16. Kembalinya Anggota Keluarga yang Terbuang

1241 Kata
Leonel Dirgantara adalah cucu laki-laki dari anak laki-laki tertua Beni Dirgantara, Soni Dirgantara. Dia dibuang oleh keluarganya sendiri karena sang ayah dituduh melakukan praktek pencucian uang serta manipulasi pada buku besar perusahaan 10 tahun lalu dan perbuatannya dianggap mencoreng nama baik keluarga serta perusahaan. Untuk meminimalisir rumor yang beredar saat itu, Leonel terpaksa harus menerima keadaan dia disingkirkan oleh pamannya sendiri dari dalam daftar ahli waris Dirgantara Group. Hari ini tanpa sepengetahuan keluarga Dirgantara dia kembali dari pengasingannya dengan versi terbaru dari dirinya. Ketika Leonel sedang menunggu di lounge bandara untuk penerbangannya ke Indonesia dia menonton acara berita yang menayangkan berita kecelakaan pesawat yang menimpa keluarga Santana. Laki-laki yang tahun ini berusia genap 28 tahun itu tertegun menyaksikan berita berbahasa inggris yang sedang tampil di layar plasma. Nama keluarga Santana memang sudah tersohor hingga ke beberapa negara terdekat. Maka tak ayal jika kecelakaan yang menimpa keluarga tersebut menjadi perhatian media asing. Di dalam berita yang sedang ditonton oleh Leonel menyebutkan bahwa ada berita terbaru terkait kecelakaan pesawat yang menimpa keluarga Santana kemarin pagi. Disebutkan jasad penumpang pesawat mulai ditemukan satu persatu. Pembawa berita menyebutkan bahwa di hari peringatan tahunan pernikahan Santana dan istrinya, pimpinan Santana Group itu akan mengumumkan tentang keberadaan anak bungsunya yang merupakan anak perempuan satu-satunya dalam keluarga Santana. Namun nama anak perempuan yang hendak diumumkan oleh Santana tersebut tidak terdapat di dalam daftar penumpang. Sementara keluarga jauh yang saat ini sedang mengadakan pemakaman untuk jasad anggota keluarga Santana yang telah ditemukan enggan dimintai keterangan tentang anak perempuan misterius itu. “Anak perempuan satu-satunya? Setahuku Ethan anak terakhir dan semua saudaranya laki-laki. Apa mungkin Tante Jessy melahirkan lagi? Atau Om Tana yang menikah lagi?” gumam Leonel mengingat kembali anggota keluarga Santana yang cukup dekat dengannya. Ayahnya berteman baik dengan Santana. Sementara dirinya juga cukup akrab dengan Ethan, anak ketiga Santana. Saat Leonel sedang mengorek informasi lewat memori ingatannya yang terbatas tentang anggota keluarga Santana, pesawat yang akan ditumpanginya menuju negara kelahirannya akan segera lepas landas. Membuat Leonel tak memaksa dirinya untuk mencari tahu lebih jauh perihal yang membuatnya sempat merasa penasaran. ~ Di kantornya, Joni Dirgantara sedang berdiskusi dengan kepala departemen hukum Dirgantara Group. Dia sedang membahas tentang kepemilikan saham Santana Group setelah ditinggal oleh seluruh pemiliknya. “Dalam hal pencadangan dana, saya rasa kontruksi masih memegang peranan penting untuk memenuhi kebutuhan mendesak perusahaan. Bisnis hotel saat ini sedang merosot, keuntungannya tidak bisa digunakan untuk mencukupi kebutuhan-kebutuhan mendesak dan mendadak perusahaan, apalagi yang nilainya tinggi. Kecuali jika anak perusahaan lain memberikan keuntungan lebih besar atau minimal sama dengan keuntungan yang diberikan oleh bisnis hotel,” ujar Joni setelah mendengar kondisi terkini perusahaan dari Pak Buang. “Santana Group masih menduduki tahta tertinggi dalam bisnis konstruksi hingga saat ini,” balas Pak Buang ragu. “Ditambah lagi Santana Group juga memiliki beberapa anak perusahaan yang memberikan keuntungan tak kalah jauh dari bisnis kontruksinya, bahkan ada yang hampir mendekati,” imbuhnya. “Oleh karena itu kita harus segera menemukan anak perempuan Santana yang merupakan satu-satunya anggota inti keluarga itu. Saya dengar usianya tidak begitu jauh dengan Kenny. Meski butuh waktu lama untuk menemukan anak perempuan itu kita harus berusaha. Minimal kita harus dekati satu persatu kerabat jauh maupun dekat dari keluarga itu. Siapa tahu kita bisa mendapatkan informasi penting dari salah satunya,” ujar Joni bersemangat. “Jadi saya akan mengirim Kenny dan Joanna untuk mendekati keluarga itu. Berikan perintah kepada mereka untuk datang menghadiri acara pemakaman keluarga itu.” “Baik, Pak,” jawab Pak Buang penuh hormat. “Serta awasi Santana Group untuk mencari tahu langkah mereka selanjutnya. Biasanya perusahaan besar memberikan peran kepala otoritas hukum kepada tim departemen hukum di perusahaan mereka. Saya dengar kepala departemen hukum Santana Group cukup kompeten dalam berbagai bidang dan sangat dekat dengan pimpinannya. Sudah saatnya kamu menunjukkan kepada orang-orang bahwa saya tidak salah merekrut kamu sebagai kepala departemen hukum Dirgantara Group,” ujar Joni dengan angkuh. “Saya mengerti, Pak,” ujar Pak Buang lalu meninggalkan ruangan kantor pimpinan Dirgantara Group. Sebenarnya Pak Buang ingin membantah semua omongan Joni. Namun dia memilih mengiyakan saja ucapan pria penuh ambisi itu daripada harus memperpanjang pembahasan mereka tentang Santana Group. Sementara Pak Buang sedang diburu waktu sore ini. Dia harus segera berada di bandara sebelum jam tujuh malam untuk menyambut kedatangan orang yang sudah dinantinya selama beberapa minggu terakhir. Saat Pak Buang sampai di bandara dia menemukan orang yang akan dijemputnya sedang memberi pelajaran kepada seseorang yang hendak melakukan penipuan kepada beberapa orang turis mancanegara yang sedang kebingungan mencari pemandu wisata untuk mereka selama berada di negara ini. Pak Buang sengaja tak ikut campur dalam keributan itu. Dia ingin melihat sudah seberapa jauh kemampuan orang yang akan dijemputnya dalam menyelesaikan persoalan orang lain yang sudah dicampurinya itu. Pak Buang tersenyum lega ketika keributan yang sedang ditontonannya itu akhirnya bubar. Dia melihat laki-laki yang tumbuh dengan cepat karena sudah tidak dilihatnya selama sepuluh tahun itu datang mendekat ke arahnya sambil mengulas senyum terbaik untuk dirinya. “Welcome home, Leon,” ujar Pak Buang sembari merentangkan tangan menyambut kedatangan Leonel. “Wah, sebuah kebanggaan tersendiri buat aku dijemput langsung oleh kepala departemen hukum Dirgantara Group yang super sibuk ini,” kelakar Leonel setelah melepas pelukan Pak Buang. “Sialan! Apa begini caramu mengumumkan kembalinya seorang Leonel Dirgantara versi terbaru?” balas Pak Buang sambil tertawa terkekeh mengingat bagaimana cara Leonel tadi memiting tangan pria yang hendak kabur setelah ketahuan hendak melakukan penipuan. “Tapi keren juga. Meski sebenarnya kamu bisa melapor pada petugas keamanan bandara daripada harus repot-repot ikut campur dalam masalah yang bukan menjadi urusanmu itu. Boleh tahu alasannya?” Leonel tertegun sejenak. Dia seperti sedang memikirkan sesuatu. Namun dia segera mengenyahkan pikiran itu sambil tersenyum penuh arti. “Kali ini aku nggak akan diam aja melihat sesuatu yang buruk terjadi di depan mata kepalaku sendiri,” jawabnya bijak. Pak Buang menatap Leonel lekat-lekat sambil berujar, “Kurasa kamu sudah banyak berubah, Leon,” sambil mengangguk beberapa kali seolah memahami sesuatu. “Ya, Anda benar, Pak. Selama ini aku terlalu lemah,” jawab Leonel. Keduanya lalu berjalan bersisian keluar dari bandara. “Ngomong-ngomong kamu mau langsung diantar ke apartemen atau mau mampir ke tempat lain dulu?” tanya Pak Buang setelah berada di samping mobil. “Tolong antar aku ke daerah Penjaringan,” ujar Leonel sembari menyebutkan nama sebuah rumah duka yang cukup terkenal karena kemewahannya. “Apa yang akan kamu lakukan di sana?” “Aku ingin memberi penghormatan terakhir pada teman dekatku.” “Siapa? Aku nggak tahu kalau kamu punya teman dekat,” komentar Pak Buang setengah mencibir, setelah mereka berada di dalam mobil. “Dia baru saja mengalami kecelakaan pesawat. Seluruh anggota keluarganya termasuk temanku itu tewas dalam kecelakaan tersebut.” “Apa yang kamu maksud kecelakaan pesawat yang menimpa keluarga Santana kemarin?” tanya Pak Buang takjub. “Ya, benar. Aku kenal dengan Ethan Santana, anak ketiga keluarga Santana,” jawab Leonel dengan raut wajah sedih mengingat bahwa Ethan adalah orang pertama yang ingin ditemuinya jika sudah sampai di Indonesia. Sayang sekali keinginannya itu terwujud dengan cara lain. “Apa kamu tahu soal anak perempuan satu-satunya di keluarga Santana yang selama ini keberadaannya disembunyikan?” “Aku nggak tahu soal itu. Karena setauku Om Tana dan Tante Jessy hanya memiliki tiga anak laki-laki, Charlos, Daniello dan Ethan.” “Sepertinya keluarga itu menyimpan banyak rahasia melebihi jumlah kekayaan yang dimiliki Santana Group itu sendiri,” komentar Pak Buang. “Pak Buang bisa saja,” balas Leonel sambil tersenyum. ~~~ ^vee^
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN