13. Perceraian yang Dinanti

1146 Kata
Abigail berjalan tak tentu arah meninggalkan kediaman keluarga Dirgantara setelah diserang oleh semua orang. Meski menyiksa kakinya karena dia harus berjalan kaki sejauh lebih dari 5 kilometer, dia sama sekali tidak merasa tersiksa. Dia justru merasa keputusannya adalah yang paling tepat. Bahkan dia menyesal kenapa tidak melakukannnya dari dulu. Barulah setelah dia merasa sudah berada di tempat yang aman, dia mencari sebuah toko yang menjual berbagai macam merek handphone terdekat. Setelah menemukan toko yang butuhkannya Abigail membeli sebuah ponsel murah yang tidak dilengkapi oleh fitur harus terhubung dengan internet. Ponsel tersebut hanya bisa digunakan untuk melakukan aktivitas panggilan telepon selular dan SMS. Abigail menggunakan ponsel tersebut untuk menghubungi Farusman. Abigail menunggu kedatangan Farusman dengan perasaan tidak menentu. Dia cemas ada orang kepercayaan keluarga Dirgantara yang melihat kebersamaannya dengan Farusman. Namun dia lebih khawatir lagi kalau ada orang-orang suruhan keluarga Dirgantara yang lebih dulu menemukan keberadaan dirinya sebelum Farusman datang menjemput dirinya. Syukurlah setelah menunggu selama hampir 20 menit setelah menelepon Farusman, pria itu datang menjemput Abigail yang semakin gelisah dan nyaris membuat keputusan melanjutkan perjalanannya untuk mencari lokasi persembunyian baru. Sesuai instruksi dari Santana yang telah mendengar tentang kabar Abigail yang kabur dari kediaman keluarga Dirgantara, Farusman membawa Abigail ke tempat paling aman dan jauh dari jangkauan orang-orang suruhan keluarga Dirgantara terutama Kenny yang masih memiliki kepentingan dengan Abigail. Sudah beberapa hari ini Abigail tidak kembali lagi ke kediaman keluarga Dirgantara. Dia memutuskan tinggal di villa pribadi milik keluara Santana yang letaknya jauh dari kediaman keluarga Dirgantara. Dia ditemani oleh dua pekerja yang merupakan sepasan suami istri. Kedua orang itu adalah orang-orang kepercayaan ayahnya. Selama itu belum ada satupun anggota keluarga Dirgantara yang bisa menemukannya. Abigail benar-benar menghilang seolah ditelan bumi. Kenny mulai putus asa mencari keberadaan Abigail. Dia telah mencari di hampir seluruh penjuru kota. Namun tak ada satupun orang suruhannya yang bisa menemukan keberadaan Abigail. Di ujung frustrasinya menemukan keberadaan Abigail, sebuah surat panggilan dari pengadilan datang ke kantornya. Minggu depan dia harus menghadiri sidang perceraiannya yang pertama. Kenny yang merasa tidak pernah menandatangani surat gugatan cerai yang diajukan oleh Abigail memutuskan untuk tidak menghadiri sidang pertama mereka tersebut. Hingga beberapa minggu kemudian surat panggilan sidang kedua kembali datang. Lagi-lagi Kenny tidak hadir. Hingga sidang ketiga Kenny tidak pernah hadir dan tidak juga mewakilkan kepada kuasa hukumnya untuk menghadap meskipun ia sudah dipanggil dengan patut, maka putusan verstek keluar. Apalagi selama persidangan Abigail bisa menunjukkan bukti-bukti konkrit bahwa Kenny Dirgantara adalah seorang suami yang ringan tangan, pemabuk, melakukan perselingkuhan lebih dari tiga kali dengan tiga wanita yang berbeda-beda dan tidak pernah memberi nafkah batin kepada istrinya. Perceraian pun dilaksanakan dan putusan sidang dikirim secara resmi pada Kenny. Tentu saja prosesnya tidaklah mudah dan dalam waktu singkat. Abigail melalui hari-hari yang berat dan sulit saat menanti putusan sidang perceraiannya dengan Kenny. Setiap hari dia dihantui rasa cemas dan ketakutan Kenny akan menemukan keberadaannya. Demi meminimalisir rasa takutnya itu Abigail sampai enggan berinteraksi dengan dunia luar. Dia tidak mengakses saluran televisi maupun internet di rumahnya. Bahkan ia menolak bertemu dengan ayahnya sendiri karena rasa takutnya itu. Dia hanya mau berinteraksi dengan pekerja di tempat persembunyiannya dan juga Farusman tentunya sebagai kuasa hukumnya. Setelah bertahan selama beberapa bulan keputusan perceraian dikeluarkan, tapi dengan syarat Abigail tidak membawa sepeser pun harta milik keluarga Dirgantara sekalipun dia memiliki sedikit hak berkat kemurahan hati Beny Dirgantara. Abigail yang merasa tidak sanggup lagi bertahan memutuskan untuk menerima syarat itu asal bisa segera lepas dari jerat kekejaman Kenny dan keluarganya. Seluruh keluarga Dirgantara yang mendengar kabar perceraian antara Abigail dan Kenny mengira Abigail akan menderita dan menyesali keputusannya karena telah meninggalkan keluarga Dirgantara. Sementara itu Kenny yang terus berusaha mencari tahu tentang keberadaan Abigail sekaligus orang-orang yang berada di balik layar untuk melindungi Abigail, tidak menemukan petunjuk apa pun meski waktu telah berlalu selama tiga bulan sejak Abigail meninggalkan rumah. Kenny marah besar ketika hasil putusan sidang percerainnya telah sampai padanya. Kenny pulang ke rumah dengan perasaan dongkol dan emosi yang menggebu-gebu. Dia akan melampiaskan kemarahan dan kekesalannya pada siapapun yang harus ikut bertanggung jawab terhadap kaburnya Abigail dari rumah, terutama mamanya. “Kalau aja waktu itu Mama nggak menyudutkan Abigail. Dia pasti mau mendengar permintaanku untuk bertahan sampai anniversary kami yang kelima, Ma. Aku percaya meski dingin Abigail memiliki hati yang lembut,” ujar Kenny mulai meluapkan amarahnya. “Bagus, dong, akhirnya kamu bisa lepas dari perempuan miskin, kampungan dan nggak jelas asal usulnya itu,” balas Konita, tak suka disalahkan seperti itu oleh anaknya. “Lagipula pihak yang paling dirugikan itu dia, udahlah nggak dapat saham hadiah dari Kakek, dia sekarang pasti hidup luntang luntung nggak jelas.” “Aku juga mau pisah dari Abigail. Tapi tunggu setelah anniversary kami yang kelima. Mama nggak lupa pada isi surat wasiat Kakek, kan? Kalau sudah begini selamanya aku nggak akan dapat apa pun dari Dirgantara Group, Ma.” “Udahlah, Ken. Selama ini juga kamu nggak kekurangan apa pun meski nggak berada di posisi tiga besar pemilik saham Dirgantara Group. Masih bisa menikmati kekayaan Dirgantara Group di posisimu yang sekarang ini. Yang terpenting itu kamu tidak memiliki istri tidak berguna seperti mantan istrimu itu. Setelah ini kamu fokus dulu untuk mengembangkan anak perusahaan yang menjadi tanggung jawabmu. Kalau kamu tekun aset dan kekayaan kamu akan terus bertambah. Bukan hal yang tidak mungkin dengan aset dan kekayaan itu kamu bisa menduduki posisi tiga besar pemegang saham Dirgantara Group. Kalau perlu kamu cari keluarga konglomerat yang memiliki putri bisa kamu nikahi. Sehingga harta keluarga itu akan jatuh ke tanganmu melalui ikatan pernikahan.” “Mama mau jual aku? Menjadikan aku tumbal sekali lagi? Seperti yang dilakukan oleh Papa waktu itu?” “Nggak gitu maksud Mama, Ken. Ini cuma saran saja. Kalau diterima syukur, nggak juga nggak masalah. Yang terpenting bagi Mama saat ini perempuan itu sudah nggak ada di sekitar kita lagi. Muak banget Mama lihat ekspresi datarnya itu.” “Tapi aku masih mending bertahan melihat wajah dingin dan datar Abigail selama beberapa bulan lagi sebelum anniversary kelima, ketimbang seumur hidup selalu berada di bawah kaki Joanna. Aku capek selalu menuruti perintah anak perempuan Mama itu. Sok bossy padahal dia juga statusnya masih sebagai vice president. Tapi lagaknya kayak udah sebagai pemilik perusahaan saja. Aku yakin dia sekarang pasti sedang berpesta merayakan kekalahanku ini, Ma. Dan semuanya gara-gara Mama yang nggak pernah mau mendukung aku,” keluh Kenny akhirnya. “Kamu kenapa jadi nyalahin Mama, sih? Kamu sendiri ngaca dong. Udah becus belum jadi suami. Jarang ada di rumah, tidur di kamar terpisah, kalau bicara selalu kasar, hobi gonta ganti cewek. Kamu itu sama saja dengan Mama. Jadi berhenti bersikap seolah kamu adalah korban di sini. Kamu itu juga pelakunya,” balas Konita. “Sudahlah, nggak usah debat lagi. Mama capek, mau tidur!” Kenny sama sekali tidak habis pikir pada jalan pemikiran mamanya itu. Akhirnya dia memutuskan untuk tidak lagi berdebat dengan wanita yang telah melahirkannya ke dunia itu. ~~~ ^vee^
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN