Andara telah memasuki kamarnya dengan gerakan terburu-buru, dia melepas seluruh pakaiannya begitu saja dengan penuh cekatan. Sembari berjalan ke arah kamar mandi, dia menutupi tubuhnya dengan handuk pendek se atas lutut. Wanita itu juga tak mengindahkan panggilan suaminya sejak tadi. Alhasil, Vante pun membuntuti Andara ke kamar mandi dan ikut melepas semua pakaiannya. Bukankah mandi bersama adalah sesuatu yang bagus untuk pasangan suami istri? Tentu saja, itu menambah keharmonisan dalam sebuah rumah tangga.
"Istriku badmood, ya?" Vante memulai percakapan lebih dulu dengan menanyakan keadaan hati Andara sekarang. Jelas saja, semenjak bertemu Jaren saat di taman tadi, wajah wanita itu murung dan ingin segera pulang ke rumah.
"Wajahmu menjadi mirip Jaren, Te. Aku kesal! Aku sangat kesal!" tukas Andara, ia mendengus sebal saat wajah Jaren memutar kembali dalam pikirannya.
"Gantengan suamimu ini tapi," celetuk Vante.
Tidak lagi menggubris celetuk dari suaminya, Andara memilih berjalan melewati Vante begitu saja dan membawa tubuhnya naik ke atas bathup. Lagi, Vante mengekori seperti anak kecil yang ingin dimandikan oleh ibunya.
Sembari menunggu air hangat mengucur, Andara melucuti handuknya dan menaruhnya tepat di samping gantungan dinding. Dia membiarkan tubuhnya mulai terendam begitu saja oleh air tersebut.
"Ehm …." Vante meneguk ludahnya dengan susah payah saat melihat tubuh istrinya sepenuhnya. Ya, itu istrinya dan hal yang wajar kalau ia ingin menyerang Andara secepat mungkin.
"Sangat nyaman …." Andara mulai merendamkan tubuhnya dengan sempurna seperti berbaring dan sambil memejamkan mata. Dia menikmati sensasi nyaman yang kelewat luar biasa. "Apa suamiku ini tidak ingin mandi? Dan hanya ingin berdiri disana sampai aku selesai mandi?" Andara mematikan keran air hangatnya karena sudah penuh. "Air ini bisa menjadi tidak hangat lagi jika kau terus bengong dan tidak mau mandi."
"Kau bilang wajahku mirip Jaren. Jadi, bagaimana bisa aku masuk ke dalam bathup itu. Suamimu ini tidak ingin istrinya menjadi tambah badmood," jawab Vante yang sepertinya sedang jual mahal dan ingin dibujuk oleh Andara.
Andara terkekeh kecil mendengarnya, dia sedikit menggeser posisi setengah berbaringnya dan menatap Vante dengan intens. "Itu, aku bercanda, suamiku. Ayo kesini," bujuknya dengan rayuan halus kesukaan Vante. "Kemarilah bayi besarku, aku akan menyabuni dan memandikanmu," sambungnya lagi.
Vante mengangkat kedua sudut bibirnya karena gembira. Dia begitu semangat masuk ke dalam bathup tersebut dan mengambil posisi di depan Andara. Mereka saling berhadapan dan menatap dengan cinta. Di saat seperti ini, tidak ada sama sekali terbesit di pikiran Vante tentang Dena.
Satu persatu, Andara mulai membasuh rambut Vante dengan hati-hati, lalu bergerak menyirami bagian d**a bidang suaminya dan diusap dengan penuh kelembutan. Tentu, membuat Vante menjadi ketagihan dan merasakan seperti begitu dimanja oleh sang istri.
"Enak," lontar Vante, dirinya mulai hilang kendali dan tidak terkontrol.
Andara mencoba melirik sebentar ke netra sang suami dengan takut-takut karena dia merasa ucapan Vante barusan terasa ambigu. Ternyata, Vante memang sedang menatap Andara dengan serius, manik matanya bahkan sudah tergambar bahwa laki-laki itu ingin meminta lebih dari ini, sebuah aktivitas e****s yang memabukkan. Bahkan, tidak ada lagi senyuman lembut seperti biasa, yang ada senyuman nakal dan bersiap ingin menyerang istrinya tersebut.
"Enak, sayang," ungkap Vante lagi sembari menuntun tangan istrinya untuk mengusap perut kotak-kotak miliknya.
"Jangan menatapku seperti itu …," lirih Andara sembari menundukkan kepalanya karena begitu malu. "Berbaliklah, aku akan membasuh punggungmu," tambahnya. Ada senyuman sumringah tercipta sedikit dari bibirnya sore ini.
"Baik, sayang." Vante memutar tubuhnya dan membelakangi Andara dengan perlahan. Memberi seluruh punggung lebarnya untuk Andara maini sesuka hati.
Andara pun mulai menyabuni punggung lebar Vante, hingga menjalar ke depan perut laki-laki itu. Tanpa sengaja, tangannya menyentuh milik Vante dan membuat laki-laki itu menggigit bibir bawahnya karena geli.
"Eum," lenguh Vante sedikit, dia menahan rasa enak yang membuatnya ingin lagi.
"Kenapa?" bisik Andara tepat di telinga suaminya, dia yang kini mulai menggoda suaminya.
"Enak."
"Kau mau aku layani suamiku?"
Waw, pertanyaan itu tidak mungkin mendapat jawaban tidak. Tentu, siapa yang menolak?
"Mau, Vabte mau." Vante mengangguk dengan pasrah. Tadinya, Andara malu-malu, tapi sekarang? Wanita itu ingin menguasai Vante juga dengan sesuka hati. Yap, sekarang tangan Andara mulai bermain disana, menekan titik kelemahan pria itu dengan gerakan terlatih dan sudah berpengalaman pastinya.
"A-andara, euhm-"
Vante menyandarkan punggungnya pada d**a Andara dan berakhir menyentuh dia gundukan yang seperti squishy tersebut. Ya, dia mengeluarkan suara-suara kecil yang disenangi oleh Andara.
Andara terus membisikkan kalimat e****s di telinga Vante. "Kau tahu, sayang? tubuhmu sangat kekar, aku sangat suka urat-urat yang terdapat di lehermu, bahu kekarmu ingin sekali kugigiti."
"A-andara …."
"Iya …."
Vante terus menikmati permainan yang diciptakan oleh Andara. Permainan belum benar-benar dimulai, tapi tubuh Vante sudah menerjang ingin sampai ke puncak. Andara benar-benar ahli dalam memuaskan Vante.
"S-sayang kenapa berhenti?" Vante membuka kedua matanya saat tangan Andara tidak lagi memainkan kepemilikannya.
Andara tersenyum simpul, dia ingin menggoda suaminya. "Tidak mau. Silahkan selesaikan sendiri," ucapnya dan dengan sengaja menyentuh ujung kepemilikan Vante. Reflek, tubuh bagian bawah Vante bergetar karena tidak mampu menahan geli yang luar biasa.
Berakhir Vante merasa benar-benar frustasi dan rasanya ada sesuatu yang ingin keluar namun tertahan. Akibatnya, ia merasa kehilangan.
"I-istriku … tolong."
Andara pun mencium telinga Vante dengan lamat-lamat dan menuntun bahu Vante untuk berbalik menghadapnya lagi. Setelahnya, menyuruh sang suami untuk menyandarkan punggung pada sisi bathup yang kosong. Sehingga, kepemilikan lelaki itu benar-benar tepat menghadap di depan wajah Andara.
Andara dengan kejeliannya terus memuaskan Vante hingga laki-laki itu puas dan seluruh tubuhnya melemas dengan sempurna. Belum selesai, Andara hendak menaiki tubuh bagian bawah Vante, membuat laki-laki itu menggeleng-gelengkan kepalanya.
"T-tunggu … i-ini belum. A-aku masih belum berhenti keluar."
Andara tidak mengindahkan permintaan Vante tersebut dan dia sudah mengarahkan bagian bawahnya untuk menghimpit bagian bawah Vante.
"A-andara. Jangan-"
Ya, Andara melancarkan aksinya menguasai tubuhnya. Tapi sayang, permainan selesai dengan begitu cepat karena Vante sudah mencapai puncaknya sebelum Andara.
"Ck. Kau lemah, baru sebentar aku memulai kau sudah kalah," cibir Andara kepada Vante yang terbujur lemas dibawahnya.
Kalian ingat kan? Vante sendiri yang mengatakan bahwa hanya Andara yang boleh menyentuhnya dengan sesuka hati. Vante tidak pernah membiarkan Dena menguasai tubuhnya. Dena selalu kalah di bawah Vante, dengan itu Vante senang dan merasa hanya dia yang dapat berkuasa atas kehendaknya.
Berbeda dengan Andara, Vante akan selalu memuja Andara, membiarkan wanita itu menguasainya, dan menang di atas dirinya. Tidak masalah jika Andara yang berkuasa di sini, ibaratnya Vante rela menjadi b***k Andara.
Suamiku, aku tidak mengerti dirinya, dia baik tapi menyakitkan jika aku semakin mencintainya - Andara Jeo