Pria itu sangat kesal karena kesenangannya telah diganggu. Namun, senyum Marsha juga tangan wanita itu yang membelai juga merapikan rambut depannya yang berantakan, membuat Mark luluh juga tak berani membantah apa yang Marsha katakan. Meski bibirnya mengerucut, tapi pria itu pun kembali menurunkan Marsha dari atas meja. Masih juga menyempatkan diri mencuri satu kecupan pada sudut bibir Marsha sebelum Mark meninggalkan pantry untuk menuju pintu depan. Merutuki siapa pun itu yang sedang bertamu di pagi menjelang siang seperti ini. Tidak mungkin juga Marry, karena Mommy-nya itu baru saja menelepon. Mana bisa secepat itu sampai di apartemen ini dalam hitungan sekian menit. Mengintip sebentar pada lubang pintu sebelum membukanya. Kebiasaan yang selalu Mark lakukan acapkali menerima tamu di ked