Part 17 Bunga Cinta

983 Kata
Sunyi adalah luka bagi orang yang menyukai keramaian. -Kiandra- Aurel pulang setelah latihan yang cukup menguras keringatnya, dia tersenyum sendiri saat Reza menawarkan mengantarkan pulang, padahal rumah mereka dekat dan satu kompleks. Entah kenapa dalam hati Aurel sudah mulai tumbuh bunga-bunga cinta dalam hatinya. Diam-diam meski mereka berjalan tanpa berbicara, keduanya saling melirik dan menatap. Aurel mengagumi ketampanan Reza, sama halnya dengan Reza yang mengagumi Aurel. “Lo tau itu bunga apa?” tanya Reza menunjuk bunga merah yang indah sedang mekar. Aurel menggeleng, dia tidak tau itu bunga apa, namun dia sering melihatna dan saat kecil suka sekali menyeruput madu manis yang ada di dalamnya. “Soka, itu bunga soka. Gue dulu berharap akan ada cewek yang bisa menghapus kesedihan gue kaya bunga soka itu. Soka itu artinya penghapus kesedihan,” ucap Reza sembari menatap lembut Aurel. Langkah Aurel terhenti, dia memutar tubuhnya untuk berhadapan dengan Reza sembari tersenyum. “Gue berharap bisa jadi bunga soka buat lo,” ucap Aurel tertawa. Reza mengacak-acak rambut Aurel lalu entah bagaimana, dia menggandeng tangan Aurel. Nyaman dan menyenangkan. Rasa menggelitik yang belum pernah Reza rasakan sebelumnya. Dia begitu bahagia menemukan gadis manis nan lucu seperti Aurel. Reza yakin, ini bukan lagi rasa penasaran, tetapi ini cinta. Cinta besar yang dia nanti. Setelah mengantar Aurel, Reza pulang ke rumah, dia melepaskan sepatunya, berjalan ke ruang keluarga. Ayah dan ibunya nampak serius memperhatikan berita hari ini sampai tidak memperhatikannya pulang. Begitu mendengar langkah kaki Reza, Ibunya langsung teralihkan pandangannya. Dia memanggil putra keduanya itu menyuruhnya duduk di sofa. Reza menarik kedua alisnya, menyerngitkan dahi, tidak biasanya orang tuanya menatap dia serius seperti ini. Mereka nampak antusias menatap Reza, orang tuanya begitu serius. “Za, kamu sebentar lagi kan lulus, kuliah biar kamu ikut tante Vinda aja ya di Australia, Mama sama tante Vinda udah siapin semuanya termasuk tempat tinggal kamu, nanti kamu tinggal berangkat aja. Kamu sekarang belajar yang rajin biar bisa dapat beasiswa, yang enggak full enggakpapa, tapi usahakan dapat.” Reza seketika membulatkan matanya, dia tidak menyangka ibunya akan melakukan hal itu, ada rasa senang sekaligus gelisah. Kalau nanti dia di Australia, bagaimana dengan Aurel? Sosok gadis yang mulai dia cintai. Sejak menatap wajah Aurel, Reza sudah tertarik dan yakin, gadis itu diciptakan untuknya. “Oke Ma, thank you.” Reza menatap ibunya dengan tersenyum manis. Setidaknya dia tidak bisa menolak orang tuanya, mereka sudah bekerja keras untuk yang terbaik bagi Reza. Dia akan mewujudkan segala keinginan orang tuanya. Reza menatap langit-langit kamar, dia tidak mau lagi berusaha menarik perhatian Aurel sejak sekarang, dia takut perasaan Aurel semakin besar kepadanya. Reza tidak mau menyakiti Aurel lebih dalam, mulai saat ini dia harus menjaga jarak, namun apakah dia sanggup menahan hasrat tidak bertemu dengan gadis pujaan hatinya. Reza gelisah, dia menelpon Aurel. Gadis itu tersenyum ketika melihat notifikasi di layar handphonenya, namua Reza di sana, dia menekan accept lalu menjawabnya. Baru saja lima menit yang lalu Aurel berpisah dengannya, namun Reza sekarang sudah menelponnya lagi. “Rel, kayanya taruhan kitabatalin aja deh ya, gue yakin lo pasti menang sih,” ucap Reza. “Loh kenapa?” tanya Aurel. “Gue gak ada waktu buat ngajarin lo. Oh ya mulai sekarang kita gak usah ketemu lagi Rel.” Reza lalu menutup teleponnya sepihak, dia tau Aurel pasti akan terkejut dengannya. Setidaknya dia mau meninggalkan kesan buruk agar Aurel lebih mudah melepasnya. “Loh? Reza? Reza? Za?” Aurel mengerjapkan matanya melihat telepon yang sepihak. Dia langsung mandi, ganti baju dan pamit kepada Kiandra untuk pergi lagi sebentar. Kian hanya mengangguk kecil dan mengiyakan Aurel tanpa bertanya kemana dia pergi. Kiandra sedang asik menonton Larva, kartun kesukaannya. Aurel berlari kencang menuju rumah Reza, dia mengetuk pintunya. Kakinya bergerak gelisah menunggu menatap wajah Reza. Reza yang ada di kamar atas menunduk ke bawah, dia terkejut saat melihat Aurel memencet bel rumahnya. Reza lalu turun dengan cepat dan membuka pintu untuk Aurel. “Za, kenapa lo tiba-tiba ke rumah gue?” tanya Reza menatap manik mata Aurel, tersirat jelas wajah Aurel yang sedih. Entah kenapa dia sedih saat Reza terasa ingin mengakhiri pertemanan mereka. “Rel? Lo kenapa Rel?” tanya Reza memiringkan kepalanya, dia panik melihat Aurel. Matanya mulai berkaca-kaca saat menatap Reza, Aurel berusaha sekeras mungkin tidak menangis, namun lelehan air mata keluar begitu saja tanpa diperintah, mengikuti rasa sakit hati Aurel yang begitu menusuk. “Lo enggak mau temenan sama gue lagi? Karena gue SMA musuh bebuyutan?” ucap Aurel dengan suara bergetar. Reza mengerjapkan matanya. Dia bingung kenapa Aurel bisa menangis begini, apa perasaan Aurel sudah tumbuh begitu cepat? Reza menjadi merasa bersalah karena sudah membuatnya jatuh hati dengan perhatian dengan sikapnya. “Bukan gitu Rel, cuma gue rasa...,” “Gue masih mau jadi temen lo, jangan musuhin gue,” ucap Aurel. Dia menarik lengan baju Reza, meremasnya, menatap Reza dengan mata berkaca-kaca. Reza maju selangkah, memeluk Aurel dan mengusap kepalanya. “Lo kan bunga Soka gue, kenapa lo nangis? Harusnya lo yang lebih kuat dari gue Rel,” ucap Reza mengusap kepala Aurel. “Kenapa Rez? Kenapa kita enggak bisa ketemu lagi?” tanya Aurel menatap Reza. “Gue mau fokus belajar, gue juga mau kuliah.” Reza lalu melepaskan tangan Aurel dan berbalik. “Lo mending pulang, gausah bersikap kaya anak kecil.” Lidah Aurel seketika kelu mendengar ucapan Reza, kenapa begitu menyakitkan baginya mendengar kalimat Reza, kenapa harus pergi dari kehidupannya saat mereka bahkan belum menjalin apapun. Mereka baru ada di tangga awal, kenapa harus berbalik arah dan saling menjauh? Aurel tidak tau ternyata jatuh cinta sangat menyakitkan seperti ini. Hatinya terbakar penuh amarah, Aurel berjalan kembali pulang dengan menunduk. Dia seperti kehilangan sesuatu dalam hidupnya. Kenapa Reza harus menjauh sebelum Aurel mengucapkan kalimat bahwa dia menyimpan perasaan kepada Reza, Aurel sangat yakin Reza juga merasakan hal yang sama. Dia bisa melihat dengan jelas sirat mata Reza yang mengatakan dia menyimpan perasaan yang sama, mereka sama-sama merasakan sakit dalam hati mereka.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN