"Jangan, Kak. Berhenti melakukan itu. Aku kesakitan. Perutku sakit sekali. Aku sedang mengandung anakmu sekarang. Aku mohon, hentikan kegilaan ini. A-aku mohon ..." Ariena mengiba untuk kesekian kali. Ia tidak berhenti meremas helaian piama satinnya sedari tadi. Rasa sakit yang semakin menusuk pada perutnya, membuatnya melemah seketika.
Pendingin ruangan kamar yang memiliki luas 7x8 meter itu seakan tidak bekerja maksimal saat bulir-bulir keringat terus memencar di keningnya. Ariena benar-benar berada di situasi buruk saat ini. Ia semakin mengiba saat suaminya memperlakukannya begitu keji.
Ariena tidak mengerti, setan apa yang menguasai Radit saat ini. Sehingga tanpa belas kasihan terus melakukan kekerasan padanya. Bukan salah Ariena pagi itu tidak mampu melayani Radit untuk yang ketiga
