6th Floor

1051 Kata
            Mereka bahkan menemukan laboratorium dan ruang operasi dengan aroma yang sama seperti di lantai 4. Mike semakin mengernyit heran dan ia memandang Mrs. Marshall yang ternyata juga menyadari kejanggalan itu.             Mike langsung berjalan cepat menuju ruang perawat dan melihat papan yang menjelaskan seluruh ruangan yang ada di lantai itu. Ia membelalak saat melihat angka 4 pada bagian atas papan penunjuk itu. Bagaimana mungkin kami masih di lantai 4 sedangkan tadi jelas-jelas kami turun ke bawah ! Hati Mike mulai mencelos.         “Kita masih di lantai 4...” gumam Mike dan Mrs. Marshall membelalak.         “Bagaimana mungkin ??? Kita tadi telah menuruni tangga !” herannya.             “Saya juga tidak tahu bagaimana. Tapi, nampaknya ada sesuatu di tempat ini...” mata Mike menelusuri semua lorong gelap itu dan ia meneguk ludah dengan tegang.             Mereka kembali mencoba menuruni tangga darurat dan saat berhenti di depan pintu, Mike memandang pada tanda nomor lantai di depan pintu. Ia kembali membelalak, angka 4 terpampang jelas di depannya. Mrs. Marshall juga terkejut luar biasa.             “Nampaknya kita tidak bisa keluar dari lantai 4 ini...” Mike mulai memandang Mrs. Marshall yang ikut cemas juga. “Mungkin kita lelah dan mengantuk hingga mulai berhalusinasi, nak. Lebih baik kita istirahat saja dulu sebelum mulai mencari Kelly kembali.” Mrs. Marshall mencoba menenangkan hati mereka walaupun ia sendiri mulai ketakutan.             Mereka duduk di ruang perawat dan Mike melepaskan jas yang dikenakannya. Ia mulai merasa panas akibat berkeliling dari tadi. Dilonggarkannya dasinya untuk membuatnya lebih nyaman. Mrs. Marshall duduk pada salah satu sofa dengan letih. Sementara itu Mike mulai membuka beberapa laci yang ada di meja perawat untuk mencari barang yang bisa berguna bagi mereka.             Ia menemukan dua buah senter dan untungnya masih bisa berfungsi dengan baik. Mike sampai menghela napas lega saat melihat benda itu. Ia mematikan senter dari ponselnya dan menyalakan satu senter yang ada di tangannya. Mike perlu menghemat baterai ponselnya untuk keperluan penting. Ia mulai memeriksa lemari yang ada di tempat perawat dan tidak menemukan apapun lagi selain obat-obatan.             Ia melirik Mrs. Marshall yang telah memejamkan mata untuk beristirahat sejenak. Mike tidak merasa mengantuk sama sekali dan ia melihat beberapa catatan dokumen yang ada di rumah sakit itu. Ia membolak-balik riwayat kesehatan pasien-pasien yang pernah dirawat di sana. Mike mulai memikirkan bagaimana nasib para pasien dan seluruh orang yang masih ada di gedung ini sewaktu kebakaran ? Apakah mereka selamat ?             Mike kemudian memutar tubuhnya ke arah laci lainnya. Ia menemukan sebuah berkas dengan tulisan ‘Rahasia’ di depannya membuat Mike memicingkan mata. Belum sempat ia membuka dokumen itu, telinganya lebih dulu menangkap suara sesuatu di keheningan gedung.             Sring... sring... clak... clak...             Suara itu terdengar cukup jauh dari tempat mereka tapi Mike bisa mendengarnya dengan cukup jelas. Suara itu berulang-ulang dan membuat Mike meletakkan kembali dokumen yang dipegangnya. Ia beranjak dari kursinya dan melangkah perlahan keluar dari ruang perawat.             Diarahkannya senter itu ke arah suara dari ujung lorong. Tidak ada apapun selain benda-benda berserakan di lantai dan kegelapan yang mencekam. Mike hendak berbalik kembali hingga ia mendengar suara itu lagi.             Clak... clak... klang... klang...             Kali ini ia mendengar suara besi yang beradu. Tidak terlalu keras tapi bergema di lorong itu. Ia sudah hampir keluar lagi sebelum tiba-tiba Mrs. Marshall telah berdiri di sampingnya.             “Anda mendengarnya juga...?” gumam Mike pelan dan Mrs. Marshall mengangguk.             “Mungkin itu Kelly...” kata Mrs. Marshall dan sorot matanya menandakan harapan hingga ia segera keluar dari ruang perawat itu menuju arah suara.             Walaupun Mrs. Marshall berharap jika suara itu ditimbulkan oleh Kelly, tapi langkah kakinya tidak cepat sama sekali. Ia malah berjalan dengan penuh kewaspadaan.             Clak... clak... sring... klang...             Suara itu semakin jelas berasal dari ruang operasi dan Mike menajamkan pendengarannya. Ia merasa ia tidak salah mendengar bahwa suara-suara itu seperti suara gunting dan nampan besi yang biasa digunakan oleh dokter saat operasi.             Mereka berhenti di depan ruang operasi dan suaranya jelas sekali memang berasal dari dalam ruangan itu. Dengan jantung berdegup kencang, Mike membuka kenop pintu ruang operasi dan menyinari bagian dalamnya.             Suara-suara itu berhenti seakan ada orang di dalamnya yang takut ketahuan sedang melalukan sesuatu. Mike mengedarkan pandangannya ke sekeliling ruang operasi yang beraroma itu. Tidak ada siapapun di sana. Ia sudah hampir berbalik keluar lagi sebelum Mrs. Marshall menarik-narik lengan kemejanya.             “Ada seseorang di sana...” bisiknya sambil menunjuk sebuah ranjang operasi yang berada di sudut ruangan.             Mike mengernyitkan pandangannya berusaha melihat ke arah yang ditunjuk Mrs. Marshall. Ia mengarahkan cahaya senternya ke arah ranjang operasi itu dan tidak melihat apapun.             “Matikan sentermu...tidak akan terlihat jika terang seperti itu. Tadi aku melihatnya di kegelapan.” Bisik Mrs. Marshall kembali. Mike membelalak ke arahnya karena dalam hatinya ia sangat tidak setuju berdiri tanpa penerangan sama sekali.             Tapi, atas permintaan Mrs. Marshall, Mike mematikan senternya dengan enggan. Cahaya remang-remang dari jendela yang tertutupi gorden membuat Mike terhenyak seketika. Ada siluet seseorang sedang menunduk ke arah ranjang operasi !             Mike yakin sekali bahwa ia tadi tidak melihat siapapun saat menyinari tempat itu. Tapi, kini ia bisa melihat ada seseorang di sana dan Mike menajamkan pendengarannya. Ia mendengar gumaman dari orang itu.             “...ya, ya... bagus... darahnya masih segar... oh, aku mendapatkan jantungnya...”             Mike mulai berkeringat dingin. Suara serak itu terdengar cukup mengerikan dan nampaknya ia sedang mengoperasi seseorang padahal Mike telah melihat ranjang itu kosong tanpa siapapun.             Secara refleks, Mike langsung menghidupkan senternya ke arah dimana pria itu berdiri tadi. Hilang ! Tidak ada siapapun seperti saat mereka masuk tadi. Ia bahkan harus mengarahkan cahayanya ke sekeliling ruangan untuk memastikan pandangannya tidak salah sama sekali. Suara serak pria itu pun juga menghilang saat Mike menyalakan senternya.             Masih sambil terbelalak, Mike menghentikan cahaya senternya ke arah dimana pria itu berdiri tadi. Ia masih tidak percaya dengan apa yang dilihatnya. Mike kembali mematikan senternya.             BANG !             Sebuah wajah menyeringai menyeramkan sedang menatapnya. Pria itu masih berdiri di sana dan kali ini Mike mematung menatap wajah itu. Mike tersentak dan ia bisa melihat banyak darah yang terpercik ke wajah lelaki itu ! Mata lelaki itu membelalak kosong tanpa pupil dan ia menyeringai lebar seakan sedang menikmati operasi yang tidak tampak itu.             “Ah... aku menemukan objek penelitian baru...”             Kali ini dokter itu berbalik sepenuhnya ke arah Mike dan Mrs. Marshall yang mematung. Kaki mereka terasa sangat kaku dan sangat sulit untuk digerakkan. Si dokter masih menyeringai ke arah mereka dan ia mulai melangkah perlahan mendekati mereka.            
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN