13.Menampar Dengan Elegan

1060 Kata
Salah satu staf menawarkan beberapa model gaun yang cocok dengan Seina. Ia kemudian memilih salah satu gaun yang menurutnya cantik, lalu mencobanya di ruang ganti. "Cantik," gumamnya. Seina menyunggingkan senyum melihat tubuhnya di depan cermin— di balut gaun berwarna cokelat dengan d**a yang sedikit terbuka serta panjang gaun di atas lutut. “Aku ambil gaun yang ini,” ucap Seina ke staf yang menemaninya. Seina lalu berjalan ke meja kasir untuk membayar barang yang dia beli. Setelah membeli gaun, Seina kembali berjalan ke sebuah toko sepatu. Tangannya terulur, mengambil heels yang memiliki warna senada dengan gaun yang sudah ia beli. “Kak, yang ini ada ukuran tiga puluh tujuh?” tanya Seina kepada staf toko. “Di tunggu sebentar Kak, saya ambilkan dulu,” jawab staf tersebut. Sambil menunggu, Seina lalu mencoba beberapa heels yang ada di sana. "Kak ini heelsnya, silahkan di coba dulu," ucap staf di sana. Seina mengambil sepatu dari tangan staf toko kemudian mencobanya dan melihatnya di depan kaca. "Bagus aku suka, aku ambil yang ini." Staf itu pun memasukan sepatu Seina ke dalam kotaknya. Seina kembali berjalan untuk memilih tas yang masih berada di toko yang sama. Ia mencari tas yang terlihat mahal dan elegan untuk dia gunakan ke acara reuni. "Akan aku buktikan jika aku pengangguran berkualitas," batin Seina yang merasa tidak terima menjadi bahan ejekan teman-teman sekolahnya dulu. Semalaman Seina terus memikirkan ucapan Darel, ia begitu marah saat mendengar teman-temannya meledeknya dengan sebutan pengangguran. Meski dia tidak memiliki kantor untuk bekerja, tetapi Seina memiliki penghasilan yang tak kalah fantastis. Seina lalu mengambil benda pipih di dalam tasnya, kemudian mengirim pesan kepada Dino. [Seina : Aku akan datang ke acara reuni.] Tak menunggu lama, Dino dengan cepat membalas pesan dari Seina. [Dino : Benarkah ...? Awas kamu ya, kalau sampai tidak datang. Semua alumni pasti terkejut melihat kehadiranmu termasuk aku!] Sudut bibir Seina terangkat ketika membaca pesan dari Dino. "Dasar muka dua, kalian pasti sekarang sedang membicarakan aku di grup gosip kalian," gumamnya. Dia lalu memasukan kembali ponselnya ke dalam tas. Seina pun kembali berbelanja, menikmati uang hasil kerja kerasnya sendiri. Gedung Pakuwon Pukul tujuh malam acara di mulai, hampir semua orang datang terlambat tidak sesuai dengan undangan yang di sebarkan. Seina sengaja datang sendiri, menolak ajakan Darel yang memintanya datang bersama ke acara reuni. Ia melangkahkan kakinya masuk ke dalam ballroom. Suara ketukan sepatunya menarik perhatian semua orang yang ada di sana. "Siapa wanita itu," tanya Rani. "Wah, bukankah itu Seina?" jawab Lusi sambil melangkahkan kakinya mendekati Seina. "Ah benar kamu Seina, kan!" Seina tersenyum menanggapi perkataan Lusi. "Hai Lusi, bagaimana kabarmu?" "Kabarku baik. Wah ... kamu cantik banget Seina," puji Lusi. Raut wajah Rani berubah masam, ia hanya diam di belakang Lusi. Namun, saat beberapa teman yang lain berdiri untuk menyapa Seina. Rani pun bergegas mendekati Seina dan berusaha menarik perhatian semua orang yang ada di sana. "Hai Seina, senang bisa ketemu lagi sama kamu," ucap Rani penuh kepalsuan. "Benarkah, semoga semua orang yang ada di sini senang jika aku datang ke acara reuni ini." Seina tersenyum liciknya. Dia tau jika orang yang menyebarkan gosip tentangnya itu adalah Rani. Si wanita ular yang selalu ingin lebih darinya saat masa SMA dulu. Satu persatu teman-teman SMA datang ke acara tersebut. Mereka saling bertegur sapa dan berbincang membicarakan karir serta kehidupan mereka. Bahkan ada yang