Lamaran

1537 Kata
Gerald memiringkan kepalanya, terkejut dengan apa yang dikatakan bawahannya.”Kau bilang aku gila?” “Maaf Mr.Bernneth, bukan begitu maksud saya.” Gerald menghembuskan nafas panjang untuk menahan rasa kesal. Kesal bukan Marina menyebutnya gila, tapi karena jika dipikir-pikir lagi. Ia memang sudah gila. Melamar perempuan yang bahkan tidak dikenalnya pada percakapan pertama mereka. Ini hal paling gila, yang pernah ia lakukan.”Ya tidak masalah jika kau menyebutku gila. Yang terpenting aku butuh jawabanmu.” Sementara Marina masih mengerjap ngerjapkan matanya, menyangka ini masih mimpi meski rasa sakit di tangannya sudah menjadi bukti. Biasanya dia memang sering bermimpi tentang Mr.Gerald Bernneth, tapi tidak yang begini. Dia biasanya bermimpi sesuatu yang memang sedikit senonoh. Yah itu wajar bukan? sudah dikatakan, banyak wanita yang memang menginginkannya. Di samping dia kaya, ia juga tampan dan seksi. Hal sempurna untuk dijadikan objek karya tulis n****+ dewasanya. Itulah mengapa sesekali Mr.Gerald Bernneth muncul di mimpinya, mendekap dan mengecup leher Marina dengan suara parau yang memikat. Atau bermimpi sesekali melihatnya berkeringat di atas tubuh Marina seolah sedang bercinta dengannya. Itu semua terjadi karena efek n****+ dewasa yang ia buat. Tapi kalau mengajak menikah? ini tidak masuk akal. "Marina." Suara Gerald kini melembut, Marina tidak pernah mendengarkan suara selembut ini sebelumnya. Mempesona--sial. Marina menggeleng."Saya tidak salah dengar kan Mr. Bernnet?" Marina mencoba meyakinkan Gerald. "Begini, Mrs.Gilbert. Sebenarnya saya merasa anda memenuhi semua kriteria ideal yang saya butuhkan untuk menjadi istri. Lagi pula anda juga tidak punya kekasih. Saya juga. Jadi?" Gerald mencodongkan tubuhnya sambil menatap Marina. Marina berpaling, menatap setiap sisi dinding dan sudut-sudut setiap rak buku yang terpanjang di ruangan Gerald, memastikan tidak ada kamera yang mungkin merupakan sebuah acara atau chanel youtube yang mencoba mengerjai orang. Intinya Marina masih tidak percaya dengan sesuatu yang gila ini. Gerald yang menyadari maksud gerakan Marina. Memutar bola matanya.“Miss Gilbert, ini sungguhan bukan acara seperti yang ada dipikiranmu. Lagian saya tidak berniat berteman dengan artis atau selebritis.”   Marina hanya diam ia memandang mata Gerald sekarang, masih dengan sorot tidak percaya. Dan Gerald kini mencoba memaklumi itu, karena baru satu jam lalu ia menghardik perempuan ini, bahkan dalam batin Gerald menyebut Marina buruk rupa. Dan sekarang melamarnya? benar-benar lucu. Gerald sendiri bahkan mungkin tidak percaya jika ia jadi Marina. Gerald meletakkan pulpennya di atas meja dengan sedikit kasar. Ia tidak punya pilihan lain selain menceritakan semuanya. "Baiklah, saya akan berterus terang. Anda tau ibu saya meninggal kurang lebih seminggu lalu. Beliau memberikan kami warisan tetapi dengan beberapa persyaratan. Salah satu persyaratan yang harus kupenuhi adalah menikah. Dan sepertinya sudah jadi rahasia umum bahwa saya tidak suka berkomitmen. Karena itu saya mencari wanita yang bisa diajak untuk memiliki kesepakatan, saat menjadi istri saya." Wajah Marina berubah menjadi wajah penasaran. Marina mampu sedikit mencerna logika Gerald setelah pria itu menjelaskan alasannya."Maksud Mr.Gerald pernikahan kontrak?" Gerald melambaikan dua tangannya."No, no, no saya memang tidak suka berkomitmen. Tapi saya menghargai pernikahan. Dan melakukan kawin kontrak seperti mempermainkan sebuah pernikahan. Saya tidak setuju. Aku menawarimu pernikahan, pernikahan dengan beberapa ketentuan dan kebebasan." "Ketentuan? kebebasan?" Marina makin penasaran dan anehnya itu membuat Gerald sedikit geli. Gerald berdehem dan mulai kembali menjelaskan. Sangat yakin Marina akan menyetujui penawarannya. Siapa yang tidak mau menikah dengan konglomerat bukan? sesuatu yang sangat langka, apalagi dengan wajah Marina yang super tidak menarik itu, batin Gerald."Ya, karena pernikahan itu mungkin tidak akan ada cinta. Jadi harus ada beberapa ketentuan dan kebebasan agar pernikahan itu bisa awet." "Seperti?" "Anda atau saya bebas berkencan dengan siapapun."Gerald memamerkan gigi putihnya. Alis Marina hampir menyatu."Apa?" "Ya, asalkan bukan sebuah hubungan serius. Saya rasa tidak masalah." Gerald terbatuk. "Kita bisa bersenang-senang, tanpa harus saling membohongi dan menyakiti. Bukankah itu bagus?" "Hmm." "Bagaimana?" Gerald memajukan tubuhnya mendekat ke Marina. Marina menggeleng. "Tidak." Gerald menganga lalu berkata,"apa?" Marina berdiri di hadapan Gerald. "Maaf Mr.Gerald Bernneth. Tapi saya tidak ingin menikah sampai kapanpun." "Apa?" Gerald melotot matanya seolah akan keluar karena rasa terkejut. Marina menunduk, mencoba menutupi rasa bersalahnya. "Saya memutuskan untuk tidak akan menikah." "Bagus, jadi kamu bisa memiliki kesepakatan untuk menikah denganku." Marina menelan ludahnya, ia tidak percaya Gerald masih mencoba membuat kesepakatan dengannya. "Apa?" "Ya, kamu bisa bebas saat menikah denganku." Nada Gerald mulai menekan dan tajam, persis saat di ruang rapat saat menyapa Marina yang terlambat. "Seperti seseorang yang tidak menikah. Dan kau bahkan bisa mendapatkan harta, dan investasi keluarga Bernneth." Marina mengenggam jemari-jemarinya untuk menguatkan diri dari rasa takut. Sementara Daphne yang mulai mengetahui ketakutan Marina. Ia cukup merasa bersalah dengan apa yang pernah ia usulkan pada Gerald. Ia tidak menyangka, Gerald akan memandang gadis sepolos Marina sebagai perempuan yang sangat prospektif untuk menjadi istrinya. Daphne berdehem, memecahkan ketegangan yang terjadi. Gerald menatap Daphne dengan tatapan mata tajam.”Ada apa?” tanya Gerald. "Mr.Gerald, sepertinya anda punya beberapa jadwal yang harus dilaksanakan sekarang sebaiknya percakapan ini segera diakhiri." Daphne melotot ke arah atasannya, sebagai tanda bahwa Gerald harus menghentikan ini secepatnya. Kalo tidak Daphne tidak akan segan-segan membunuhnya. Gerald mengerang kesal."Baiklah Marina, kamu boleh pergi. Pikirkan baik-baik tawaranku. Besok kau bisa ke sini lagi untuk memberikan jawabanmu." "Tapi saya rasa jawaban saya tetap sama Mr. Bernneth." "Aku bilang pikirkan lagi. Mengerti?" Nada Gerald menekan dan tajam.   Marina mengangguk dengan tampang mengemaskan. Lalu berlalu pergi begitu saja dihadapan Gerald. Daphne melirik tajam sahabatnya setelah menggeleng tidak percaya atas tindakan paksaan Gerald. Begitu Marina menutup pintunya, Daphne melipat tangannya, menatap sinis atasan sekaligus teman kecilnya."Kamu sedang melamar seseorang Gerald. Bukan mengajaknya berkelahi." "Dia menolakku Daff." Gerald mencoba membela diri. "Tidak akan ada orang yang setuju saat tiba-tiba dilamar seseorang yang bahkan gak pernah menganggap ada atau bahkan gak pernah bicara bersama." Daphne terdiam sejenak, lalu melanjutkan ucapannya. "Ya mungkin beberapa goldendigger mau. Tapi dia bukan goldendigger Gerald. Dia wanita biasa." Gerald menatap frustasi Daphne. "Lalu aku harus bagaimana Daphne." "Bujuk dia pelan-pelan." "Aku hanya punya waktu tiga minggu brengsek." Gerald meraung. "Ya, kalo begitu bujuk dia setiap hari." Nada Daphne menekan penuh dengan amarah. Gerald diam, tangannya mengelus dagunya yang bersih dari janggut. Lalu sebuah ide terlintas begitu saja di benaknya."Bagaimana kalo aku membuatnya hamil. Aku rasa itu akan pas jika kita melakukannya sekarang." Daphne menyipit menghardik Gerald dengan tatapannya. "Aku akan membunuh mu jika sampai melakukan hal kotor padanya, brengsek." Marina menatap cermin di kamar mandi. Menjelajah setiap bagian wajah, lalu tubuh serta setiap detail bagian tubuhnya. Tidak ada yang menarik. Meski Gerald bilang ia terpaksa menikah, harusnya dia memilih perempuan yang menarik. Dan itu jelas bukan dia. Ini tidak masuk akal sama sekali, batin Marina. Ia mencuci wajahnya dengan air, mencoba menghiraukan make-up yang mungkin akan luntur. Dan memandang wajahnya untuk membuat sebuah keputusan penting. ”Aku harus menolaknya.” Marina meyakinkan dirinya sendiri. Vancouver, Kanada 24 April 2030. 20 hari sebelum batas waktu. Marina ada di depan Gerald lagi. Jujur memandangi lelaki seksi itu dari depan jelas sangat mengagumkan, objek yang sangat baik untuk tulisannya. Gerald berdehem, lalu menatap Marina lagi. "Apa kamu sudah memikirkannya?" tanya Gerald. "Apa?" Marina berpura-pura tidak tahu, meski ia tahu betul apa yang dimaksud. "Pernikahan." Gerald menekan nada suaranya karena sebal. Ia benci perempuan yang berpura-pura menjadi orang bodoh. "Saya tetap dengan keputusan saya Mr. Bernneth. Maaf dan terimakasih untuk setiap kesempatannya." Gerald diam, menatap Marina dengan rasa tak percaya. Ia ditolak lagi oleh gadis yang sama sekali tidak mempesona, menarik bahkan cantik di matanya. Sial, ini seperti diludahi di depan umum. Tapi bukan Gerald jika wanita tidak menarik ini tidak jatuh di pelukkannya. Awas saja, Gerald akan memberikan penjara pernikahan bagi perempuan ini. Hingga ia bahkan tidak ingin pergi, meski sebejat apapun Gerald pada perempuan lain. Gerald tersenyum pada Marina kemudian. Senyum sinis yang memiliki sisi misterius yang membuat Marina bergidik. Tapi Marina tak gentar, meski dia takut. Ini tetap penentuan hidup dan matinya, jika ia takut kemungkinan besar Mr.Gerald akan menginjak-injaknya atau bahkan membuang Marina keluar dari kantor ketika menolak lamaran lelaki itu sekali lagi. Dan jika ia melawan. Sebenarnya dia juga dapat masalah. Cara satu-satunya hanya menerima pernikahan ini saja atau membujuknya pelan-pelan. Dengan sangat hati-hati. Marina membalasnya senyum itu dengan dagu yang mendongak ke depan. Menghadirkan sikap yang cukup anggun untuk Gerald. Lumayan, sepertinya menikah dengannya tidak begitu buruk, pikir Gerald. Gerald memajukan tubuhnya, sekali lagi menuju ke arah Marina. "Bagaimana kalau kita makan di luar?" "Makan?" Marina jelas-jelas terkejut dengan pengalihan percakapan yang begitu tiba-tiba. Terutama dengan suara Gerald yang berubah menjadi begitu lembut. "Jangan menolak tawaranku." Marina jelas menimbang-nimbang makanan apa yang akan di makan oleh konglomerat seperti Gerald. Ini pasti akan menghabiskan uang satu bulan gajinya. Marina menggeleng. "Tidak, aku sedang tidak punya uang untuk makan makanan mahal Mr. Bernneth." Sesaat Gerald terdiam, tawanya lalu memenuhi seluruh ruangan. Ia tidak menyangka sepertinya wanita di sampingnya ini cukup polos. Atau mungkin bodoh. "Siapa juga yang nyuruh kamu bayar sih. Kayanya kamu gak pernah diajak kencan sama pria ya hahaha." Marina diam, matanya kini menyipit dengan tatapan tajam yang membuat Gerald seketika terdiam. Gerald merasa auranya sama seperti Daphne saat perempuan itu marah, seram. Gerald melonggarkan dasinya. "Tapi anda tidak mengajak saya kencan, Mr. Bernneth." "Apakah aku harus menyatakan dengan terbuka untuk mengajakmu kencan?" Gerald tersenyum, ia kemudian berdiri mengenggam tangan Marina dan mengecupnya. "Kalo begitu, Ms. Gilbert maukah kau berkencan denganku siang ini? pada jam ini?" "Tidak." Nada Marina begitu tegas dan pasti. 
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN