12 - One Roof

1060 Kata
            Jantung Mika berdegup keras di minggu pagi itu. Pasalnya siang ini ia akan pindah ke rumah pujaan hatinya. Dalam hati, Mika ingin berseru gembira tapi di lain sisi ia tahu Yoshiki membencinya.             Mika hanya membawa satu buah koper besar pakaian miliknya. Ia tiba di depan rumah Yoshiki tanpa ditemani ibu Yoshiki. Mika sadar dalam beberapa detik kemudian ia akan menerima tatapan super dingin lagi dari Yoshiki.             Ting tong~             Mika menekan bel pintu rumah Yoshiki dengan gugup. Tidak lama kemudian pintu itu terbuka dengan Yoshiki yang bersungut-sungut membukakannya. Nampaknya ia sudah tahu kalau Mika yang datang. Tidak sedikitpun niat dari lelaki itu untuk membantu Mika mengangkat koper beratnya.             Mika berdiri dengan canggung sambil memainkan ujung bajunya. Ia tidak berani memandang wajah Yoshiki sama sekali. “Mo... mohon bantuannya Kimura-kun... aku tidak akan menyusahkanmu selama tinggal di sini...” katanya dengan suara pelan namun masih bisa terdengar oleh Yoshiki.             “Benar sekali ! Jangan coba-coba menyusahkanku atau menggangguku ! Aku tidak tahu bagaimana kau bisa mengenal orangtuaku hingga aku harus bertunangan denganmu ! Tapi, aku benar-benar tidak menyangka kau akan membuntutiku sampai seperti ini ! Benar-benar mengerikan !” Yoshiki mendengus kesal sambil memandang Mika tajam sekali. “Aku benar-benar tidak membuntutimu, Kimura-kun ! Aku sendiri tidak tahu jika ibumu dan ibuku berteman !” jawab Mika dengan jujur.             Yoshiki mengacuhkannya dan berbalik untuk kembali ke dalam. Tapi, tiba-tiba langkahnya terhenti dan ia berbalik memandang Mika kembali.             “Ada yang perlu kau ingat selama kau tinggal di sini. Pertama, kau tidak boleh masuk ke kamarku bahkan hanya untuk membersihkannya saja ! Mengerti ???” kata Yoshiki dengan tegas. “I... iya... aku mengerti...” jawab Mika dengan takut.             “Kedua, jangan pernah mencoba untuk menyentuhku ! Aku tidak suka hal itu, mengerti ???” Yoshiki mengacungkan telunjuknya memperingatkan Mika. “A... aku mengerti...” jawab gadis itu semakin ketakutan. “Kalau kau mengerti, cari sendiri tempat yang akan kau jadikan kamarmu karena di rumahku hanya ada satu kamar ! Aku tidak peduli kau mau tidur dimana !” lanjut Yoshiki dengan dingin dan langsung berjalan pergi.             Saat siluet Yoshiki menghilang, Mika baru bisa bernapas dengan lega. Tangannya dingin sekali karena ketakutan melihat pria itu yang jelas-jelas tidak menyukainya. Mika sempat berpikir untuk berhenti menyukai pria itu tapi saat melihat Yoshiki, perasaannya mulai bercampur aduk.             Mika berjalan dengan pelan saat menyusuri rumah Yoshiki yang ternyata memiliki dua tingkat. Ada dua pintu di tingkat dua dan Mika tahu salah satunya pasti kamar Yoshiki dan ia bisa mendengar suara musik diputar agak keras dari dalam. Nampaknya Yoshiki tidak ingin mendengarnya sama sekali. Mika membuka pintu kedua dan menemukan ruang baca dengan banyak lemari buku di dalamnya. Ia hendak meletakkan kopernya di sana tapi Mika berpikir ulang lagi, Kimura-kun sangat suka membaca buku, jika aku menempati ruang bacanya, dia pasti tidak akan suka... pikir Mika sambil menggigit bagian bawah bibirnya dan bingung harus melakukan apa. Ia keluar dari ruangan itu dan melihat ada sofa cukup besar yang berada di depan kamar Yoshiki.             Mika meletakkan kopernya di samping sofa itu dan berpikir bahwa tempat itu bisa menjadi tempat tidurnya. Ia tidak bisa memakai lantai 1 karena jika ada tamu, barang-barangnya pasti akan membuat Yoshiki bertambah kesal padanya.             Gadis itu hanya meletakkan kopernya di sana dan ia kembali turun ke bawah. Karena bingung hendak melakukan apa, Mika memilih untuk membersihkan rumah itu saja. Tapi, tidak banyak yang bisa dilakukannya karena rumah Yoshiki tidak berantakan sama sekali. Pria itu nampaknya masih menjaga kebersihan rumahnya.             Yoshiki hanya keluar dari kamarnya untuk minum dan ia mengambil mantelnya. Nampaknya Kimura-kun mau keluar... mau kemana ya ? Mika penasaran tapi ia tidak berani bertanya.             Yoshiki langsung berjalan seakan Mika tidak ada di sana dan ia langsung menyalakan mobilnya. Terdengar deru mobil dan beberapa menit kemudian mobil Yoshiki melaju keluar dari pekarangan rumahnya.             Ia bahkan tidak kembali untuk makan malam padahal Mika telah memasakkan sesuatu untuknya. Dengan muram, gadis itu makan sendirian dan membereskan dapur setelahnya.             Mika berhasil menemukan selimut di rumah itu dan meletakkannya di sofa tempat tidurnya sebelum kembali turun ke bawah. Ia menunggu Yoshiki pulang dengan menonton TV saja.             Hingga jam 10 malam, mobil Yoshiki akhirnya berhenti di pekarangan rumahnya. Mika yang hampir tertidur langsung terlonjak saat mendengar kenop pintu diputar.             Sebelum Mika sempat menegurnya, Yoshiki hanya menatapnya dingin dan langsung berjalan cepat ke arah tangga. Terdengar pintu dibanting dan Mika menghela napas kembali. Ia berjalan ke dapur dan membuang makanan yang disiapkannya tadi untuk Yoshiki.                                                                                             ***             Pagi itu Mika bangun dengan cepat dan ia segera membuatkan sarapan untuk mereka. Hingga hampir jam 7, terdengar langkah kaki menuruni tangga. “Se... selamat pagi Kimura-kun, aku sudah menyiapkan sarapan jika kau ma—” belum sempat Mika menyelesaikan kalimatnya, Yoshiki langsung memotong dengan cuek. “Aku tidak butuh !” jawabnya ketus dan ia langsung berangkat kerja tanpa menoleh lagi.             Mika menatap punggung Yoshiki dengan sedih dan ia hanya bisa menghela napas kembali. Dengan lunglai, Mika segera bersiap-siap untuk masuk kuliah.             Semenjak kedatangan Mika di rumahnya, wajah Yoshiki selalu memberengut kesal hingga sampai ke kantor. “Oi Yoshiki, katanya kau baru bertunangan ya ?” tegur Kazu yang juga bekerja di perusahaan yang sama dengannya. “Ah.” Yoshiki mengangguk dengan malas sambil menyeruput kopinya di koridor. “Wah, dengan siapa ???” Kazu terlihat penasaran sekali dengan hal ini. “Tidak perlu penasaran seperti itu. Ini cuma pertunangan konyol yang dibuat ibuku !” gerutu Yoshiki sambil membuka bungkus roti sarapannya. “Kelihatannya kau tidak suka sekali dengan tunanganmu.” gumam Kazu sambil menyeringai dan ia berjalan meninggalkan Yoshiki.             Sebelum ia sempat berjalan jauh, Yoshiki kembali memanggilnya. Kazu menoleh dengan bingung. “Malam ini kau ke bar lagi ?” tanyanya. Kazu mengangguk. “Aku ikut.” lanjut Yoshiki hingga membuat Kazu membelalak.             Sebelum Kazu sempat bertanya apapun lagi, Yoshiki sudah membuang plastik rotinya dan meninggalkannya begitu saja untuk bekerja kembali. Tentu saja hal ini membuat Kazu sangat heran karena Yoshiki biasanya tidak suka pergi ke bar seperti itu dan ia sudah pernah mengajaknya berkali-kali. Tapi, ajakannya selalu ditolak. Ini adalah pertama kalinya Yoshiki yang menawarkan diri untuk ikut acara itu.             Kazu sangat suka pergi ke bar dan itu sudah menjadi rutinitasnya setiap malam. Selain karena ia suka mendekati para wanita, bar yang didatanginya adalah milik keluarganya yang mungkin akan diteruskan olehnya. Mendengar Yoshiki yang akan ikut ke bar malam itu langsung membuat Kazu memberi kabar pada beberapa rekan kerjanya yang dengan semangat ikut juga bergabung. Rata-rata sudah pasti karyawan wanita yang tertarik pada Yoshiki yang akan berusaha mendekati pria itu.            
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN