Vancouver, Kanada 23 April 2030.
21 hari sebelum batas waktu.
Gerald tidak ragu memandang setiap wanita yang masuk ke ruang rapat hari ini. Bahkan saat rapat berlangsung ia masih tidak segan-segan mengamati para gadis dihadapannya. Memilih salah satu untuk dijadikan calon istrinya ternyata cukup menarik.
Tapi sialnya.
Ini adalah perusahaan fashion, rata-rata perempuan yang ada di sini jadi cukup menarik. Mereka kebanyakan punya proporsi badan kurus hingga ke ideal. Ada beberapa memang yang kelebihan berat badan, tapi tidak sampai obesitas. Dan dari tingkat kepercayaan diri mereka yang baik, membuatnya jadi cukup menarik. Bahkan lebih baik dari wanita yang punya proporsi badan kurus, ya karena tentu saja bercinta dengan perempuan montok lebih nikmat, pikir Gerald. Kenapa tidak? p****t dan p******a besar mereka lebih menggoda ketimbang lipatan perutnya. Sial, membayangkan semua itu membuat gairah Gerald naik. Ia menyilangkan kakinya, menyembunyikan sesuatu yang mungkin akan terlihat sekarang.
Anthony, Richard, dan Heaven datang setelah semua orang berada di dalam ruangannya. Anthony yang cukup terkejut mendapati kakaknya sudah di kursi direksi berbisik padanya.
“Wah-wah ada apa ini? apakah kau akan mencari istri di sini?”
Gerald melirik tajam adiknya, bernafas pendek yang menunjukkan rasa kesal dan frustasinya.”Lalu aku harus cari di mana lagi? Waktuku cuma satu bulan.”
Anthony terkekeh. “Bisa-bisanya. Kenapa kau tidak pilih dari semua kekasihmu saja sih.”
Gerald mendekatkan dirinya pada Anthony. “Aku akan lakukan itu saat memang sudah terdesak.”
Richard tersenyum tipis mendengar percakapan kedua kakaknya, lalu ikut berbicara sembari menatap setiap karyawan penting yang sudah hadir di sana.”Aku rasa kita bisa mencoba membujuk paman jika memang kau tidak menginginkannya.”
“Paman adalah orang yang keras, aku tidak mau ambil resiko warisan kita tiba-tiba dihibahkan. Semua ini untuk kalian, aku tidak akan membiarkan kalian menderita saat sebuah tumpukan uang sudah berada di depan mata. Aku tidak mau Bella menjadi satu-satunya adikku yang tidak menerima semua kemewahan yang pernah kita rasakan.”
Rapat direksi dimulai, setiap manajer mulai mempersentasikan laporan tahunan perusahaan fashion Bernneth company, Zira pada setiap negara. Gerald bangkit saat mulai pada bagiannya, di mana ia bertugas mempersentasikan laporan tahunan yang digabungkan dari semua negara.
Gerald sosok yang ambisius saat memulai presetasinya. Ia tidak akan membiarkan seorang karyawanpun mengacuhkannya di sesi ini. Karena menurutnya ini adalah hal penting yang harus diketahui setiap karyawan tentang kondisi perusahaanya tanpa kecuali. Hal paling menggelikan bukan? ketika ditanya kondisi perusahaan atau berdiskusi tentang kondisi perusahaan dan tidak tau apa-apa soal penjualan. Karena itu darah Gerald seketika mendidih mendapati seorang perempuan sedang jalan berjongkok seperti mencoba bergabung di rapat, sepertinya ia terlambat. Buruk. Sangat buruk, pikir Gerald.
Gerald dengan cepat menunjuk si perempuan dengan intonasi tinggi yang sangat tegas. “Kau di sana berdiri.”
Semua mata tertuju pada perempuan itu. Ia berdiri dengan sponta, disusul wajah chubbynya yang berubah menjadi pucat. Ia melihat rambut yang tidak disanggul dengan rapi, kemeja berwarna biru muda yang terlihat kebesaran di tubuh kecilnya, roknya yang sedikit naik di balut dengan stocking hitam pekat dan sepatu flatshoes hitam. Tidak menarik. Gerald menyipit menatap wajah chubby perempuan itu yang dihiasi oleh kacamata.
Buruk rupa, batin Gerald lagi dalam kemarahannya.
Ia tidak menyangka ada karyawan seperti ini di kantornya.
“Siapa namamu?” tanya Gerald, masih tidak berkedip menatapnya.
“Marina Gilbbert. Mr.Bernneth.”
“Ms. Gilbbert, bisakah anda menjelaskan kenapa anda berjalan menunduk di situ saat saya sedang mempresentasikan penjualan perusahaan.”
“Maafkan saya Mr.Bernneth.”
“Saya tidak butuh permintaan maaf anda, saya butuh penjelasan anda.”
Marina tetap diam di tempatnya, nafasnya terdengar memburu karena rasa takut. Gerald mengusap tengkuknya, mencoba menstabilkan emosinya setelah Heaven menatap sinis kakaknya, mencoba memprigatkan Gerald agar tidak meledak. Heaven benar, Gerald tidak akan dapat menjalankan rencana mereka sampai akhir kalo rapatnya tidak tenang di awal.
“Baiklah kau duduk.” Suara Gerald berat dan menekan.
Marina segera duduk di tempat divisi accounting, tepat disebelah Helen yang menyambutnya dengan pandangan iba. Helen mengelus punggung Marina untuk menenangkannya.
“Tidak apa-apa,” bisik Helen. Ia kembali melanjutkan kata-katanya,”semua akan baik-baik saja sekarang.”
“Semoga.”
Helen memang paling bisa menenangkannya. Rasanya ingin menangis sekarang, ia lelah dan takut.
Gerald mengakhiri presentasinya, dan disusul oleh rencana-rencana masa depan Zira sebagai brand kelas menengah yang mendunia dari pihak manajemen perusahaan. Kemudian disusul laporan laporan bersifat umum dari keuntungan dan kerugian semua bisnis Bernneth Company. Hingga tibalah sesi penaikkan jabatan untuk karyawan-karyawan terbaik Zira. Tapi sesuatu yang aneh muncul di layar besar, gambar beberapa orang penting di perusahaan.
Gerald berdiri dengan santai. Menatap adik-adik lalu berjalan hampir ke tengah di mana semua karyawan bisa melihatnya dengan jelas.
“Kalian harusnya tau siapa mereka.” Gerald tertawa, tawa yang terdengar puas dan jahat. “Mereka adalah orang-orang penting di perusahaan ini, saking pentingnya hingga mencoba membodohi kami. Bukan begitu? maaf kami tidak bodoh.”
Selanjutnya dimunculkan beberapa bukti laporan keuangan, perusahaan di beberapa negara yang ternyata telah dimanipulasi orang beberapa orang penting tersebut. Gerald menjelaskan dengan begitu gamblang, hingga membuat semua orang-orang itu mengeraskan rahangnya dan berubah menjadi pucat. Selanjutnya dengan beberapa tepukan dari Gerald polisi masuk ke ruangan untuk menangkap orang-orang tersebut.
“Kami melaporkan kalian atas dasar penipuan, dan pencurian dalam perusahaan.”
Kalimat dari Gerald berakhir, disusul dengan tepuk tangan setiap karyawan yang menganggap situasi tak terduga itu adalah hal yang keren. Tapi memang keren, seperti itulah keluarga Bernneth. Meski jabatan mereka diberikan karena faktor darah, tapi sebenarnya pengelolaan perusahaan yang mereka jalankan itu tidak main-main. Mereka benar-benar bekerja keras untuk kemajuan perusahaan dan karyawannya. Karena itu setiap karyawan mengagumi kepemimpinan mereka, bahkan beberapa perempuan memimpikan untuk bersanding bersama lelaki-lelaki hebat itu dan mengesampingkan setiap skandal yang menjerat mereka.
“Wah Mr. Gerald benar-benar keren sih. Jadi siapa sih yang gak mau tidur dengannya,” bisik Helen sembari tersenyum jahil.
“Semua wanita mungkin rela ditanamkan benihnya agar bisa masuk ke keluarga mereka.” Nice, salah satu teman divisi accounting menambahkan dengan suaranya yang masih begitu pelan karena ada objek obrolan di depan mereka.
Gerald berjalan, lalu berhenti di sisi Marina. Saat akan pergi meninggalkan ruangan.
“Ms. Gillbert, kau ke ruangan saya segera.”
Nice dan Helen memandang Marina dengan wajah ngeri. Disusul wajah Marina yang terlihat pasrah dan berkata, “baik Mr. Bernneth.”
Gerald menatap lekat Marina, perempuan itu bertubuh pendek, dengan berat badan proposional. Terlihat kecil karena tubuhnya yang cukup pendek, tingginya mungkin hanya 4 kaki 11 inci? Itu membuat wajahnya terlihat mengemaskan, dengan pipinya yang chubby. Benar-benar bukan selera Gerald.
Sempurna.
Gerald tersenyum ramah di depan Marina, hingga membuat perasaan kikuk Marina. Ia menggaruk tengkuknya, sementara senyum Gerald makin melebar.
“Maaf Mr. Bernneth. Ada apa ya?” Marina mencoba memberanikan diri bertanya.
Gerald memajukan tubuhnya hingga dadanya menyentuh sisi meja.“Ms. Gillbert, berapa usiamu?”
“Saya, tiga puluh tahun.” Marina menjawab dengan nada yang terlihat bingung.
Gerald makin mengembangkan senyumnya, membuat Marina sedikit takut. Geral bertanya lagi.“Kau sudah menikah?”
Marina menggeleng.“Ah tidak, maksud saya, saya belum menikah.”
“Kamu memiliki kekasih?”
Mata Marina kini sedikit berkerut, rasa takutnya berubah jadi rasa tanya. Ia menggeleng lagi.“Ti-dak.”
“Bagus. Kalo begitu menikahlah denganku.”
Mata Marina seolah hampir keluar karena rasa terkejut. Ini mimpikan? Ini pasti mimpi, batin Marina. Ia menatap punggung tangan Marina lalu mencoba menyubitnya, rasa sakit menjalar kuat di punggung tangan Marina. Dan ia yakin sekarang ini bukan mimpi. Salah satu konglomerat dunia, melamarnya? dan bukan mimpi? Marina menggeleng.”Tidak mungkin, apa anda sudah gila Mr.Bernneth?”