“Nah, kita lihat apakah livernya masih berfungsi dengan baik...” gumam si dokter hingga membuat Mike tersadar seketika bahwa di tangan si dokter ada pisau bedah dan gunting yang berlumuran darah.
Secara mendadak, Mike langsung menyalakan senternya kembali dan ia segera membanting pintu kamar operasi itu kuat-kuat. Ditariknya Mrs. Marshall cepat-cepat untuk menjauh dari tempat itu. Mike berbelok ke ruang perawat tadi dan ia segera mematikan senternya agar tidak ketahuan.
Krieettt...
Mereka bisa mendengar bunyi pintu dibuka dan pastilah dokter hantu itu keluar dari sana. Jantung mereka berdegup kencang saat mendengar langkah kaki yang seharusnya tidak ada. Bunyi itu terdengar sangat menakutkan padahal mereka tahu kalau hantu tidak menapakkan kaki sama sekali. Tapi, nampaknya hantu dokter itu senang mempermainkan mental mereka.
“Kemana kalian wahai objek penelitianku...? Aku sudah tidak sabar ingin melihat warna jantungmu...” si dokter bersenandung mengerikan hingga membuat mereka gemetar bersembunyi di bawah meja resepsionis di ruang perawat. Ia bahkan memperdengarkan bunyi guntingnya yang membuat mereka meneguk ludah.
Mike tahu jika seharusnya hantu tidak bisa menyentuh mereka. Tapi, kenangannya akan Mrs. Hampstone membuatnya tidak bisa menyepelekan makhluk gaib sekalipun. Ia masih bisa mengingat luka yang diberikan Mrs. Hampstone pada lengan dan rusuknya. Sejak insiden The Gamers, Mike harus dirawat selama hampir sebulan di rumah sakit untuk menyembuhkan rusuknya yang ditusuk oleh Mariah.
Langkah kaki si dokter terasa sangat dekat sekali dengan mereka dan Mike yakin bahwa dokter itu pasti sedang melewati bagian depan ruang perawat karena mereka bisa mendengar langkah kaki itu menjauh dari tempat mereka. Si dokter sepertinya berjalan lurus di koridor hingga membuat mereka tidak ketahuan. Aura dingin pun mereka rasakan saat bayangan itu melintasi ruangan mereka.
Mike dan Mrs. Marshall menarik napas lega saat tidak mendengar bunyi langkah kaki dan gunting itu. Tanpa sadar mereka menahan napas dari tadi akibat terlalu tegang. Tapi, tidak ada seorang pun dari mereka yang beranjak dari persembunyian masing-masing. Mereka takut ada wajah mengerikan yang akan mengagetkan mereka tiba-tiba.
Cklek...! Krieeett....
Terdengar pintu membuka dari ujung lorong yang lain hingga mereka kembali menahan napas dan mendengarkan dengan seksama. Tanpa Mike sadari, bulir-bulir keringatnya telah bermunculan di keningnya padahal ruangan itu dingin mencekam.
Klap...!
Pintu itu tertutup dan entah kenapa Mike kembali menarik napas lega. Nampaknya si dokter masuk ke ruangan itu tanpa mengetahui keberadaan mereka. Dengan perlahan, Mike beranjak dari bawah meja resepsionis dan mengintip keadaan di luar tanpa penerangan sama sekali. Hanya dengan bantuan pantulan cahaya bulan dari jendela-jendela yang remang yang bisa membantunya melihat di kegelapan lorong rumah sakit itu.
Mike menjulurkan kepalanya ke lorong rumah sakit dan memeriksa sekelilingnya. Kosong dan tidak ada siapapun lagi. Mrs. Marshall ikut melongok di balik tubuhnya dengan tegang. Ia langsung bernapas lega saat menyadari dokter hantu itu tidak mengikuti mereka.
“A-apa itu tadi...?” bisiknya dengan suara pelan. Matanya masih awas memandang ke segala arah.
“Yang pasti itu bukan manusia.” jawab Mike simpel dan ia kembali masuk ke dalam ruang perawat. Ia sama sekali tidak berniat untuk keluar dari tempat itu sebelum pagi tiba.
Mrs. Marshall meneguk ludah, “Bagaimana kau bisa seyakin itu ?” tanyanya lagi berharap ada keraguan pada jawaban Mike.
“Tidak ada satu orang dokter sekalipun yang mau melakukan operasi di gedung rusak yang tidak terpakai ini. Dan bukankah anda telah melihat buktinya ? Dia tidak bisa dilihat di bawah cahaya.” jawab Mike lagi hingga membuat Mrs. Marshall kembali meneguk ludahnya.
“Jadi... yang tadi itu adalah...” kata-katanya terputus karena ia tidak sanggup mengucapkannya.
“Hantu.” Mike memandang lurus pada Mrs. Marshall yang tersentak mendengarnya.
Wanita paruh baya itu tertegun beberapa saat sebelum akhirnya ia kembali menatap Mike dengan ekspresi serius.
“Dia adalah hantu ! Dan hantu tidak bisa menyakiti manusia ! Kenapa kita harus bersembunyi darinya ???” kali ini Mrs. Marshall menunjukkan nada protes pada Mike yang menaikkan sebelah alisnya. Mungkin yang ada di pikiran Mike adalah ‘Nampaknya Mrs. Marshall perlu dipertemukan dengan Mariah...’
“Anda tidak pernah bertemu dengan iblis, bukan ?” kata Mike dengan tenang. Mrs. Marshall mengernyit dengan pertanyaan Mike dan raut wajahnya menunjukkan ia menganggap Mike sedang berbual. Mike hanya menghela napas melihatnya.
“Saya pernah bertemu iblis. Hantu biasa memang tidak bisa menyakiti manusia tapi mereka bisa MENYENTUH manusia. Dan iblis yang pernah saya temui bisa menyakiti bahkan membunuh manusia ! Kita masih belum yakin apakah dokter itu hanya sekadar hantu atau iblis. Apa anda tidak melihat pisau bedah yang ada di tangannya ??? Saya tidak akan mengambil resiko untuk menghadapinya langsung.” tegas Mike hingga membuat Mrs. Marshall terdiam seketika.
Terjadi keheningan di antara mereka berdua. Mrs. Marshall walaupun enggan mengakui hal-hal yang tidak masuk akal itu, tapi ia bisa melihat kejujuran di mata Mike. Lelaki itu tidak mungkin berbohong padanya pada situasi seperti ini.
“Apa pekerjaanmu adalah penjaga malam ?”
Pertanyaan Mrs. Marshall tiba-tiba membuat Mike mengernyit heran. Ia menoleh memandang wanita paruh baya itu.
“Kenapa anda bertanya hal itu ?” herannya.
“Karena biasanya penjaga malam selalu melihat hal-hal seperti ini.” Jawab Mrs. Marshall.
Mike hanya menghela napas dan mengalihkan pandangannya, “Boleh dikatakan seperti itu.” jawabnya. Entah kenapa Mike tidak ingin mengatakan statusnya yang sebenarnya pada Mrs. Marshall. Biarkan saja dia berpikir aku ini penjaga malam... dia juga tidak mengenalku... pikir Mike sambil lalu.
“Tapi, seharusnya kau tidak bekerja untuk rumah sakit ini. Mereka bahkan tidak pernah membiarkan aku masuk gedung ini untuk mencari anakku.” Mrs. Marshall menggumam sendirian sementara Mike hanya mendengus tersenyum sambil menggelengkan kepalanya secara samar saat mendengar gumaman itu.
Mike memilih untuk duduk di sofa yang ada di sudut ruangan sementara Mrs. Marshall duduk di kursi berlengan. Pria itu mulai meluruskan kakinya di sofa untuk membuat dirinya lebih rileks. Mrs. Marshall hanya menatapnya.
“Kita tidak akan mencari Kelly sekarang ?” tanyanya lagi. Tapi, ada keraguan pada suaranya sendiri.
“Tidak. Kita akan mencarinya besok pagi. Mungkin saat hari lebih terang, semuanya akan lebih mudah. Atau anda lebih tertarik bertemu dengan dokter itu lagi?” Mike mengurut pelipisnya yang tegang dan memejamkan matanya dengan lelah.
“Err, baiklah. Kita akan mencarinya besok pagi.” Balas Mrs. Marshall dan ia mencari posisi nyaman untuknya beristirahat.