“Waktu kita itu udah banyak kebuang, mending lo mikir deh, buat apa juga kita diem aja, jadi bayang-bayang mereka.” Suara itu menggema di dalam ruangan bercahaya remang, seorang cewek yang baru saja datang langsung duduk dan mengembuskan napas dengan kasar. “Iya, gue tau. Tapi lo juga musti mikir. Nggak mudah langserin si Ranjiel. Dia udah jadi anggota resmi, nggak pernah ada di bayang-bayang.” Si cowok melirik temannya itu, tak menyangka jika pertemuan mereka hari ini hanya akan membahas hal seperti sekarang. “Makanya, jadi cowok nggak usah begok. Lo perasaan lebih baik dari dia, bisa-bisanya masalah otak lo kalah.” Cewek itu tak menerima dengan pembelaan si cowok terlihat sebal. “Lo ambisi banget yah, pengen jadi anggota resmi?” tanya cowok itu. “Woh iya, gue nggak