Yana diam, menatap wajah Alan yang masih anteng dengan tidur lelap. Ada beberapa luka gores diwajah tampan itu. Di bagian kepala, tertutup oleh perban warna putih, hampir penuh. Rambut hitam yang sedikit panjangnya, tak lagi terlihat. Dokter telah memangkas rambut Alan secara acak. Mengelus lembut bahu putra tercinta, membiarkan bulir itu menetes membasahi kedua pipi. “Al,” panggilan lirih yang siapa saja bisa merasakan betapa terluka dan sakit hati Yana. “Bertahanlah ... demi bunda, hiks ....” Nggak kuat untuk nerusin kata-kata. Memilih kembali menunduk dan menutup wajah dengan kedua telapak tangan. Ddrrt ... ddrtt .... Ponsel Yana yang ada didalam tas berdering cukup nyaring. Menandakan jika ada telpon masuk. Yana mengangkat wajah, mengusap ingus dan sisa air mata yang meleleh. Pelan