menceritakan tentang pernikahan membuat mereka yang masih melajang iri dengan kehidupan yang mereka jalani setelah menikah. "Oh iya Seina, bagaimana denganmu, apa kamu sudah menikah?" tanya Lusi. "Aku baru tunangan, dua bulan lagi kami akan menikah," jawab Seina mengambil gelas yang berisi air putih. Rani yang berada di samping Lusi mencoba mengajak Seina bicara lebih tepatnya ingin mempermalukan Seina dengan pertanyaan-pertanyaan yang menjebak. "Kamu kerja di mana sekarang?" tanya Rani. "Aku hanya pengangguran," jawab Seina. Rani menyeringai mendengar ucapan Seina. Ia begitu puas karena gosipnya selama ini benar adanya. "Perhatian semua, teman-teman yang punya lowongan pekerjaan tolong kasih tau Seina ya. Kasian di usianya yang masuk dua puluh empat tahun tapi masih pengangguran," cibir Rani mempermalukan Seina di depan teman-teman SMA mereka. Seina hanya diam tak mempedulikan ucapan Rani. Ia bisa mendengar suara teman-temannya yang mulai membicarakan kehidupan Seina. "Ternyata seperti ini mereka di belakangku," batin Seina. Lusi merasa kasian melihat Seina yang dipojokkan oleh teman-temannya. Ia lalu menepuk pundak Seina, mencoba menguatkannya. "Sabar ya, Sei. Kalau sudah rejekinya pasti kamu juga kerja." Seina hanya tersenyum dan menghabiskan air yang berada di gelasnya. "Tes ... Tes. Perhatian untuk pengendara mobil Lamborghini berwarna merah dengan plat nomor 2865 segera memindahkan mobilnya karena menutup pintu masuk," ucap Dino. Semua orang yang ada di sana saling berbisik mencari tahu siapa pemilik mobil Lamborghini tersebut. "Sekali lagi untuk mo—" "Mobilku," sela Seina memotong ucapan Dino lalu beranjak dari kursinya. Tak lupa ia mengeluarkan kunci mobil yang berada di dalam tas kecilnya. Semua yang ada di sana terkejut, mereka tak menyangka jika pengangguran seperti Seina bisa membeli mobil Lamborghini. Terlihat raut kecewa di wajah Rani, Seina bisa menebak isi kepala teman-temannya. "Sialan," desisnya. Melihat wajah teman-temannya Seina yakin mulai hari ini mereka akan menghubunginya. "Pasti saat ini mereka sedang memikirkan cara untuk berteman denganku," batin Seina merasa puas sembari berjalan ke arah Dino. Seina menyerahkan kunci mobilnya kepada Dino agar dia memindahkan mobil tersebut. "Itu mobilmu?" tanya Lusi heran. "Kamu bilang pengangguran bagaimana bisa kamu membeli Lamborghini," sambjngnya penasaran. Seina tersenyum lalu berbisik kepada Lusi, "Bekerja keras tanpa orang lain tahu, apa pekerjaan kita." Seketika Lusi menutup kedua mulutnya mendengar penuturan Seina. "Kamu melakukan pesugihan?" bisik Lusi. Seketika Seina memukul lengan Lusi. Bagaimana bisa ia berpikir jika Seina melakukan pesugihan. "Yang benar saja. Maksudku, orang lain tak perlu tau pekerjaanku." Rani yang penasaran akan mobil yang di klaim milik Seina. Berjalan keluar menghampiri Dino yang sedang memarkirkan mobil Seina. Rani terperangah kala melihat mobil sport berada didahapannya. "Apa ini benar mobil Seina?" cibirnya yang masih bisa di dengar oleh Doni. "Kalau kamu penasaran, kamu cek aja plat nomornya. Pasti kamu akan tahu siapa pemilik mobil itu." "Ck, aku yakin ini bukan mobil Seina," ucap Rani bersikeras menolak percaya. Ia lalu membuka ponselnya, mencari tahu si pemilik Lamborghini di situs pencarian. Netra-nya melebar, tangannya refleks membekap mulutnya mengetahui siapa pemilik mobil tersebut. "Wah, benar-benar mengecewakan. Sekarang udah tahukan punya siapa," sindir Doni. Ia bergegas masuk ke dalam menghampiri teman-temannya yang lain. Sedangkan Rani mendengus kesal. "Kenapa si dia selalu unggul dari aku."
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN