Di kamarnya Abigail memandangi sebuah foto lusuh dirinya dengan seorang wanita tua yang merupakan nenek dari pihak ibunya di desa. Selama dibuang dari keluarga Santana, Abigail memang tinggal bersama neneknya sejak bayi sampai dia berusia 15 tahun, karena keluarga Santana tidak mau menerima kehadiran anak seorang simpanan saat itu. Sesuai kesepakatan dengan keluarganya, ayah Abigail akan membawa anak perempuan satu-satunya dalam keluarga Santana jika di dalam keluarga belum ada kehadiran anak perempuan hingga usia Abigail 15 tahun. Di malam ulang tahun ke 15-nya, Abigail dijemput oleh orang-orang kepercayaan ayahnya untuk kemudian akan diasuh oleh keluarga Santana di kota. Namun sang nenek kecewa dengan keputusan Abigail yang menerima permintaan untuk tinggal di kota bersama keluarga ayah kandungnya.
Malam itu Abigail terlibat cekcok dengan neneknya saat membahas keputusan Abigail dan membuat sang nenek lari di rumah. Ketika dia melewati sebuah jalan yang sepi hendak mencari neneknya, sebuah sedan mewah dan berkelas melintas di sampingnya. Namun Abigail yang sedang mengkhawatirkan neneknya tidak begitu memikirkan mobil yang tampak begitu asing karena tidak pernah ia lihat sebelumnya melintas di desa tempat tinggalnya itu. Setelah berputar mencari keberadaan neneknya, Abigail menemukan wanita tua yang telah mengasuhnya itu telah tergeletak dalam kondisi kritis di jalan raya yang sepi dan dingin. Kepalanya dipenuhi darah segar karena terbentur jalan raya. Abigail serta merta melempar sepedanya untuk mencari tahu kondisi sang nenek. Abigail mencoba menghubungi pusat kesehatan terdekat agar segera mendapatkan pertolongan pertama untuk neneknya.
“Tolong saya! Nenek saya sepertinya baru saja mengalami kecelakaan tabrak lari. Kirimkan ambulance segera,” ujar Abigail sambil menangis.
“Di mana lokasinya?”
“Lokasi nenek saya kecelakaan di sekitar jalan raya menuju panti jompo milik Dirgantara Foundations,” ujar Abigail pada petugas pusat kesehatan yang menanyakan posisinya.
“Kami mohon maaf yang sebesar-besarnya. Saat ini semua unit ambulance sedang dikirim ke gedung panti jompo yang sedang mengalami kebakaran. Tapi kami akan tetap mengirim bantuan untuk menyelamatkan nenek Nona.” Tangis Abigail semakin pecah sambil memeluk sang nenek yang sudah bersimbah darah di kepalanya.
Tetesan air mata yang menyentuh kulit tangannya mengembalikan ingatan Abigail ke masa kini. Abigail buru-buru menyimpan kenang-kenangan yang tersisa dari sang nenek karena Abigail tak membawa satupun barang milik sang nenek ketika mulai pindah ke kediaman keluarga Santana.
~
Saat tengah malam, sebuah mobil asing melaju dengan santainya memasuki halaman rumah mewah keluarga Dirgantara tanpa perlu repot-repot melaporkan kedatangannya pada security yang tengah berjaga di pos keamanan, setelah melihat salah satu penumpang yang ada di dalam mobil tersebut. Kemudian mobil berwarna merah metalik itu berhenti di basement tempat mobil-mobil milik anggota keluarga Dirgantara berada. Namun belum ada satu orangpun yang bergerak keluar dari dalam mobil itu.
“Stop, Ken!” ujar penumpang wanita yang dengan baik hati mengemudikan mobil tersebut.
“Bentar, Beib. Dikit lagi ya.”
“Gue bilang stop ya stop, Ken!” Wanita itu memekik karena laki-laki itu tidak menuruti titahnya. Akhirnya laki-laki yang baru saja kena bentakannya itu menoleh dan menatapnya malas.
Laki-laki itu adalah Kenny Dirgantara, anak ketiga Joni Dirgantara, suami Abigail, yang baru saja kembali ke rumah setelah menghilang selama tiga hari karena skandal yang menjerat tuan muda keluarga Dirgantara itu. Dia sengaja mengasingkan diri di tempat selingkuhannya karena malas menghadapi orang-orang rumah yang akan memberinya ceramah gratis.
“Lo ngebentak gue?” ujar Kenny tak terima.
“Sorry, gue kelepasan. Lagian ngapain, sih, lo ngebacain berita sampah kayak gitu. Sepanjang perjalanan pulang cuma itu yang lo lakuin. Gue berasa jadi driver taksi online,” keluh wanita yang merupakan selingkuhan Kenny sejak dua tahun belakangan.
“Ini, loh, Beib. Gue baca-bacain komentar yang ada di media sosial. Bikin gue kesel. Artikel berita gue ketendang sama berita lain. Nggak penting banget buat dijadiian berita. Gue jadi disalahin semua pihak kalau begini ceritanya,” omel Kenny masih sambil menatap layar ponselnya.
“I don’t care… Sekarang mending lo keluar dari mobil gue!” usir wanita itu.
Kenny sadar telah membuat wanitanya itu kesal akibat ulahnya. Dia buru-buru meletakkan ponselnya lalu fokus menatap ke arah kekasih gelapnya itu sambil tersenyum merayu. “Jangan ngambek gitu dong, Beib. Lo marah sama gue?” tanyanya sambil merangkul tangan sang wanita lalu menunjukkan senyum kekanakannya.
Wanita itu menoleh masih dengan wajah cemberut. Namun senyum di wajahnya mulai tampak ketika melihat ekspresi wajah Kenny yang lucu menurutnya. Kini senyum wanita itu semakin lebar saat menoleh sepenuhnya pada Kennya. Tanpa pikir panjang kedua tangannya terulur dan melingkar di leher Kenny lalu melumat bibir berisi kekasihnya itu dengan penuh kemesraan. Lama keduanya saling berpagut, dan bertukar saliva. Hingga tanpa sadar ada seseorang sedang menyaksikan aksi mereka dari depan pintu lift yang telah tertutup sejak sepuluh menit yang lalu.
Kenny menarik wajahnya lebih dulu untuk meraih oksigen sebelum akhirnya memberi kecupan panjang di bibir selingkuhannya. Tangannya terulur untuk mengusap bibir sang wanita lalu memundurkan badannya sedikit untuk memberi jarak agar dia bisa melihat wajah cantik milik kekasih gelapnya itu.
“Gue nggak ngerti kenapa mau-mau aja jadi selingkuhan lo, Ken. Gue ngasih lo tumpangan hidup setiap kali lo berbuat onar, gue selalu nganterin lo pulang setiap kali kita baru aja menghabiskan waktu bersama. Rugi banget kalau gue nggak segera jadi bagian dari keluarga Dirgantara,” ujar wanita itu dengan sinis.
“Beib, lo emang wanita terbaik yang pernah gue miliki. Gue beruntung banget bisa kenal dan dekat sama lo. Lo itu kayak bidadari yang dikirim Tuhan ke dalam hidup gue yang kacau ini,” ujar Kenny dengan suara penuh kelembutan.
Wanita itu merasa tersanjung lalu kemudian mereka kembali berciuman. Tapi kali ini hanya sebuah kecupan saja, tidak sedalam ciuman mereka sebelumnya.
“Gue keluar dulu ya. Kalau udah sampai apartemen lo, langsung kabari gue, ya,” ujar Kenny lalu mengusap lembut puncak kepala wanita itu sebelum keluar dari mobil. “Be careful driving, Beib!” ujar Kenny lagi sambil menutup pelan pintu mobil.
Ketika Kenny berjalan menuju lift yang akan membawanya ke bangunan utama rumah, dia dikejutkan oleh kehadiran Abigail yang berdiri seperti patung di depan pintu lift. “Astaga! Lo ngagetin banget, Anj! Ngapain lo demen banget berdiri di situ? Ngintipin gue ya, lo? Kurang kerjaan banget,” dumel Kenny di tengah rasa terkejutnya. Sebenarnya ini bukan kali pertama Abigail melakukan hal seperti ini, tapi tetap saja mampu membuat Kenny terkejut sekalipun tidak jadi masalah juga Abigail tahu soal dirinya yang punya wanita lagi selain istrinya.
“Aku nggak ngerti sama tingkahmu itu, Ken. Kamu pengen jadi pengganti papamu, tapi kamu sama sekali nggak ada niatan untuk mengubah tingkah lakumu itu. Apa sebenarnya tujuan artikel busuk itu diedarkan? Kakak kamu yang pengen pamer pesawat barunya atau itu cuma akal-akalan kamu saja untuk menyembunyikan selingkuhanmu yang sebenarnya? Sehebat apa dia sampai kamu mesti melindunginya seperti itu. Kenny?”
Sepertinya suara Abigail cukup terdengar hingga mobil yang baru saja ditumpangi Kenny, di ruangan bawah tanah seperti garasi rumah ini. Hal itu membuat wanita yang baru saja b******u mesra dengan Kenny sampai keluar dari mobil untuk menghardik Abigail.
“Tutup mulut lo! Jadi selama ini lo sering ngawasin gue dan Kenny diam-diam? Cringe banget lo,” ujar wanita itu sambil tersenyum mencemooh.
“Urat malu kamu benar-benar sudah putus rupanya,” balas Abigail dengan tatapan dingin.
“What? Malu?” cibir wanita selingkuhan Kenny lalu terkekeh geli. “Gue udah baik selama ini. Gue nggak benar-benar ngerebut Kenny dari lo. Gue selalu minta suami lo supaya pulang ke rumah meski larut malam sekalipun dia muak lihat muka lo.”
“Sudah, Beib. Jangan sampai lo terpancing omongannya. Nanti malah bikin lo stress dan semakin kelelahan. Mending lo pulang aja sekarang dan istirahat,” ujar Kenny mencegah perdebatan berkelanjutan.
“Oke, Beib. Gue pulang sekarang ya. Bye, Ken…” ujar wanita itu sambil tersenyum riang lalu menatap sinis ke arah Abigail.
Kenny melangkah ke arah Abigail hingga kini hanya ada jarak tidak sampai 30 sentimeter antara dirinya dengan Abigail. “Sebenarnya lo itu punya emosi atau nggak? Kenapa ekspresi lo datar-datar aja melihat suami lo pulang ke rumah diantar wanita lain setelah video mesumnya dengan seorang wanita beredar di internet? Sikap lo yang kayak gini yang bikin gue bukannya simpati sama lo, tapi justru bikin gue takut sama istri gue sendiri,” ujar Kenny, sebelum meninggalkan Abigail begitu saja.
~~~
^vee^