari balik pintu. "Maaf aku baru bangun, setelah itu membersihkan tubuhku,” ucap Seina seraya mengalungkan tangannya di leher Arya. “Aku lapar," lirihnya. “Kamu mau makan apa Sayang?” goda Arya melingkarkan tangannya di pinggang Seina. “Aku ingin makan nasi goreng seafood yang ada di restoran bawah.” Arya mencium bibir Seina kemudian berucap, “Kenapa kamu se-menggemaskan ini. Ayo, kita makan.” Sambil menautkan kedua tangannya, Seina dan Arya keluar dari apartemen dan— bugh! Seina menyembul kepalanya di selah pintu menatap Darel yang sedang tergeletak di lantai. “Apa yang sedang kamu lakukan?” tanya Seina. “Ah aku sedang berjoging, tapi kakiku kram.” Mata Seina meneliti penampilan Darel dari atas sampai bawah, menyeringai melihat penampilan Darel dari ujung kaki hingga ke ujung kepala. "Bagaimana bisa aku suka sama pria seperti dia," batin Seina. “Ada apa sayang,” sela Arya keluar dari apartemen. “Darel, kamu kenapa?” “Ah... dia sedang berjoging, terus jatuh. Hanya orang gila yang joging tengah hari seperti ini,” ejek Seina menahan tawa. "Kalau gitu kita pergi dulu, ya." Darel hanya mengangguk menyembunyikan kekesalannya, ia tidak bisa berkutik melihat Arya dan Seina masuk ke dalam lift. “Argh ... wanita itu benar-benar membuatku gila!” *** Seina memakan nasi goreng pesanannya dengan lahap sedangkan Arya hanya memesan minuman saja karena dia sudah kenyang menghabiskan makanan yang dia bawa bersama Darel. Mata Seina meneliti wajah Arya yang fokus melihat layar ponselnya. Merasa di abaikan, tanpa permisi Seina menarik ponsel yang berada di tangan Arya. "Kamu mau pergi?" tanya Seina terkejut melihat pesan dari atasan Arya. "Hm ... sepertinya aku harus pergi ke sana. Hanya satu bulan Sayang, setelah itu kita mempersiapkan pernikahan kita." Seina berhenti mengunyah, ia benar-benar tidak mengerti harus bagaimana menanggapi ucapan Arya. Di satu sisi, Seina ingin Arya berada di sampingnya di sisi lain Arya juga harus bekerja untuk kehidupannya nanti. "Tidak apa-apa, kamu pergilah. Tapi janji setelah itu kamu harus segera pulang." "Iya Sayang, ini demi masa depan kita juga. Mereka menawarkan gaji yang fantastis." “Iya, iya ... hanya satu bulan kan. Jangan sampai pernikahan kita batal hanya karena pekerjaanmu itu!” ancam Seina. “Terima kasih Sayang, kupastikan ini hanya satu bulan saja.” Arya tersenyum sambil mengusap sudut bibir Seina yang terkena kotor dari makanan. Setelah makan, Arya mengantar Seina ke apartemennya. Tak lupa ia membeli beberapa cemilan untuk persediaan Seina nanti malam. Seina tak mau melepaskan pelukannya dari tubuh Arya, ia begitu takut Arya akan meninggalkannya dan tergoda dengan wanita lain. “Kamu tidak percaya kepadaku?” tanya Arya memastikan. “Bukannya tidak percaya hanya saja aku takut mereka lebih cantik dariku, karirnya lebih bagus dariku dan kamu tergoda dengan mereka,” ucap Seina. “Iya itu, karena kamu tidak percaya kepadaku. Aku mencintaimu Seina, apa aku harus membuktikannya sekarang?” Dahi Seina mengkerut mencerna ucapan Arya. “Oh my god, apa kamu berpikir yang bukan-bukan!” oceh Seina sambil menyilang kan kedua tangannya di d**a. Arya tertawa lalu berucap, "Kamu tenang saja, aku enggak akan melakukan itu sebelum kita resmi menikah.” Seina kembali memeluk tubuh Arya, merasakan hangatnya tubuh pria yang selalu menjadi tempat ternyaman baginya. Tak terasa waktu sudah menunjukan pukul lima sore, Arya harus kembali ke rumahnya untuk membereskan pakaian serta membeli tiket pesawat untuk besok pagi. “Aku pergi dulu sayang, ingat jangan macam-macam!” ancam Arya. Seina tersenyum berjalan mendekati Arya. Sebuah kecupan mendarat di bibir Arya. Seina tersenyum kemudian menekan pintu lift agar tertutup. “Bye, Sayang” ujarnya sambil melambaikan tangan. “Astaga!” Seina begitu terkejut melihat Darel berdiri di depan pintu apartemennya. Seina berusaha tidak menghiraukan Darel, melewatinya begitu saja. "Awas!" Siena tersungkur ketika Darel tiba-tiba saja ikut masuk ke dalam apartemennya. “Oops ... sorry." Seina pun menepis tangan Darel yang berniat membantunya berdiri, tangan kanan Seina kemudian mengambil payung yang disimpan didekat rak sepatu dan bugh. Seina memukul kaki Darel dengan kencang, hingga dia mengaduh kesakitan. “Keluar kamu dari rumahku,” kesal Seina mendorong Darel keluar hingga terjatuh ke lantai. Dia lalu menutup kembali pintu apartemennya. "Dasar pria gila!" *** Seina tersenyum melihat pesawat yang melintas di atasnya. Namun, senyuman memudar ketika pesawat tersebut semakin menjauh. Seina menunduk lemas keluar dari bandara, baru lima menit mereka berpisah, tangan Seina sudah gatal mengirimkan pesan kepada Arya. [Seina : Aku merindukanmu.] pesannya. Seina masuk ke dalam mobil, menginjak pedal gas mengendarai mobilnya dengan santai. Akhirnya ia merasakan hubungan long distance relationship. Sebelumnya, Seina selalu menulis cerita tentang kegagalan hubungan jarak jauh. Hal itulah yang membuatnya takut, ketika jauh dari Arya. Hampir satu jam perjalanan akhirnya Seina sampai di sebuah toko buku. Ia berencana membeli n****+ baru untuk menemaninya selama dia berada jauh dari Arya. "Seina." Terdengar suara seorang wanita memanggil namanya. Seina kemudian membalikkan tubuhnya untuk melihat ke arah sumber suara. "Kak Stela, kamu datang sendiri?" tanya Seina. "Hm ... ada kak Bobby di rumah. Aku sengaja meninggalkan anak-anak kepada ayahnya, agar dia tahu bagaimana repotnya mengurus anak," kesal Stela. "Bagaimana kalau kita belanja Kak?" "Boleh, tapi sebentar." Stela mengeluarkan ponselnya, berniat menghubungi kedua anaknya. "Halo, Sayang." Terdengar suara Diki. "Diki ini mamah, tolong beritahu Papah, Mamah pergi dengan aunty Seina. Oke!" "Baiklah, Mah tolong belikan aku buku dongeng ya." "Iya sayang, Mamah belikan asal kalian berprilaku baik kepada Papah." "Iya mah," serempak. Stela mematikan panggilannya kemudian membeli buku dongeng yang di pesan Diki. Ia menunggu kakak iparnya di luar toko buku, sambil memesan minuman yang ada di sana. Seina mengecek ponselnya berharap Arya menghubunginya. Namun sepertinya, Arya sama sekali tidak membaca pesannya karena masih ada di pesawat. "Dor! Ngelamun aja, apa yang sedang kamu pikirkan?" tanya Stela. "Tidak ada." Keduanya pun pergi meninggalkan toko buku untuk berbelanja pakaian. "Aku dengar kamu sudah punya tetangga, apa dia tampan?" "Hah?"
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN