"Nanti, gue mau dibeliin bakso bandung ya, Gal? Yang langsung di sini. Biar kece aja sih." Tertawa kecil, Gala hanya mengangguk sambil menyodorkan lembaran uang untuk membayar tumpangan kami dari Bandara ke perumahan ayah. Ini kali kedua kami datang ke sini. Dengan tujuan yang sama. Orang-orang yang sama. Rumah yang sama. Namun, tentu saja momen yang berbeda. Meski beberapa kali Gala terlihat gugup, aku tahu kalau ini adalah tanda bahagia. Selain karena kemajuan hubungan kami, yang paling membuatku bahagia juga adalah fakta dirinya mau memaafkan ayah atau sebetulnya hanya menerima apa yang memang sudah terjadi. Entahlah. Intinya, ia sudah mau menyebut nama Gigi, bukan lagi 'anak itu'. Untuk Mbak Hanna, memang masih sulit. Ia tetap memberi kata ganti 'cewek itu' dan aku nggak akan m