Part 18 Hampa

1122 Kata
Kiandra menatap Aurel yang sejak tadi menatap kosong makanan di depannya. Biasanya Aurel akan senang jika dihadapkan kebab dan hot dog milik Baba Rafi, entah kenapa dia terlihat murung tak berselera. Kiandra mengambil salah satu kebab dan melahapnya. “Enak lo Rel, lo enggak makan? Ntar gue abisin loh!” goda Kiandra. “Abisin aja,” ucap Aurel dengan suara datar. Sahabatnya itu lalu bangkit dan kembali merebahkan diri ke kamar. Kiandra menyerngitkan dahinya, baru kali ini dia melihat Aurel yang begitu santai, bahkan tidak marah saat dia menghabiskan semua kebab yang dia pesan. “Rel? Lo kenapa?” tanya Kiandra. Aurel naik ke atas kasur dan meringkuk, lelehan air mata terlihat jelas keluar dari matanya. Kiandra terkejut saat melihatnya, dia langsung memeluk Aurel dan menepuk pundaknya. Kiandra tidak tau apa yang terjadi, tetapi yang pasti kalau sampai membuat Aurel menangis begini bisa jadi karena Reza. “Dia nyakitin lo?” tanya Kiandra. Aurel menggeleng sembari mengusap air matanya. “Salah gue apa ya? Kenapa dia tiba-tiba minta menjauh gitu?” tanya Aurel, dia memeluk lututnya. Bayangan ucapan Reza terus berulang di memorinya, dia terus berpikir apa salah dia sampai Reza mengucapkan hal semacam itu kenapa harus perpisahan? Kenapa harus menjauh? “Dia minta lo menjauh? Mungkin karena udah mau kelas 3, dia mau fokus belajar kali Rel,” ucap Kiandra mencoba menenangkan sahabatnya. Tetapi Kiandra sendiri juga bingung harus mengucapkan apa, entah benar atau tidak yang dia ucapkan, yang dia mau saat ini Aurel jauh lebih tenang. Aurel terdiam sejenak, dia merenung apa penyebab Reza ingin menjauh. Apa yang dijatakan oleh Kiandra bisa jadi ada benarnya, mungkin memang Reza ingin fokus untuk belajar. Aurel mengangguk menatap Kiandra, dia mencoba tidak lagi menangis. Reza mungkin ingin menjauh karena menyadari perasaan keduanya semakin besar jika sering berjumpa. Kiandra menepuk pundak Aurel menenangkannya. “Lo mau nginep rumah enggak? Tapi ada kakak ipar gue sih,” ucap Kiandra. Aurel menggeleng, dia sejak dulu tidak pernah mau menginap lagi di rumah orang lain. Aurel ingat pengawal dan pembantunya selalu melaporkan semuanya kepada orang tuanya. “Enggak, lo mending pulang aja, keluarga lo pasti khawatir. Besok kan juga kita ketemu di sekolah lagi.” Kiandra mengangguk, dia mengemasi barang-barangnya lalu pulang. “Rel, lo janji ya jangan nangis lagi gara-gara Reza, jangan sampai gue liat lo nangis, gue enggak mau sahabat gue nangis gara-gara cowok. Janji ya?” ucap Kiandra mengusap pundak Aurel. “Iya Kiandra, enggak. Gue enggak akan nangis lagi, udah sana cepetan pulang, dicariin sama kakak lo tuh handphone lo bunyi terus, berisik tau.” Kiandra tertawa lalu melambaikan tangannya, dia turun keluar rumah. Di sana mobil Khalisa sudah terparkir. Kiandra dengan wajah sebalnya masuk ke dalam mobil lalu menggunakan seatbelt. Entah kenapa dia sangat kesal melihat Khalisa datang menjemputnya. “Mau pulang langsung atau ngemall dulu?” tanya Khalisa. “Pulang, gue capek.” Khalisa membungkam mulutnya ketika melihat sikap Kiandra yang tidak pernah berubah. Adik Reno memiliki sifat yang sama dengan Reno, sama-sama bebal dan blak-blak an. Sepanjang perjalanan Kiandra hanya terdiam, suasana menjadi canggung diantara keduanya, dia memilih memejamkan matanya, tidur di mobil. Khalisa minggir sebentar ke cafe kopi di pinggir jalan, dia hendak membeli sesuatu di sana. Khalisa membiarkan Kiandra sendirian di mobil yang masih menyala. Suara mobil yang ditutup membuat Kiandra terbangun dari tidurnya. Dia lalu melihat Khalisa yang memesan kopi. Kiandra mengirimkan pesan kepada Khalisa jika dia ingin caramel macchiato. Dia sangat ingin minuman itu. Tetapi saat Kiandra hendak membuka pintunya, dia melihat seorang pemuda datang juga ke cafe kopi itu. Fabian, lelaki yang dulu sempat mengobrak abrik hidupnya dan membuat dia bertengkar dengan Lisa. Kiandra hendak keluar dari mobil, namun dia mengurungkan niatnya, dia mengambil topi milik Khalisa yang ada di dashboard lalu keluar. Diam-diam dia berjalan mendekati Fabian lalu mencekiknya dengan lengan sikunya. “WOI! LO FABIAN KAN?” teriak Kiandra. Perbuatannya yang ekstrim itu dilihat oleh beberapa orang. “Lepas!” pintanya dengan suara tercekik. Khalisa yang melihatnya terkejut bukan main, dia langsung mencoba melerai Kiandra, meminta Kiandra melepaskan cekikannya kepada Fabian. Namun Kiandra tidak mau melepasnya, dia terus melotot menatap Fabian. “Yaampun Kian, udah lepasin dong, jangan kaya gini, malu dilihat orang-orang.” “NGAKU DULU GAK LO! FABIAN KAN?” ucap Kiandra marah. Fabian mengangguk lalu Kiandra melepaskan cekikannya. Fabian hendak kabur, namun Kiandra menjegalnya sampai terjungkal. Kiandra menggenggam erat jemari Fabian, dia tidak mau lagi Fabian kabur. “Sini lo! Gue mau ngomong sama lo!” ucap Kiandra. Fabian menghela nafas, dia tidak menyangka pernah jatuh hati kepada gadis bar-bar seperti Kian. Cantik, manis namun tingkahnya MasyaAllah. “Lo kemana aja? Lo tau enggak si, gara-gara lo si Lisa terus-terusan nyalahin gue. Gue minta Fab sama lo, buat jelasin semuanya ke Lisa, gue sama lo gak ada hubungan apa-apa dari dulu. Gue juga udah nolak lo kan? Kenapa lo malah bilang ke Lisa kalau lo suka sama gue?” ucap Kiandra menatap Fabian yang kini duduk di depannya. Fabian merasa malu mengucapkan semuanya kepada Kiandra, karena Khalisa ada di samping Kiandra. Menyadari tatapan Fabian yang gelisah kepada Khalisa, Khalisa langsung berdiri dan duduk di empat meja lebih jauh. Dia bangkit kembali ke mobil sebentar mematikan mesin mobilnya. “Fab? Gue minta lo jelasin semuanya ke Lisa, kita gak ada apa-apa,” ucap Kiandra. Fabian menatap lurus Kiandra, “Gue cinta sama lo, itu faktanya.” Kiandra menghela nafas kasar, gemas dengan Fabian, dia ingin menjambaknya sekarang juga, namun dia masih ada perasaan malu yang tersisa. “Gue enggak cinta sama lo Fabian Ardiansyah. Sama sekali enggak. Gue udah nolak lo, jadi please bilang ke Lisa kalau kita enggak ada apa-apa.” Kiandra menatap Fabian dengan tatapan seriusnya. Fabian tersenyum miring menanggapinya. “Tapi gue enggak mau nyerah. Gue enggak mau berhenti cinta sama lo. Lo kira gue balik ke Indo bukan karena lo? Lo alasannya Kiandra Aresta Abimanyu, lo satu-satunya cewek yang gue suka.” Ucapan Fabian membuat Kiandra tertegun sejenak. “Terus kalau lo cintanya sama gue, ngapain lo jadian sama Lisa dulu?” tanya Kiandra menatap Fabian tajam. “Karena Lisa maksa gue buat jadian sama dia, dia bilang dia cinta sama gue dan minta jalani hubungan dulu. Tapi dia agresif, gue gak bebas dan gue gak pernah tertarik sama Lisa.” Kiandra memutar bola matanya kesal, dilihat dari sisi manapun, Lisa juga gadis cantik, kenapa Fabian sulit tertarik dengannya. “Terserah lo mau ngomong apa, tapi yang jelas gue mau lo jelasih dulu ke Lisa, kalau gue udah pernah nolak lo dan emang lo yang ngejar gue. Oh ya satu lagi, bilangin ke Lisa gue gak pernah seujung jaripun godain lo.” Kiandra mengambil caramel macciatonya lalu kembali masuk ke mobil. Fabian masih menatap punggung Kiandra yang menjauh, dia merasa terluka, kenapa Kiandra tidak pernah memberinya kesempatan.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN