14.Pembalasan Seina

1011 Kata
Rani mengepalkan tagannya, ia tidak menyangka jika hidup Seina lebih unggul darinya. Ia lalu merapihkan bajunya, saat ia akan kembali ke dalam matanya menangkap sosok yang ia kenal. Rani pun memicingkan matanya untuk mempertegas penglihatannya ketika melihat seorang pria yang berjalan ke arahnya. "Darel," desis Rani. Rani menatap wajah pria yang dulu begitu ia suka, bahkan ia sampai membenci Seina karena Darel lebih menyukainya. Saat SMA Rani, Lusi dan Seina merupakan teman dekat. Namun hubungan mereka merenggang ketika pria yang Rani sukai lebih memilih temannya sendiri. "Darel," sapa Rani. "Ah ... Hai, Rani. Apa acaranya sudah selesai?" "Belum. Ayo, kita masuk!" Rani berjalan masuk ke gedung bersama Darel, seolah tak mau kehilangan momen ia merangkul tangan Darel saat Seina menatap ke arah mereka. Namun sayangnya, Seina memutar bola matanya, tak mempedulikan Rani dan Darel yang berdiri berdampingan. "Aku heran sama kamu Sei, kamu enggak kerja tapi bisa beli Lamborghini. Apa kamu seorang pebisnis?" tanya Dino. Seina mengeluarkan kartu namanya lalu memberikan kepada teman-teman yang berkumpul di sisinya. "Wah, kau seorang penulis." Lusi terkejut saat melihat kartu nama Seina. "Aku hanya seorang pengangguran," elak Seina. Darel menoleh ke arah Rani yang sedang sibuk membagikan kartu nama. Ia lalu melepaskan tangan Rani dari lengannya, kemudian bergabung dengan Seina, Lusi dan juga Dino. "Hai, semua," ucap Darel. "Darel, lo datang." Lusi memeluk Darel lalu mempersilahkan dia untuk duduk di sampingnya. Seina yang melihat kehadiran Darel hanya melirik, kemudian beranjak dari kursi. "Aku ke toilet dulu," ucap Seina di ikuti Rani dari belakang. Seina masuk ke dalam toilet dan mengeluarkan air seninya yang sudah mendesak meminta di keluarkan. Bunyi air kloset tanda jika Seina sudah menyelesaikan panggilan alamnya. Seina membuka pintu dan mendapati Rani sedang mencuci tangan di wastafel. Seina berusaha tak mempedulikannya kehadiran Rani, berjalan ke depan wastafel dan mencuci tangannya. "Ehm ... Apa kamu masih berhubungan dengan Darel?" tanya Rani. "Haruskah aku menjawab pertanyaanmu?" Ucapan seina sontak membuat Rani terkejut, ia menoleh ke arahnya dengan tatapan mengintimidasi. Seolah di perhatikan Seina menoleh ke arah Rani juga menatapnya, terlihat pancaran emosi di antara keduanya. Seina melangkah mendekati Rani lalu berkata, "Aku nggak tau kenapa kamu begitu membenciku, yang pasti terima kasih, karena sudah mempermalukan dirimu sendiri di depan orang lain." "Apa maksudmu?" tanya Rani. "Maksudku, berhentilah memfitnahku dengan kata-kata kotormu. Apa kamu pikir aku tidak tau apa yang kamu lakukan di belakangku." Rani kesusahan menelan saliva-nya, saat Seina mendorong bahunya dengan kencang. Tak sampai di situ, Seina kembali mengoceh, "Jika kamu membenciku, sebaiknya kamu katakan kepadaku. Ah, apa kamu masih belum move on dari masa lalu?" Bunyi gebrakan pintu terdengar nyaring, saat tubuh Rani membentur pintu. Hal itu sukses membuat Rani terkejut karena saat ini dia tidak bisa mengelak. Melihat Rani yang ketakutan, Seina menyeringai lalu keluar dari toilet. Ia kembali bergabung dengan Lusi yang sedang berbincang dengan teman lainnya. Mata Seina mencari sosok yang selalu mengganggu pandangannya. "Apa kamu mencariku!" bisik Darel yang tiba-tiba saja muncul di belakang Seina. "Ku pikir kamu tidak akan datang. Rupanya kamu datang dan membuat kehebohan." "Aku harus menyumpal mulut mereka yang membicarakan aku dari belakang," ucap Seina. "Darel ...." Seina melirik ke arah Rani yang berdiri di samping Darel, sekilas pandangan mereka beradu. Rani dengan cepat melingkarkan tangannya di lengan Darel. Namun, dengan cepat Darel menepis tangan Rani. "Perhatian," teriak Seina yang menarik perhatian teman-temannya. "Teman kita Rani, ingin menyatakan cintanya kepada Darel. Dia sudah lama menyimpan perasaannya untuk Darel hingga memusuhiku dan memfitnahku di belakangku." Wajah Rani memerah seketika, ia benar-benar di permalukan oleh Seina di depan orang banyak. "Apa yang kamu lakukan," ucap Darel. "Dia yang memfitnahku lebih dulu," ujar Seina. Darel menatap Rani kemudian mendekatinya. "Apa kamu menyukaiku?" tanya Darel. Rani terlihat begitu gugup, ia pikir Seina tidak akan tau apa yang sudah dia lakukan di belakangnya. Ia juga tidak menyangka jika Seina akan mempermalukannya di depan orang banyak. Sungguh berbeda dengan Seina yang dulu ia kenal. "Katakan Rani, aku dengar kamu masih jomblo karena masih mengharapkan Darel," desak Seina. "Uuuhhhh ...." Semua bersorak meminta Rani agar mengakui perasaannya. Seina menyunggingkan senyum liciknya menatap wanita yang ada di hadapannya. Sudah cukup Seina diam, ketika Rani terus menjelek-jelek kan dia kepada orang lain. Kali ini ia tidak mau menjadi orang yang lemah dan ingin membalas perbuatan Rani. "Iya ... Aku masih menyukai Darel. Memangnya kenapa itu hak aku!" sarkas Rani. "Iya itu hak-mu, tapi kenapa kamu memusuhi orang-orang yang disukai Darel, bukankah itu juga haknya menyukai wanita lain," tegas Seina. Rahang Rani mengeras menahan emosinya, ia kemudian pergi meninggalkan acara tersebut. "Ehm ... Maaf atas ke tidak nyamannya dan-" Seina menghentikan ucapannya, mengangkat kepalanya dengan tegap. "Jika kalian tidak menyukaiku, beri tahu aku. Jangan menjelekkan aku di belakang, jika gosip kalian salah itu akan menjadi fitnah dan mencoreng nama baikku." Semua yang ada di sana hanya diam, seolah tertangkap basah oleh Seina. Sayup terdengar suara mereka yang saling menduga akan kehadiran Seina dalam grup mereka. Seina kemudian pergi keluar dari gedung tersebut. Ini kali pertama dan terakhir baginya, datang ke acara reuni. Ia lebih baik tidak memiliki teman sama sekali dari pada memiliki banyak teman yang bermuka dua. Tanpa Seina sadari Darel mengikuti langkah kakinya hingga berhenti di sebuah mobil sport. "Seina, kamu mau kemana?" tanya Darel menggenggam tangannya. "Aku sudah membalas perlakuan Rani, jadi untuk apa ada di sini." "Baiklah." Tanpa permisi Darel masuk ke dalam mobil Seina, memasangkan salt beltnya. "Ayo Sei, kita pulang!" ucap Darel Seina memutar bola matanya melihat kelakuan Darel. Ia lalu masuk ke dalam mobil tanpa menghiraukan Deril yang sudah duduk manis di sana. Seina pun mengendarai mobilnya dengan santai membelah jalanan ibu kota. *** Dering ponsel menggema di kamar Seina, sedangkan empunya masih terjaga di dalam mimpinya. Ponsel Seina kembali berdering, terlihat nama Arya di sana. Sementara itu di depan apartemen, Arya sedang menghubungi Seina, tapi lagi-lagi Seina tidak mengangkat panggilan Arya. "Kamu sedang apa?" tanya Darel membuat Arya terkejut. "Ah, aku sedang menunggu Seina. Tapi sudah beberapa kali aku telepon, belum juga di angkat. Apa kamu melihat Seina keluar dari apartemen?" "Mungkin Seina masih tidur." Darel melihat ke arah paper bag yang ditenteng oleh Arya sembari menyeringai.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN