Saat Ariena berpikir jika semuanya selesai saat Madava melepaskan cengkeraman tangannya dari kerah kemeja hitam yang dikenakan Radit. Ia malah dikejutkan dengan tinjuan tangan Madava yang diarahkan ke pipi Radit. Begitu kuat hingga suaminya itu terhuyung ke belakang.
Ariena sontak terperanjat dan bangkit dari pembaringannya. Semuanya tidak berakhir semudah itu. Ternyata yang ia pikirkan tidak terjadi sesuai kenyataan. Emosi yang memendar dari kedua sahabat itu cukup membuatnya sadar, bagaimana persahabatan yang dibangun sejak dari awal memasuki sekolah menengah atas itu seakan tidak mampu meredam kemarahan dari keduanya.
Radit terlihat menyeka bercak merah pekat yang keluar di sudut bibirnya. Terasa sangat perih, hingga ia meringis seketika. Pukulan yang diterimanya dari Madava barusan
