5. Sebuah Permulaan

1202 Kata
Acara lelang karya seni diadakan di Hotel Dirgantara. Acara ini adalah kerjasama antara Dirgantara Group dengan Galeri Seni Piony. Seluruh keuntungan dari acara lelang yang disponsori sepenuhnya oleh Dirgantara Group akan diserahkan kepada anak-anak di penampungan yang ada di seluruh tanah air. Sebenarnya ada sebuah hal terselubung di balik karya-karya seni bernilai jutaan hingga milyaran rupiah. Abigail sedang menyelidiki hal itu dan ia yakin Joanna terlibat di bisnis gelap peredaran karya seni itu. Dari acara tersebut Abigail berhasil mendapatkan 2 karya seni berupa sebuah lukisan dan satu guci antik bernilah ratusan juta serta sebuah lukisan yang dipesan khusus dan tidak diikutkan dalam acara lelang. Selesai acara lelang, Abigail menemui direktur utama Galeri Piony untuk menyelesaikan urusan pembayaran karya-karya seni yang berhasil dia dapatkan di acara lelang tadi. Pertemuan sekaligus transaksi penting itu dilakukan di hotel VIP yang disediakan khusus oleh pihak Hotel Dirgantara untuk pengelola galeri seni bernama Hayu. “Saya kira Anda tidak bisa hadir karena saya dengar Anda akan datang ke acara pembukaan Hotel Santana menggantikan Bu Joanna,” tukas Hayu ketika menemui Abigail di ruang tamu kamar hotel yang disediakan untuknya. “Oh, ya, sebelumnya terima kasih banyak atas kehadirannya.” “Ini adalah sebuah kehormatan bagi saya. Apalagi acara ini disponsori oleh Dirgantara Group. Saya lebih merasa senang bisa hadir di acara seperti ini,” balas Abigail datar. “Kalau boleh tahu transaksinya akan menggunakan apa?” tanya Hayu. “Saya mau lihat lukisannya langsung lebih dulu sebelum mengirim uangnya,” jawab Abigail. Hayu terlihat bingung. “Oh, ya. Baiklah. Harusnya memang begitu ya. Tunggu sebentar kalau begitu,” ujarnya setelah lepas dari kebingungan. “Sebentar lagi staf saya akan membawa lukisannya kemari.” “Ada sebuah lukisan lain yang akan saya beli secara pribadi,” ujar Abigail. “Apakah bisa memberinya kepada saya?” “Oh, tentu saja. Tunggu sebentar ya. Saya yang akan mengurusnya,” ujar Hayu lalu bangkit dari sofa. Sepeninggal Hayu ponsel Abigail yang berada di dalam pouch bergetar. Sebuah panggilan masuk dari Farusman. Keduanya memang mengatur janji temu selesai acara pelelangan. “Nona Abbey di mana? Saya sudah di lokasi,” ujar Farusman sopan. “Terima kasih sudah datang. Saya masih mengurus lukisan dan benda antik yang diinginkan oleh keluarga Dirgantara di pelelangan.” “Kalau begitu saya reservasi meja dulu.” “Baiklah.” Kemudian Abigail menyimpan kembali ponselnya di dalam pounch. ~ Kini Abigail sudah berada di restoran tempat dia janjian dengan Farusman. Dia melenggang dengan anggun memasuki restoran yang terkenal private tersebut. “Selamat siang, Nona Abbey. Bagaimana kabar Anda?” sapa Farusman menyambut kedatangan Abigail. “Kabar saya baik. Bisa kita langsung saja?” tanya Abigail. “Anda tidak makan dulu? Saya sengaja memilih restoran ini karena makanan di sini terkenal enak.” “Saya nggak punya banyak waktu. Orang-orang keluarga Dirgantara pasti sedang mengawasi saya saat ini. Mereka pasti akan curiga kalau saya meninggalkan rumah melewati batas waktu yang diberikan kepada saya.” “Baiklah kalau begitu. Anda bisa memulainya.” “Saya sudah siap untuk menggugat cerai Kenny Dirgantara. Langkah awal apa yang bisa saya lakukan untuk memulai gugatan perceraian ini?” tanya Abigail serius. “Baik, Nona Abbey. Yang pertama harus disiapkan adalah alasan kuat Anda menggugat cerai Kenny. Kemudian menyiapkan bukti-bukti yang bisa menguatkan alasan Anda tersebut. Sekarang boleh saya bertanya apa alasan Anda ingin menggugat cerai Kenny?” Abigail terdiam sejenak. Dia mencoba mengingat kembali hal-hal menyakitkan yang kerap dilakukan oleh Kenny kepadanya sebagai hukuman atas kesalahan-kesalahan kecil yang pernah dilakukannya di awal-awal pernikahan mereka tiga tahun yang lalu. “g****k banget, sih, lo! Gue nyuruh elo ambilin map warna hitam, malah lo ngasih warna merah. Buta warna lo?” ujar Kennya kala itu ketika Abigail melekukan sebuan keteledoran. “Maaf, Kenny. Aku nggak fokus tadi waktu kamu bicara di telepon. Aku antar map yang kamu butuhkan ke kantor sekarang ya?” balas Abigail takut. “Nggak usah. Lo mau bikin gue malu di kantor dengan penampilan lo yang kayak babu itu?” “Tentu saja aku akan berpakaian dengan baik kalau ke kantor kamu.” “Nggak usah!” Kemudian Kenny mengakhiri sambungan telepon dan selanjutnya akan mendiamkan Abigail hingga berhari-hari. Sekalipun mereka berpapasan di rumah Kenny akan bersikap seolah tidak melihat Abigail. Hal itu dilakukan oleh Kenny tentu saja dengan sengaja untuk menyiksa batin dan merusak mental Abigail. Namun Abigail tetap mempertahankan rumah tangganya hingga tiga tahun berlalu dengan penuh duka dan kesakitan. “Nona Abbey? Apa Anda baik-baik saja?” tegur Furasman sambil menyentuh punggung tangan Abigail. Perbuatan pria paruh baya itu membuat Abigail terkesiap lalu berkata, “Perselingkuhan dan saya sudah nggak tahan lagi berada di tengah-tengah keluarga problematik itu.” Furasman menatap dengan sendu wajah Abigail yang cukup menunjukkan bahwa perempuan itu sedang dalam keadaan tertekan. “Baiklah kalau begitu. Apa Anda sudah memiliki bukti-bukti perselingkuhan Kenny?” jawabnya bijak. “Ya, saya sudah mengumpulkan bukti-bukti berupa screenshot chat antara dirinya dengan selingkuhannya itu, chat dengan saya juga yang terang-terangan mengatakan kalau dia sedang bersama selingkuhannya, foto-foto dan kesaksian beberapa orang yang tahu tentang perselingkuhan Kenny.” “Bagus. Semua hal itu akan sangat membantu. Saya akan mengurus dokumen perceraian kalian secepatnya. Untuk pembagian harta, harusnya Anda mendapatkan setidaknya beberapa persen dari harta Keluarga Dirgantara, Nona.” “Sebenarnya saya memiliki setidaknya 5 persen saham di Dirgantara Group hadiah dari Kakek Beni. Tetapi kalau itu membuat rumit perceraian saya nantinya, saya nggak akan mempermasalahkan soal itu.” “5 persen itu cukup banyak, Nona. Mengingat Dirgantara Group memiliki anak perusahaan yang cukup banyak jumlahnya. Setidaknya dengan 5 persen saham itu, Anda bisa membuat sebuah usaha kecil-kecilan untuk diri Anda sendiri. Ditambah lagi dengan bagian warisan yang akan Anda dapatkan dari Santana Group.” “Yang terpenting saat ini saya bisa segera lepas dari Kenny. Saya benar-benar muak diperlakukan sewenang-wenang oleh keluarga itu. Saya harap Pak Farusman mengerti maksud saya.” Farusman menarik napas panjang. Dia sudah berjanji pada ayah Abigail untuk membantu Abigail melepaskan diri dari keluarga Dirgantara sekaligus mendapatkan haknya sebagai menantu yang sangat berbakti untuk keluarga suaminya. Namun jika Abigail sudah berkeinginan seperti itu, dia bisa apa? Jadi kali ini yang bisa dia lakukan hanyalah membantu Abigail melepaskan diri lebih dulu dari keluarga Dirgantara. “Baiklah kalau itu mau Anda. Kita ajukan permohonan gugatan cerai lebih dulu. Yang perlu Anda lakukan adalah mendapatkan tanda tangan tangan Kenny di dokumen gugatan cerai. Karena kalau dia tidak mau tanda tangan semua hal yang Anda inginkan tidak akan pernah bisa terjadi, Nona.” “Saya yakin mendapatkan tandan tangan itu adalah perkara mudah. Kenny sangat tidak menginginkan saya menjadi istrinya. Jadi dia pasti mau-mau saja bercerai dari saya. Apalagi Kakek Beni kini telah tiada.” “Semoga saja dipermudah.” Selanjutnya mereka membicarakan hal-hal terkait syarat-syarat pembuatan dokumen pengajuan gugatan cerai. Setelah bertemu selama setengah jam, Abigail segera pamit pada Farusman. Dia khawatir orang-orang keluarga Dirgantara yang diminta untuk mengawasinya curiga padanya mengingat dia sudah meninggalkan hotel hampir satu jam lamanya. Batas waktu dia kembali ke rumah juga tertinggal tidak sampai satu jam lagi dengan kondisi jalanan sedang padat-padatnya saat jam makan siang seperti ini. Dia harus segera sampai rumah sebelum keluarga Dirgantara kembali dari gereja dan dia akan mendapatkan hukuman jika mereka tiba di rumah lebih dulu. ~~~ ^vee^
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN