"Gue nggak akan bilang, gue tau apa yang lo rasain karena orang tua gue masih lengkap. Tapi, Mbak. Bukankah emang orang yang terbiasa hidup nggak lengkap selalu bisa maklum?" Empat hari sejak ucapan menyakitkan Gala itu, aku memang menutup akses. Ponsel kumatikan, aku juga nggak mau menemuinya dan meminta mama atau Aliqa yang melakukan itu. Mama awalnya marah, tetapi saat aku akhirnya meluapkan semuanya, ia hanya diam, tak mengatakan apa-apa lagi. Mama cuma nggak tahu, gimana sakitnya saat kita nggak dianggap oleh orang yang sejak dulu bersama. Tidak dianggap oleh orang penting di hidup kita. Dan, hari ini, aku nggak tahu si bocah ingusan dapat nyali dari mana berani berbicara begitu. Di atas ranjangku. Sementara aku cuma diam, sibuk memainkan kuku. "Elo dari awal udah dikasih peng