"Tumben." Seorang pria langsung menyapa Davin, yang baru saja keluar dari kamar. Awalnya Ia ingin melanjutkan pekerjaannya sambil menunggu Viona bangun, tapi kehadiran pria ini akan membatalkan itu semua. Riyan, sahabat sekaligus pria yang berhasil menjadi sosok yang sangat dicintai oleh wanita pujaannya. Meskipun demikian, tetap saja Davin tidak memperlihatkan patah hatinya kepada sang sahabat. Maka dari itu hingga detik ini mereka masih berteman dengan sangat akrab, tanpa rasa canggung sama sekali. "Tumben kenapa?" Alih-alih duduk di kursi kerjanya, Davin justru duduk di sofa, menyusul Riyan yang telah lebih dahulu duduk di sana. "Rambutmu basah tengah hari seperti sekarang. Biasanya pukul segini kamu tampak kusut karena lelah bekerja." Kedua alis Riyan terangkat, mengintimidas